Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sangat Menyentuh, Ini Pesan Ki Manteb pada Putra Almarhum Ki Seno

3 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   16:54 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Manteb Soedharsono| Sumber: TribunSolo.com/Imam Saputro

Dalang Kondang Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia kemarin akibat infeksi covid-19 saat menjalani isolasi mandiri karena tidak mendapatkan kamar rumah sakit.

Dalang yang terkenal dengan tagline "pancen oye" itu menjadi salah satu seniman yang meninggal pada masa pandemi ini. Tentu, kepergiannya sangat mengagetkan dan membuat banyak orang -- terutama pecinta wayang -- kehilangan. 

Dalang yang dijuluki sebagai "Dalang Setan" karena kemampuannya dalang sabetan wayang tersebut ternyata tidak saja sebagai dalang biasa, tetapi juga merupakan guru dari dalang-dalang lain yang ingin memulai karier di bidang seni ini.

Peran sebagai guru yang bijaksana itu tampak pada acara tahlilan 7 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho pada November lalu. Saat itu, Ki Manteb hadir dan memberi banyak petuah kepada dua putra Ki Seno, Gadhang Prasetyo dan Gadhing Pawukir. Kedua anak yang masih dalam tahap pencarian jati diri sehingga perlu banyak arahan agar bisa meneruskan jejak sang ayah menjadi dalang.

Sebelum memulai petuah, Ki Manteb bercerita mengenai sahabatnya Ki Suparman Cermo Woyoto yang merupakan ayah dari Ki Seno untuk menitipkan putranya belajar ndalang. 

Ki Suparman yang saat itu sedang sakit dan dirawat di rumah sakit benar-benar berharap Ki Manteb mau mengajari Seno muda ndalang. Mendengar pernyataan itu, Ki Manteb dengan tegas mengatakan bahwa Ki Suparman akan sehat kembali. Sayang, Ki Suparman wafat tak lama setelah mengutarakan keinginan tersebut.

Ki Manteb pun mengajukan dirinya pada Ki Seno dan keluarganya agar ia bisa mengajari ndalang. Namun, saat itu Ki Seno menolak menjadi dalang. Alasannya, ketika ia mengatakan bahwa tak ada rasa puas ketika melihat wayang. 

Mendengar hal itu, Ki Manteb pun langsung menyuruh Ki Seno agar menjual saja gamelan dan perangkat wayang milik ayahnya karena sia-sia saja jika tak digunakan.

Ki Seno pun mau menjadi dalang asal ia boleh mencontoh gaya Ki Manteb yang berasal dari Sukoharjo yang masih di wilayah Surakarta/Solo. Ki Seno sendiri dan sang ayah berasal dari Yogyakarta. 

Perlu diketahui, wayang kulit Surakarta dan Yogyakarta memiliki beberapa perbedaan gaya/gagrak mendasar. Misalnya, karakter wajah wayang kulit gagrak Jogja terlihat lebih tegas dibandingkan gagarak Solo.

Dalang Ki Manteb memberikan wayang pada putra dalang Ki Seno. - You Tube Ki Seno/SC pribadi
Dalang Ki Manteb memberikan wayang pada putra dalang Ki Seno. - You Tube Ki Seno/SC pribadi
Ki Manteb tak melarang Ki Seno untuk mencontohnya. Ia juga tak melarang Ki Seno mencontoh dalang lain. Asal Ki Seno mau ndalang dan tekun berlatih, entah gagrak Solo atau gagarak Jogja tak masalah. 

Bagi Ki Manteb, tekad kuat untuk belajar ndalang lebih penting dari apapun terutama mempermasalahkan gagrak apa yang akan digunakan. Sejak saat itu, Ki Seno serius belajar ndalang pada Ki Manteb dan beberapa dalang lain hingga terkenal memiliki gaya sendiri.

Bahkan, sebelum kematiannya, Ki Seno masih sempat berkonsultasi tentang lakon apa yang pantas dipentaskan dalam sebuah acara pada Ki Manteb. Ki Seno masih menganggap Ki Manteb adalah guru yang ia hormati walau ia sendiri sudah memiliki nama dan banyak penggemar.

Pada acara talilan tersebut, Ki Manteb memberikan beberapa boneka tokoh wayang yang dibuatnya sendiri pada putra Ki Seno. Salah satunya adalah Gatotkaca Thatit. 

Tokoh yang berkulit hitam legam dan gagak perkasa itu menjadi simbol pemberian Ki Manteb pada putra Ki Seno agar mereka rajin dan semangat berlatih sabetan. Ki Seno sendiri memang terkenal dengan sabetannya yang khas dan kadang membuat banyak orang terpingkal.

Namun, Ki Manteb juga berpesan agar dua putra Ki Seno tak hanya belajar sabetan. Mereka juga perlu belajar suluk (citra bahasa puisi) dan antawacana (dialog antar tokokoh wayang). 

Lantaran, seorang dalang hebat adalah mereka yang mau terus belajar mengembangkan diri dan potensinya dengan berbagai keahlian dalang yang ada. 

Sebenarnya, selain tiga kompetensi ndalang tadi, ada beberapa kompetensi lain yang perlu dimiliki oleh seorang dalang. Kompetensi tersebut adalah murwa, nyandra, pocapan, dan tembang.

Sama dengan petuah yang diberikan oleh Ki Seno, Ki Manteb juga memberikan petuah agar dua putra Ki Seno tidak saklek terhadap satu gagrak wayang. Mereka boleh belajar gagrak apapun asal pas di hati dan tekun untuk dilatih. Ki Manteb juga mengatakan bahwa sebenarnya, antara satu dalang dan dalang lain masih saling mempengaruhi.

Ki Manteb sendiri belajar banyak dari gaya Ki Narto Sabdo dan Ki Sudarman Gondodarsono. Beliau juga tak ragu untuk menggunakan banyak alat musik modern seperti terompet meski pada awalnya banyak ditentang oleh banyak dalang senior. 

Bagi Ki Manteb, pembaharuan positif dari seni wayang kulit adalah kunci asal tiap generasi mau belajar wayang kulit dengan serius dan tetap memperhatikan pakem dasar perwayangan.

Ki Manteb juga berpesan bahwa ketika seorang dalang memulai kariernya, maka yang ia inginkan adalah laku. Lalu, setelah laku, ia ingin laris dan dikenal oleh banyak orang. 

Setelah laris dan dikenal oleh banyak orang, maka ia berusaha kuat agar kepopulerannya tetap terjaga. Saat pada posisi ini, maka hal yang paling sulit adalah menjaga kesehatan.

Pesan Ki Manteb pada dua putra Ki Seno ini sebenarnya pesan universal pada kita. Saat kita sudah mencapai titik yang berpotensi mendapatkan rezeki banyak, kita akan memforsir diri kita sendiri. Padahal, kata Ki Manteb, rezeki akan datang jika kualitas kita baik. Tidak perlu risau akan hal itu karena sudah ada yang mengatur.

Ki Manteb juga terus menekankan, tiap orang memilki cara tersendiri dalam mengembangkan dirinya. Hal yang menurut beliau baik belum tentu bisa digunakan oleh orang lain. 

Makanya, beliau juga berpesan, yang penting dua putra Ki Seno bertekad kuat belajar ndalang dulu masalah bagaimana gaya/gagrak yang mereka ambil itu urusan nanti.

Harus diakui, Ki Manteb menjadi rujukan percontohan dalang modern. Gerbrakan yang beliau ambil sangat besar bagi perkembangan wayang kulit saat ini. Ki Manteb juga mempelopori pengaturan manajemen keuangan dalam pertunjukan wayang orang. 

Jika dulu hasil jerih payah pementasan dihabiskan untuk kebutuhan pribadi, tetapi disimpan dan diatur untuk perawatan dalang dan hal lainnya.

Akhirnya, Ki Manteb pun menjadi guru yang patut dicontoh dalam menjalani kehidupan terutama di masa sulit sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun