Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Beberapa Pengalaman "Kusut" Saat Naik Bus Kelas Ekonomi yang Bikin Keki

24 Juni 2021   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   09:47 3419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas Dishub yang menghalau bus agar tidak ngetem. - Dokumen pribadi

Menaiki bus ekonomi adalah sebuah keniscayaan para penglaju masa dahulu dan kini.

Selain harganya murah, ada beberapa alasan seperti tak ada bus kelas Patas dan bus kelas lainnya dalam rute tertentu membuat bus ini jadi pilihan. Hampir tiap akhir pekan atau awal pekan, bus kelas ekonomi menjadi jujugan. Meski pada masa pandemi ini, dengan berbagai pembatasan, suka atau tidak bus ekonomi sedang berada masa yang kurang baik.

Meski jadi pilihan, dari namanya saja pasti ada kekurangan yang dimiliki. Bukan saja pada waktu tempuh yang lebih lama dan banyaknya pedagang yang masuk, ada beberapa hal yang membuat orang tidak terlalu suka naik bus kelas ekonomi. Harga yang murah memang akan mendapatkan kelas dasar tetapi bukan berarti kenyamanan penumpang menjadi hal nomor sekian untuk diperhatikan.

Setidaknya, ada beberapa hal yang paling tidak disukai ketika menaiki bus ekonomi.

Pertama, waktu ngetem yang amat lama. Suka atau tidak, bus saat ini mengutamakan jumlah penumpang yang bisa terisi dalam satu kali perjalanan. Saat masih di dalam terminal, kadang bus belum mendapatkan penumpang dengan jumlah cukup.

Untuk menyiasatinya, maka mereka ngetem alias berhenti lama di area luar terminal. Sebenarnya, kini beberapa petugas sudah menghalau para awak bus agar segera melajukan busnya agar tidak mengganggu jalan. Tetap saja, mereka mencari spot untuk ngetem sekitar 1 kilometer dari terminal untuk menunggu penumpang.

Petugas Dishub yang menghalau bus agar tidak ngetem. - Dokumen pribadi
Petugas Dishub yang menghalau bus agar tidak ngetem. - Dokumen pribadi
Tidak main-main, waktu ngetem mereka bisa sampai sejam lebih. Salah satu contohnya terjadi di sekitar Terminal Arjosari Malang. Kini, bus dilarang untuk ngetem di pintu keluar terminal. Petugas Dishub Malang sudah siap dengan pengeras suara untuk menghardik mereka. Sayangnya, tak jauh dari situ, tepatnya di pertigaan Taspen, banyak bus yang ngetem di sana. Alhasil, adanya petugas hanya memindahkan tempat ngetem dari satu tempat ke tempat lain dan bukan membuat penegakan aturan bisa berjalan lancar.

Kreativitas awak bus yang bandel dalam ngetem bahkan terlihat unik di beberapa daerah. Saya sempat melihat video sebuah channel yang khusus menayangkan bus-bus ekonomi kusut di daerah Tapal Kuda Jawa Timur.

Mereka memiliki pola ngetem yang unik. Setengah jam di dalam terminal. Bus pun keluar terminal dan ngetem selama setengah jam di sebuah tempat yang biasa dijadikan tempat ngetem. Lalu, mereka berjalan sebentar dan kemudian putar balik ke arah terminal untuk masuk lagi dan ngetem selama setengah jam. Melanjutkan pola ngetem, bus pun keluar terminal dan ngetem lagi selama setengah jam hingga akhirnya benar-benar berjalan.

Total waktu yang dibutuhkan untuk drama ngetem balik terminal bisa dua jam lebih. Waktu ekuivalen perjalanan Malang Surabaya. Yang membuat ngilu adalah penumpang ditarik karcis terlebih dahulu saat baru naik. Tujuannya, tentu agar mereka tidak turun karena sudah membayar meski harus mendapatkan pelayanan yang "begitulah" dari drama ngetem masuk terminal lagi itu.

Lantaran belum mendapatkan jumlah penumpang yang cukup, maka oknum bus ekonomi yang nakal biasanya akan melakukan adu balap dengan bus lain yang satu jalur. Ada dua PO bus yang menguasai jalur Malang-Surabaya PP telah dikenal sering melakukan adu balap untuk menjaring penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun