Sama dengan layanan Teman Bus di kota lain, saat ini Trans Banyumas masih gratis. Entah sampai kapan, saya yakin jika harus berbayar pun, maka layanan ini akan tetap menjadi andalan warga Purwokerto dan Banyumas lain.Â
Alasannya, mereka masih gemar menggunakan transportasi umum dibandingkan daerah lain yang sudah mendapatkan layanan Teman Bus. Buktinya adalah pengoperasian Trans Jateng koridor Puwokerto-Purbalingga juga dianggap cukup sukses dengan masifnya penumpang yang menggunakan transportasi umum ini.
Ketika naik Trans Banyumas di pagi, siang, sore, dan malam hari, keterisian Trans Banyumas sering di atas 50 persen. Kalau pun sepi, biasanya terjadi pada jam awal pengoperasian sekitar jam setengah 6 pagi dan jam akhir sekitar jam 9 malam. Itu pun kadangkala saat malam hari masih ada saja penumpang yang mengisi bangku-bangku bus Trans Banyumas.
Masih gemarnya masyarakat Purwokerto dan Banyumas menaiki transportasi umum juga menjadi alasan kota ini dipilih mendapat layanan buy the service. Saya pernah berbincang dengan dua orang Bapak yang sedang menunggu Trans Banyumas di sebuah halte.
Mereka mengatakan, meski UMR di Banyumas rendah (sekitar 1,8 juta pada 2022), tetapi masyarakat Banyumas gemar sekali jalan-jalan, jajan, dan berbelanja. Mereka gemar menghabiskan akhir pekan atau waktu lainnya di Kota Purwokerto untuk mencari hiburan.
Nah, lantaran mereka harus mengeluarkan uang juga untuk transportasi, maka mereka masih tetap memilih menggunakan transportasi umum sekalipun harus menunggu beberapa lama.Â
Fenomena ini berbeda dengan di kota lain yang masyarakatnya cenderung bertumpu pada angkutan berbasis aplikasi. Malang misalnya yang transportasi umumnya kacau sehingga masyarakatnya lebih gemar menggunakan ojek online.