Ada adagium bahwa jika hari Sabtu atau Malam Minggu lebih baik menghabiskan waktu di rumah saja.
Adagium ini juga berlaku di Kota Malang yang menjadi tradisi masyarakatnya sejak beberapa waktu terakhir. Macet dan ruwet. Itulah alasan utama yang menjadikan adagium tersebut semakin benar adanya. Seperti yang terjadi hari Sabtu (26/11/2022) kemarin.
Lantaran hari Sabtu menjadi hari libur sebagian orang, maka waktu tersebut digunakan untuk berkeliling kota atau menghadiri acara. Kebetulan, saat itu juga bertepatan dengan musim nikah. Banyak sekali acara pernikahan yang diselenggarakan. Ada yang di gedung dan ada yang menutup jalan.
Nah berbicara menutup jalan, apesnya kok ya kebetulan saat itu terjadi penutupan jalan utama di Kota Malang. Jalan yang ditutup bukan sekadar jalan pintas melainkan jalan penghubung utama warga. Jalan yang menjadi tumpuan warga untuk melintas, baik menuju ke arah Surabaya/utara maupun kea rah selatan.
Praktis, namanya jalan utama membuat warga kelimpungan. Jalan lain pun terkena macet imbas dari penutupan tersebut. Waktu tempuh yang sedianya bisa beberapa menit saja harus ditempuh lebih dari setengah jam. Otomatis, berbagai kegiatan yang semestinya bisa dilakukan menjadi terhambat. Kalau tidak terlambat ya pasti gagal.
Saya sendiri akhirnya gagal bertemu rekan di daerah Malang Utara pada siang hari karena kena macet setengah jam lebih. Saat akan kembali ke rumah, saya pun terkena macet lagi dan akhirnya waktu saya habis berada di jalan. Tak hanya saya, banyak orang yang merasa haknya terampas dengan adanya penutupan jalan tersebut.
Lantas, ada acara apa yang membuat jalan utama ditutup?
Ternyata, acara yang dimaksud adalah Malang Creativa Festival. Acara ini menggunakan badan Jalan Basuki Rahmad atau yang lebih dikenal dengan Kayutangan. Dari media sosial Pemerintah Kota Malang, acara ini dimaksudkan untuk mempertegas Malang sebagai kota kreatif dan mengakomodasi potensi kreatif lokal.
Dari paparan tersebut, mungkin yang ada di sebagian benak  masyarakat adalah pameran dengan banyak stand dan panggung. Lantas, mengapa tidak menggunakan tempat lain semisal lapangan besar atau tempat yang bisa digunakan tanpa menutup jalan? Rupanya, penonjolan kawasan Kayutangan yang baru saja dibangun menjadi kunci.