Dalam melakukan kegiatan menulis, saya sering terbentur akan dua hal: waktu dan mood.
Dua hal ini menjadi momok saya ketika akan memulai sebuah tulisan karena bisa menjadi penghalang untuk bisa berkarya.Â
Waktu yang terbatas membuat banyak ide segar terbengkalai begitu saja. Mood yang juga terhempas menjadikan tulisan saya tak berasa.
Saya pernah sekali melakukan tes TIC (Type Indicator Character) pada sebuah lembaga. Hasil tes tersebut cukup mengejutkan saya lantaran sebenarnya saya termasuk orang yang cukup kreatif dan memiliki ide meledak-ledak akan suatu hal. Sayang, berbagai ide tersebut tak tereksekusi dengan baik karena dua hal tadi.
Menurut paparan sang psikolog yang melakukan tes terhadap saya, alangkah lebih baik saya menyusun skala prioritas ide-ide apa yang bisa saya eksekusi terlebih dahulu. Saya juga disarankan untuk mengikat ide tersebut agar tidak hilang begitu saja karena menemukan ide bisa terjadi kapan saja.
Ide bisa datang ketika saya berada di dalam bus atau kereta, ketika menyetir, mau tidur, saat makan, dan berbagai kegiatan lainnya.
Saat ide muncul dengan tiba-tiba, biasanya saya mencatat terlebih dahulu di memo ponsel saya tentang tema tulisan yang akan saya tulis.
Setelah beberapa ide terkumpul, maka saya memiliki dua alternartif untuk mengeksekusinya. Pertama, mengeksekusinya secara langsung dalam sebuah tulisan utuh dan kedua menuliskan terlebih dahulu poin-poin apa saja yang akan saya tulis pada sebuah layout tulisan.
Kedua cara ini saya gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika pengalaman pribadi dan sebagian besar rasa yang menjadi penggerak tulisan tersebut masih bisa saya rasakan dengan baik, maka saya akan langsung mengeksekusinya. Pun jika saya menemukan sebuah ide dan ada waktu luang untuk segera mengekskusinya, maka saya tak perlu menulisakan layout terlebih dahulu.
Namun, berbeda halnya jika saya tidak memiliki waktu dan mood untuk menulis ketika ide datang. Layout tulisan pun menjadi pilihan utama karena cukup membantu saya mengolah rasa menjadi sebuah karya. Layout tulisan amat membantu untuk melanjutkan ide segar mengenai poin-poin pembahasan yang akan saya tulis.
Makanya, di dalam layout tulisan sederhana yang saya buat, ada kata kunci dan elaborasi poin penting yang akan saya bahas.
Pembuatan layout tulisan juga amat membantu dalam mencapai kohesi atau keserasian satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam sebuah tulisan. Saya bisa lebih mudah menghubungkan pokok bahasan antara satu paragraf dengan paragraf berikutnya agar tetap nyambung dan enak dibaca.
Di samping itu, dengan menggunakan layout tulisan, saya lebih mudah mendapatkan ide poin bahasan baru yang tidak saya dapatkan jika langsung mengeksekusi tulisan.Â
Ide poin bahasan baru ini biasanya tiba-tiba saja muncul ketika saya sudah selesai menuliskan poin-poin penting yang akan saya bahas dalam sebuah paragraf.
Meski demikian, dalam sebuah tulisan tentu ada keterbatasan yang saya dapatkan. Biasanya, saya menulis maksimal antara 1.300 hingga 1.500 kata saja dengan petimbangan memudahkan pembaca kala membaca tulisan saya. Untuk itulah, layout tulisan juga membantu dalam membatasi poin permasalahan tersebut.
Beberapa waktu belakangan, saya mulai sedikit rajin melakukan riset keyword alias kata kunci dalam tulisan saya karena demi penghasilan Google Adsense.Â
Tidak munafik, dengan kenaikan penghasilan dari GA tersebut, saya juga ingin meningkatkannya yang disertai usaha untuk melakukan riset kata kunci.
Walau demikian, saya tidak terlalu rumit dalam melakukan riset kata kunci ini. Beberapa tools seperti Ubersuggest atau Google Trends menjadi andalan saya.Â
Riset kata kunci yang sudah saya lakukan biasanya akan saya tuangkan dalam layout tulisan. Saya akan menulis topik-topik apa saja yang sekiranya sedang trend dan banyak digemari. Tidak itu saja, saya juga kerap memadupadankan antara riset kata kunci dengan hasil analisis pada Google Analytic.
Perpaduan ini akan menghasilkan ide tulisan baru yang merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya. Misalkan, beberapa waktu lalu, saya menulis mengenai pengalaman PKL di Pabrik Gula. Tidak lama kemudian, saya menerima beberapa DM di Instagram dan Facebook yang menanyakan tata cara pengajuan proposal PKL tersebut dari beberapa mahasiswa.
Setelah saya cek di riset pencarian kata kunci dan hasil analisis pada Google Analytic, ternyata tulisan dengan kata kunci PKL Pabrik Gula tersebut cukup banyak dicari.Â
Alhasil, saya pun membuat beberapa layout tulisan dulu yang mendukung tulisan awal tersebut. Saya menulis poin-poin apa saja yang belum terjawab dan sering ditanyakan para mahasiswa tadi. Di sinilah peran layout tulisan bisa saya gunakan secara maksimal.
Ketika saya bisa mengeksekusinya dengan baik, perasaan lega dan bahagia akan muncul entah bagaimana nanti para pembaca dalam memberikan feedback.Â
Bagi saya, berhasil mengeksekusi tulisan dengan banyak ide di dalamnya lebih puas dibandingkan materi atau views semata. Walau tentu, kedua hal tersebut juga penting.
Layout tulisan juga bisa menjadi arsip yang berharga jika saya mendapatkan job placement dengan pihak lain atau mengikuti lomba. Saya bisa belajar kelemahan tulisan saya dan menjadi perbaikan ke depannya.Â
Tidak hanya itu, ketika saya menulis suatu topik yang membutuhkan literatur tambahan, layout tulisan juga membantu dalam mengikat judul literatur yang akan saya gunakan agar tulisan saya bisa lebih dipertanggungjawabkan.
Banyak sekali cara kita dalam mengikat rasa menjadi karya tulisan. Tiap orang berbeda-beda dalam melakukannya. Tinggal bagaimana kita bisa nyaman dengan hal tersebut sehingga menghasilkan sebuah karya yang berkualitas.
Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H