Beberapa restoran cepat saji juga menyediakan area bermain anak yang bisa digunakan secara gratis.Â
Sayangnya, meski berbagai promosi itu amat gencar, nyatanya tak banyak orang mau makan dan menghabiskan waktu di sana. Tidak saja saat pandemi, sebelum pandemi pun restoran tersebut tak begitu lagu.
Apa yang mendasarinya?
Tak lain adalah jurang perbedaan yang nyata antara ekspektasi konsumen dengan realita menu yang disajikan.Â
Sebenarnya, dengan harga yang lebih murah, konsumen sudah sadar bahwa mereka akan mendapatkan kualitas produk di bawah restoran cepat saji besar. Katakanlah seperti McD dan KFC.
Restoran yang kurang atau bahkan tidak laku, biasanya menjual menu ayam yang sudah dingin. Ya, dingin dan keras sehingga sulit untuk dimakan. Tidak hanya itu, kadang beberapa restoran tersebut menjual menu ayam dengan rasa yang masih hambar.Â
Saya pernah meminta garam kepada pelayan restoran tersebut karena ayam yang saya makan benar-benar hambar.
Nah yang membuat konsumen cepat berpaling sebenarnya adalah ketersediaan menu yang tidak selalu ada.Â
Ketika konsumen datang, mereka tidak ready dengan menu yang mereka sajikan. Kadang kosong kadang masih digoreng.
Saya sering kecewa ketika menu tersebut kosong padahal saya sudah ingin mencoba. Yang membuat kecewa adalah menu-menu tersebut tetap dipajang meski sedang kosong dan tidak diberi keterangan.Â