Ternyata, dari beberapa sumber beredar bahwa pelatih Timnas Indonesia saat ini, Shin Tae Yong harus mengurusi beberapa kelompok usia. Tentu, dengan cara seperti itu, maka ia tak akan bisa fokus dan membuat program training center menjadi  berantakan.
Kondisi berbalik terjadi pada kontes kecantikan. Beberapa waktu lalu, ada sebuah podcast yang menceritakan beberapa alumni Puteri Indonesia Jawa Tengah yang tergabung dalam sebuah tim pembibitan. Mereka akan membantu para gadis asal Jawa Tengah yang akan bertanding ke ajang nasional.
Mereka akan memberikan banyak bantuan, tidak hanya secara fisik seperti gaun dan lain sebagainya, tetapi juga mental. Gambaran yang akan didapatkan oleh calon peserta pageant pun juga turut diberikan. Persiapan pun dilakukan tidak main-main. Wakil Jawa Tengah pun kerap masuk 3 besar dan berlaga di ajang internasional. Bersama Jawa Timur, kedua provinsi ini sering diplesetkan sebagai Jatengzuela dan Jatimzuela karena proses pembibitan dan persiapan yang matang.
Ketika sudah terpilih menjadi wakil Indonesia, kegiatan pelatihan pun semakin intens. Mereka dilatih secara ketat dari berbagai aspek dengan trainer masing-masing. Ada trainer public speaking sendiri, trainer untuk catwalk sendiri, dan beberapa trainer lain. Ada juga yang mengikuti beautycamp secara intens.
Yang membuat penggemar pageant senang adalah para petinggi yang menangani kontes kecantikan mendengarkan saran dan masukan. Jadi, mereka tidak tertutup dan mau terbuka jikalau ada hal yang masih belum pas. Masukan yang diambil tentu dikondisikan dengan para peserta yang akan tampil.
Masukan dari para alumni atau mereka yang pernah berkompetisi pada tahun sebelumnya juga kerap digunakan. Ada sebuah event kecil bernama Todo Por La Corona. Pada event tersebut, tiga Puteri Indonesia melakukan presentasi kepada para alumni dan petinggi yayasan. Mereka akan menampilkan hasil training mereka selama ini dan jika masih ada yang kurang, mereka bisa memperbaikinya.
Dari berbagai proses panjang ini, paling tidak sebagai penggemar pageant, dukungan kita tidak sia-sia. Mereka sudah berproses panjang dan kami yakin akan menghasilkan prestasi terbaik. Jikalau belum mendapatkan seperti yang ditargetkan, maka masih ada rasa puas dan bangga terhadap mereka.Â
Berbicara mengenai program pelatihan ke luar negeri, harus diakui sepakbola Indonesia masih belum menampakkan hasil memuaskan. Berbagai pemberitaan berseliweran mengenai pemain Timnas yang akan dikirim ke luar negeri untuk pemusatan pelatihan. Jika boleh bertanya, sudahkah pelatihan di luar negeri itu mendapatkan hasil?
Jika kembali melirik peserta kontes kecantikan, mereka sudah menampakkan hasil. Frederika misalnya yang berlatih ke AS dan mendapatkan TOP 10 Miss Universe. Atau, Kevin Liliana yang bersama Dea Rizkita berlatih ke Filipina dan berhasil menyabet mahkota Miss International.
Dari penuturan Fred, ia memiliki naluri dan ide sendiri agar bisa mendapatkan kompetensi yangh diharapkan untuk berlaga di Miss Universe. Dengan waktu yang singkat, ia berinisiatif untuk bisa mendapatkan banyak pelajaran yang segera bisa ia aplikasikan. Ia mengambil banyak ilmu dari Lu Sierra, pelatih kawakan para gadis di Miss Universe. Ia belajar kesalahan dari para kontestan saat berlaga di MIss Universe. Padahal, kegiatan training ke luar negeri ini biasanya dibiayai oleh para peserta sendiri. Sementara, Dea dan Kevin menjalani pelatihan semimiliter di Kagahandang Flores, pusat training kontes kecantikan asuhan Rodgil Flores. Mereka sudah mematok target kompentensi yang akan mereka dapatkan sesuai dengan ajang yang mereka ikuti.
Maka, ketika ada pemain sepakbola Indonesia yang dikirim ke luar negeri, terutama jika dibiayai oleh negara, sudah sepantasnya mereka bisa mendapatkan banyak peningkatan skill yang bisa ditunjukkan saat mereka bertanding.