Di sisi kanan dan kiri jalan sudah terpasang penerangan jalan sehingga pengendara yang menuju kawasan wisata merasa aman. Pada beberapa titik desa, ada fasilitas SPBU dan bengkel yang membuat wisatawan tak perlu ragu dengan kondisi kendaraan mereka.
Infrastruktur seperti inilah yang membuat desa wisata memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Desa wisata yang indah harus didukung oleh jalan yang mudah.
Kriteria kedua yang cukup penting adalah dukungan pelaku wisata (human resource). Wisatawan akan betah jika pelaku wisata melayani mereka dengan baik dan ramah. Mereka akan mau kembali lagi dan mengajak kerabatnya karena memiliki pengalaman positif.
Ketika saya datang ke Wisata Bon Pring Sanankerto, saya sudah dilayani dengan ramah oleh penjaga tiket. Demikian pula oleh para pelaku wisata lain seperti penjaga parkir, penjaja makanan, penjaja kerajinan, pemilik homestay, dan lain sebagainya.
Kriteria terakhir adalah ekosistem pariwisata. Dua diantaranya adalah daya tarik wisata dan kemudahan (aksesibilitas). Bagi saya, Bon Pring di Desa Wisata Sanankerto ini menarik karena menyuguhkan keindahan alam berupa danau dan hutan bambu.
Di tengah danau juga terdapat pulau buatan yang menarik. Ketika saya memotret danau dengan latar hutan bambu, tampak pemandangan apik dengan siluet cahaya yang berasal dari celah pepohonan bambu.
Saya juga cukup mudah menuju beberapa spot menarik di Boon Pring. Jarak dari tempat parkir ke loket tak terlalu jauh.
Walau jalanan menuju beberapa spot menarik cukup menanjak, tetapi pengelola memberikan fasilitas berupa tangga yang mudah dilalui. Fasilitas yang memudahkan ini sangat penting dalam kaitannya dengan sebuah desa wisata yang ramah.