Kepala sekolah yang bisa bernegosiasi dengan atasan atau lembaga yang berwenang demi kebaikan bersama juga merupakan salah satu kepala sekolah idaman.
Ketiga, kepala sekolah idaman adalah yang mampu menengahi permasalahan dengan wali murid. Dalam kehidupan di sekolah, selalu ada saja masalah antara guru, wali murid, atau siswa yang sering tidak bisa diselesaikan dalam tingkatan wali kelas.
Wali kelas pun mau tak mau akan meminta bantuan kepala sekolah jika dirasa masalah tersebut cukup berat dan berkaitan dengan penegakan aturan sekolah.Â
Semisal, ketika ada siswa yang mencuri di sekolah dan sudah dilakukan berkali-kali, maka kepala sekolah mau tak mau harus turun tangan. Atau juga siswa yang tidak pernah mengumpulkan tugas sama sekali dan sering tidak masuk tanpa keterangan, maka kepala sekolah juga harus mulai turut serta menyelesaikan.
Dulu, ada seorang siswa di sekolah saya yang berkali-kali mencuri. Ia mencuri laptop guru, CCTV, kit peraga IPA, dan tentunya uang milik teman, koperasi siswa, dan guru. Ia yang kebetulan duduk di kelas 5 begitu licik dan lihai dalam menjalankan aksinya.Â
Pada suatu ketika, saat uang koperasi siswa lenyap, para guru yang sudah mulai curiga pun melalukan sidak dan menemukan uang cukup banyak di tasnya. Ketika anak tersebut dipanggil, ia juga memasukkan uang ke dalam kaos kaki dan saku celananya.
Kepala sekolah pun langsung memanggil orangtua siswa tersebut. Ternyata, anak tersebut memang kurang perhatian karena hanya tinggal bersama ibunya yang bekerja.Â
Meski seharusnya anak tersebut dikeluarkan karena termasuk pelanggaran berat, tetapi kepala sekolah tidak melakukannya. Alasannya, anak tersebut berasal dari kalangan kurang mampu dan sering masuk ranking 3 besar. Hanya sayang kepintarannya digunakan untuk tindakan yang tidak baik.
Beliau meminta orang tua atau saudaranya mengantar dan menjemput anak itu setiap hari. Beliau mempersilakan khusus untuk orang tuanya bisa masuk ke dalam area sekolah dan menunggu di depan kelas selama rentang waktu tersebut. Sekolah juga tetap mengawasi keseharian siswa tersebut.
Kepala sekolah memberikan kesempatan bagi anak itu untuk mengikuti olimpiade MIPA. Alasanya, ini merupakan sebuah bimbingan agar ia mengalihkan kepintarannya dengan prestasi bukan dengan mencuri.
Ajaib, karena memang dia cerdas dan belum tersalurkan saja, anak itu bisa masuk 10 besar ON MIPA di tingkat kota. Sejak saat itu, dengan ia tak lagi mencuri dan yang membuat kami semua bangga, saat kelas 6 anak tersebut masuk 10 besar peraih NUN tertinggi di tingkat kota dan peringkat 2 di tingkat kecamatan.Â