Final Pemilihan Puteri Indonesia 2021 yang sedianya dilaksanakan pada September 2021 ini ternyata diundur menjadi bulan November 2021. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh panitia Pemilihan Puteri Indonesia Indra Yudhistira pada beberapa hari lalu. Ia memberi informasi bahwa peningkatan kasus covid-19 yang cukup tinggi di Indonesia membuat gelaran PPI 2021 mau tak mau harus diundur.
Tentu, berita ini menimbulkan gonjang-ganjing diantara para pageant lovers (PL) Indonesia. Mereka pun galau karena banyak negara sudah memiliki wakil mereka di ajang Miss Universe 2021 nanti. Meskipun gelaran tersebut masih belum pasti kapan digelar, tetapi beberapa indikasi kuat mengarah pada bulan Desember 2021. Jika dihitung, hanya tersisa 5 bulan bagi peserta Miss Universe 2021 untuk mempersiapkan diri.
Nah, jika waki Indonesia baru dipilih pada bulan November 2021, maka ia akan hanya memiliki waktu 1 bulan untuk persiapan. Dengan waktu yang sesingkat itu, mungkinkah persiapan bisa dilakukan? Lantaran, banyak sekali kelas-kelas yang harus diikuti. Mulai dari kelas catwalk, public speaking, dan lain sebagainya. Persiapan yang matang juga penting agar Indonesia kembali berprestasi minimal masuk ke babak semifinal.
Berbagai pertimbangan pun muncul agar Indonesia -- dalam hal ini YPI -- langsung menunjuk peserta yang akan mewakili Indonesia. Penunjukan ini harus dilakukan segera mengingat waktu persiapan yang sudah mepet. Nantinya, para pemenang Puteri Indonesia 2021 bisa berkompetisi di ajang internasional pada tahun 2022. Persiapan mereka akan jauh lebih matang jika berkompetisi tahun depan dan tidak terburu-buru jika dipaksakan berkompetisi pada tahun ini.
Namun, seperti yang diketahui, YPI tidak pernah melakukan penunjukan (handpick) wakil Indonesia yang akan berlaga di ajang Miss Universe. Mereka selalu mengirimkan pemenang Puteri Indonesia ke ajang tersebut sejak 1995 meski tidak kontunyu akibat pelarangn oleh pemerintah orde baru. Pemenang Puteri Indonesia ya akan berlaga di Miss Universe. Begitu adagium yang sudah melekat cukup lama.
Handpick juga akan memicu kontroversi karena seringkali dilakukan secara tertutup. Beberapa negara yang sudah menunjuk wakilnya berlaga ke ajang Miss Universe biasanya kerap melakukan handpick kepada runner-up dari pemilihan nasional. Misalkan, pemenang pemilihan nasional berlaga pada tahun 2020, maka sang runner-up akan berlaga di ajang yang sama pada 2021. Ada pula negara yang memang menyelenggarakan pageant nasional setiap 2 tahun sekali.
Salah satu contohnya adalah Vietnam yang menyelenggarakan pageant nasional pada 2018 dan 2020. Tidak ada penyelenggaraan pageant pada tahun 2019. Pemenang utama dari pageant itu akan berlaga di Miss Universe 2020 sedangkan sang runner-up akan berlaga di Miss Universe 2021.
Uniknya, hal tersebut tidak terjadi pada puteri Indonesia. Dua runner-up dari tiap tahun juga akan berlaga di ajang Miss International dan Miss Supranational. Jika YPI akan melakukan handpick, lantas siapa yang paling berhak dalam mewakili Indonesia?
Jika urutan runner-up menjadi patokan, maka nama Kalista Iskandar adalah nama yang paling utama. Ia juga kerap santer diisukan oleh para PL untuk bisa meneruskan perjuangan Ayu Maulida (Ayuma) di ajang Miss Universe. Kalista yang merupakan runner-up III dianggap paling pas karena secara urutan ia adalah juara keempat. Sebelum 2018, juara keempat Puteri Indonesia juga dikirim ke ajang internasional yakni Miss Grand International. Mereka juga memakai mahkota Borobudur berwarna kuning yang kini dimuseumkan sejak YPI kehilangan lisensi Miss Grand International.
Wanita berusia 22 tahun juga cukup fasih berbahasa Inggris dan dikenal cerdas. Ia juga memiliki advokasi yang siap untuk diangkat ke Miss Universe dengan program EKBOT (Educating Kids Based On Talent). Yakni suatu metode yang dapat mendorong pendidikan di Indonesia lebih baik dan mewujudkan ekonomi kreatif. Sayangnya, Kalista memiliki sedikit celah saat publik masih mengingat ia tak hafal Pancasila pada malam final PPI 2020. Tentu, jika YPI benar-benar menunjuk Kalista, maka mereka harus bisa meyakinkan publik bahwa kualitas Kalista memang mumpuni dan tak sekadar menghafal Pancasila.
Selain Kalista, ada dua nama lagi yang santer dibicarakan oleh para PL adalah Yoan Clara Teken (Clara Yokate) dan Angel Virginia Boelan. Keduanya adalah runner-up IV dan V PI 2020 yang berasal dari Indonesia Timur. Clara Yocate berasal dari Maluku sedangkan Angel dari NTT. Clara Yocate adalah seorang doker lulusan sebuah universitas di Rusia. Angel sendiri adalah seorang pramugari maskapai terkemuka.