Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Panjat Pinang hingga Balap Karung, Ini Beragam Lomba Tradisional dalam Rangka Memperingati Hari Kemerdekaan Filipina

12 Juni 2021   07:20 Diperbarui: 12 Juni 2021   07:28 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palo sebo. https://davnorpressrelease.files.wordpress.com

Hari ini, Filipina merayakan peringatan kemerdekaannya yang ke-123.

Seabad lebih negara itu berdiri meski sebenarnya, mereka baru merdeka penuh pada 4 Juli 1946 dari Amerika Serikat. Berdekatan dengan Indonesia yang tentu saja memiliki kemiripan budaya, Filipina ternyata memiliki perlombaan khas yang mirip dengan Indonesia dalam merayakan hari spesial ini. Salah satunya adalah panjat pinang.

Perlombaan panjat pinang memang telah kita kenal di negara kita dan menjadi budaya sejak zaman penjajahan Belanda. Sama halnya dengan orang Indonesia yang gemar mengadakan perlombaan ini, orang Filipina pun juga melakukannya meski menggunakan galah bambu. Perlombaan ini sediri dinamakan Palo Sebo.


Dalam bahasa Spanyol, palo berarti berarti galah sedangkan sebo berarti berminyak/berlemak. Orang Filipina, terutama di wilayah Visayas menggunakan galah bambu yang panjang untuk dipanjat dengan berbagai hadiah pada puncaknya. Hadiah yang diberikan biasanya sekotak uang beberapa ribu peso yang disusun sedemikian rupa. 

Untuk hadiah hiburan, disediakan permen dan coklat yang juga kerap jadi buruan. Jika berupa barang mewah, jam tangan berharga cukup mahal juga digantungkan.

Rekan Filipina saya yang tinggal di San Pedro Laguna menceritakan bahwa tak banyak variasi hadiah yang diberikan. Cukup berbeda dengan apa yang digantungkan pada lomba panjat pinang di sini. Makanya, ia terkejut ketika saya bercerita bahwa hadiah lomba panjat pinang bisa berupa sepeda, kipas angin, magic jar atau bahkan setrika yang cukup berat.

Alasannya, mereka menggunakan galah bambu yang ringkih dan berbeda dengan galah pinang yang cukup kuat. Jumlah pemain dalam satu tim pun tidak banyak maksimal 10 orang saja. Berbeda dengan panjat pinang yang bisa terdiri dari 10 orang lebih karena panjang galah jauh lebih tinggi.

Meski ada perbedaan dari jumlah pemain dan hadiah, peraturan yang digunakan tetaplah sama. Tiap tim harus berusaha untuk mendapatkan hadiah yang berada di puncak galah. Tim yang paling banyak dan cepat mendapatkan hadiah yang akan jadi pemenangnya. 

Seringkali pula tidak ada hadiah yang ditempatkan pada bagian puncak. Tim yang memenangkan pertandingan adalah mereka yang mencapai puncak dan mengambil kain atau bendera Filipina.

Selain Palo Sebo, permainan tradisional yang dilombakan saat peringatan kemerdekaan adalah Juego de Anillo. Permainan ketangkasan ini mempertandingkan para peserta untuk bisa memasukkan sepotong stik kecil ke dalam sebuah lubang yang digantung dengan tali. 

Untuk memasukkan stik itu, mereka harus mengendarai sepeda dan melakukannya dalam posisi sepeda bergerak. Jadi, mereka tak boleh berhenti saat memasukkan stik tersebut.

Sebenarnya, permainan ini mulanya dilakukan di atas kuda. Para pemacu kuda yang handal akan bisa melakukannya dengan mudah. Namun, permainan ini kini dimodifikasi dan dimainkan hampir di berbagai barangay (desa) di Filipina. Unik juga ya dan bisa jadi ide kreatif untuk memeriahkan HUT RI ke-76 nanti di rumah bersama keluarga. Terlebih, saat ini tren bersepeda sedang naik daun.

Bergeser ke arah utara, masyarakat Ifugao di lembah Cordillera yang berada di utara Pulau Luzon malah memiliki banyak permainan tradisional yang mirip sekali dengan yang ada di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Guyyudan (tarik tambang), kadang-kadang (bakiak batok), labba race (balap tempeh), dan akkad (egrang).

Aturan berbagai permainan tradisional itu pun sama dengan yang dilakukan oleh orang Indonesia. Hanya saja, terkadang labba race tidak menggunakan tempeh melainkan periuk nasi yang terbuat dari bambu. Peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan para gadis harus berlari menyungging periuk nasi berisikan beras. Mereka harus menjaga keseimbangan badan sembari berlari agar periuk tidak jatuh.

Diantara sekian olahraga dan permainan yang dipertandingkan, Batawel relay barangkali menjadi yang paling unik dan seru. Permainan ini merupakan balap lari layaknya maraton tetapi pemain harus mengangkat dua ikat padi yang baru saja dipanen di pundaknya.

Masyarakat Ifugao yang merupakan masyarakat agraris gemar sekali membawa hasil panen dengan mengangkatnya menuju lumbung. Dengan cara ini, maka mereka bisa memindahkan hasil panen walau harus melewati perbukitan terjal.

Nah, agar kekuatan dan keberanian ini terpupuk sejak dini, maka permainan batawel relay pun dilakukan. Batawal relay hanya dilakukan oleh anak-anak laki-laki SMP atau SMA. Bukan hal mudah menaklukkan medan jalan sambil membawa barang yang berat dan menjaga keseimbangan.

Sepanjang rute lomba, masyarakat Ifugao akan melihat dan memberi semangat kepada para peserta. Selama pertandingan itu pula, para peserta juga tidak diperkenankan menggunakan alas kaki alias mereka harus berlari dengan kaki telanjang.

Selain dilaksanakan pada peringatan kemerdekaan, berbagai perlombaan tersebut juga dilaksanakan pada momen pekan permainan tradisional. Dinas Pemuda dan Olahraga setempat biasanya menggelar rangkaian acara yang mempertandingkan berbagai sekolah, dari tingkat SD hingga SMA se-Ifugao secara berkala tiap tahun. Sayangnya, dengan adanya pandemi covid-19 yang merebak, berbagai kegiatan ini pun ditiadakan.

Berpindah ke selatan, masyarakat Padada di Provinsi Davao del Sur juga melakukan perlombaan balap karung (sack race) dalam rangka memperingati kemerdekaan negaranya. Aturan permainan pun juga sama yakni harus berlari sambil melompat menggunakan karung. Uniknya, permainan ini ternyata menjadi program pelestarian UNESCO sebagai permainan tradsional masyarakat di Pulau Mindanao. Wah, ke mana saja nih Indonesia?

Pemerintah setempat juga menempatkan permainan ini sebagai budaya yang harus dilestarikan. Tiap tahun, ratusan anak tampil memeriahkan perlombaan balap karung yang diselenggarakan dengan hadiah yang cukup banyak. Harus diakui, usaha Pemerintah Filipina dalam melestarikan permainan tradisional terutama lewat event yang dilakukan secara periodik cukup bagus. Terlebih, lewat perlombaan dalam perayaan kemerdekaan, mereka juga melakukannya tak kalah meriah dengan orang Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun