Masyarakat Malang dengan UMR sekitar 3 juta rupiah jauh di atas Banyumas akan lebih memilih angkutan berbasis aplikasi dibandingkan angkutan umum. Ini juga yang menyebabkan belum ada layanan Teman Bus di Malang walau secara luas wilayah dan penduduk lebih besar dibandingkan Banyumas. Selain, beberapa faktor lain seperti kepemilikan angkot, belum adanya UPT khusus yang membidangi transportasi umum, dan beberapa aspek lain.
Akan tetapi, jika boleh jujur, dengan adanya layanan Teman Bus di Banyumas, masyarakat akan lebih tertarik untuk melakukan tindakan ekonomi. Teman Bus akan membuat masyarakat Banyumas tidak lagi cemas untuk pergi ke pusat keramaian. Berbeda dengan masyarakat Malang yang cenderung mager alias malas gerak ketika tahu terjadi kemacetan di beberapa titik di Kota Malang.
Dalam kaitannya dengan dunia pariwisata, adanya Teman Bus juga mendorong masyarakat juga mau berwisata menggunakan angkutan umum. Saya sendiri sudah mencoba asyiknya berwisata ke Baturraden dengan menaiki Trans Banyumas dan dilanjutkan angkot bertarif 2.000 rupiah. Sopir Trans Banyumas yang bersama saya saat ke Baturraden bahkan memberi tahu rute angkot yang bisa saya akses.
Kemudahan ini cukup menjanjikan karena kini berwisata secara murah menjadi salah satu alternatif masyarakat. Gairah untuk berwisata juga meningkat karena pelancong tidak perlu risau memikirkan jalan, capai, macet, atau parkir.Â
Kembali membandingkan dengan Malang yang belum tertata transportasi umumnya, rasanya kok awang-awangen alias malas sekali melihat kemacetan menuju tempat wisata.
Perlahan tapi pasti, Kota Purwokerto semakin berkembang dan pasti akan mengalami kemacetan. Sebelum kemacetan semakin parah, maka menata transportasi umum adalah salah satu langkah jitu meski tentu masih ada yang harus diperbaiki.Â