Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hasil Tak Terduga dan Dominasi Negara Latin pada Miss Universe 2020

17 Mei 2021   16:40 Diperbarui: 18 Mei 2021   11:39 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajang Miss Universe 2020 telah sampai pada puncaknya.

Pada Minggu Malam (Senin pagi WIB), kontes ini telah memilih ratu baru yang menggantikan Zozibini Tunzi sebagai Miss Universe 2019. Semua pengamat dan penggemar pageant pun menyorot ajang yang seharusnya digelar pada Desember 2020 kemarin.

Meski masih menjadi ajang kecantikan terbesar di dunia, sayangnya banyak yang kurang puas atas perhelatan Miss Universe tahun ini. 

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakpuasan tersebut. Mulai hasil pemilihan, konsep acara, hingga beberapa desas-desus yang mengiringi kontes yang sudah berlangsung sebanyak 69 kali ini.

Dominasi Negara Latin

Catatan pertama mengenai Miss Universe 2020 adalah dominasi negara latin yang begitu kuat. Dominasi ini mulai terasa saat salah satu televisi berbasis negara Latin -- Telemundo -- menjadi sponsor utama dan memiliki hak siar. 

Tidak hanya sebatas itu saja, pengisi acara seperti penyanyi yang tampil pun juga berasal dari Amerika Latin.

Tidak lain, Luis Fonsi, penyanyi asal Puerto Rico yang namanya melejit lewat lagu Despacito didapuk menjadi pengisi acara. Ia mengiringi peserta terutama saat final look babak 5 besar. Tidak hanya itu, tarian dari Amerika Latin juga ditampilkan pada acara yang berlangsung di Miami Florida tersebut.

Dominasi berlanjut ketika pemanggilan peserta yang lolos ke babak 21 besar. Pada tahun ini, format babak 21 besar tidak lagi menggunakan sistem benua, tetapi total keseluruhan peserta. 

Alhasil, 11 dari 21 peserta yang lolos ke babak selanjutnya berasal dari Amerika Latin. Meski, negara yang dianggap kuat seperti Venezuela dan Panama tidak lolos, tetap saja negara latin mendominasi.


Dominasi negara latin berlanjut hingga babak 5 besar. Pada babak tanya jawab seputar isu terkini tersebut, 4 dari 5 peserta berasal dari negara latin. Mereka adalah Meksiko, Republik Dominika, Peru, dan Brazil. Satu-satunya negara di luar Amerika Latin yang berhasil masuk ke babak 5 besar adalah India.

Juri yang dianggap tidak obyektif

Dominasi negara Amerika Latin yang masuk ke babak semifinal dan final membuat banyak kalangan memberikan julukan Miss Telemundo pada gelaran tahun ini. Sebenarnya, gelar tersebut tidak menjurus kepada sponsor yang bersangkutan tetapi pada penilaian yang diberikan.

Perlu diketahui, penilaian peserta yang masuk ke babak 21 besar adalah melalui preliminary dan deep interview. Pada penilaian deep interview yang dilakukan secara tertutup, pihak luar tidak akan bisa menilai secara langsung. 

Akan tetapi, saat penilaian peserta yang akan masuk ke babak 10 besar, semuanya berasal dari sesi swimsuit yang dilakukan pada malam final tersebut. 

Artinya, penonton yang menyaksikan langsung dari layar kaca bisa menilai siapa saja yang layak untuk masuk ke babak selanjutnya. Pun dengan babak evening gown dan tanya jawab.


Beberapa peserta yang terhenti di babak 21 besar dinilai lebih layak untuk masuk ke babak selanjutnya. Salah satunya adalah Miss Colombia, Laura Olascuaga. 

Laura yang mendapat kesempatan awal begitu menggebrak panggung Miss Universe dengan catwalk sesi bikini yang membara. Gerak langkah kakinya pas dan pose wajahnya sangat bersemangat. Pun demikian dengan wakil Indonesia -- Ayu Maulida -- yang juga terhenti di babak ini.

Banyak pihak yang menganggap Ayuma sangat layak masuk ke babak selanjutnya. Kualitasnya jauh di atas para peserta yang lolos ke babak TOP 10 lantaran beberapa diantaranya terlihat lemas dan masih berpikir gerak langkah yang akan mereka gunakan. 

Persepsi yang kurang baik ini muncul lantaran Miss Universe tidak menampilkan skor hasil penilaian dewan juri saat sesi swimsuit babak 21 besar. Berbeda halnya dengan Miss Grand International yang langsung menampilkan hasilnya, para penonton bisa memprediksikan siapa saja yang bisa lolos dan tentunya bisa lebih dipertanggungjawabkan.

Nada miring terhadap penjurian berlanjut ketika sesi tanya jawab babak 5 besar. Banyak pihak yakin jika Miss Peru, akan menjadi juaranya. Jawaban Miss Peru mengenai apa yang akan dilakukan dengan korban kekerasan seksual cukup meyakinkan. Ia lantang akan bersama mereka dan memastikan untuk menguatkan mereka agar tidak takut dan tetap menjalani kehidupan.

Sayang, Miss Peru hanya meraih posisi ketiga. Juara Miss Universe malah jatuh kepada Miss Mexico -- Andrea Meza -- yang terlihat gugup dan ragu saat ditanya mengenai cara terbaik suatu negara dalam menghadapi pandemi covid-19.

Opini pun berkembang jika kualitas peserta yang masuk ke babak 5 besar mengalami penurunan dari Miss Universe sebelumnya. Seperti diketahui, 5 besar Miss Universe 2019 sangat mumpuni dalam menjawab pertanyaan yag diberikan. Bahkan saat itu sangat sulit untuk memastikan siapa yang akan menjadi pemenang lantaran kualitasnya hampir merata. 

Miss Universe pun dianggap telah menyia-nyiakan peserta yang sebenarnya mumpuni dalam menyampaikan sebuah isu. Salah satunya adalah Miss Australia -- Maria Thattil -- yang terhenti di babak 10 besar.

Kualitas acara yang mengalami penurunan

Tidak hanya dari sesi penjurian saja, kualitas acara pun juga disorot. Salah satunya adalah kualitas kamera yang kerap tidak fokus menyorot peserta yang sedang tampil. Banyak peserta yang masih belum selesai tampil membawakan catwalknya tetapi tidak lagi tersorot karena berpindah ke peserta selanjutnya.

Pembawa acara pun dianggap tidak begitu semangat ketika mengumumkan peserta yang masuk ke babak selanjutnya. Ada beberapa kali pengumuman peserta yang seakan lewat begitu saja padahal pada setiap acara kontes kecantikan, pengumuman peserta tersebut adalah yang paling ditunggu. 

Misalkan, ketika nama Indonesia disebut dengan lantang, maka perasaan bangga dan haru akan langsung terasa. Ini tak lepas dari absennya Steve Harvey yang biasanya tampil sejak tahun 2015. 

Meski begitu, sudah sepantasnya sorotan kepada pembawa acara dijadikan bahan evaluasi ke depannya agar siapapun yang menjadi pembawa acara bisa kembali membawa ruh euforia Miss Universe sebagai "Piala Dunianya" kontes kecantikan.

Hasil National Costume yang Begitu Disorot

Sorotan selanjutnya adalah mengenai best national costume. Sangat tidak terduga, Myanmar memenangkan best national costume tahun ini. Padahal, kostum yang ditampilkan adalah kostum dadakan lantaran kostum utamanya hilang saat bagasi wakil mereka mengalami masalah di Amerika Serikat. 

Memang, keberangkatan wakil Myanmar ini dilakukan secara diam-diam karena kondisi negaranya yang kacau.


Walau bisa saja pihak Miss Universe memberi panggung kepada Myanmar terkait hal tersebut, tetapi keputusan ini sungguh disayangkan. Masih banyak negara lain yang begitu niat membuat kostum nasional mereka. 

Indonesia misalnya dengan kostum komodo yang menuai banyak pujian. Finlandia juga apik menampilkan kostum aurora yang menyala di kegelapan. Ada juga Panama yang menampilkan suasana Terusan Panama dengan ciamik sebagai representasi ikon negara tersebut. Bisa saja, Myanmar diberi penghargaan khusus tetapi bukan best national costume.

Menurunnya prestasi negara kuat

Afrika Selatan juga menjadi sorotan pada edisi kali ini. Setelah 3 tahun berturut-turut masuk 3 besar dan dua kali juara, mereka pun akhirnya harus unplaced atau tidak lolos ke babak 21 besar. 

Prestasi buruk juga dicatatkan oleh Venezuela yang kembali unplaced setelah selalu masuk ke babak semifinal sejak 2017. Negara-negara Eropa pun banyak yang ambles karena tidak ada lagi sistem benua. Hanya dua negara Eropa yang lolos ke babak 21 besar yakni Prancis dan Inggris Raya.

Sorotan juga tertuju kepada wakil tuan rumah, Amerika Serikat. Wakil AS mendapat sorotan karena tak begitu terekspose sejak karantina. Miss USA, Asya Branch dikritik karena saat kedatangan mengenakan pakaian santai seperti di rumah. Ia pun juga jarang sekali mengunggah foto di Instragram seperti peserta lain.

Wakil Indonesia masih tetap mendapat pujian

Ayuma yang mewakili Indonesia masih mendapatkan banyak pujian meski posisi Indonesia mengalami penurunan pada tahun ini. Banyak pageant lover yang menganggap kualitas Ayuma sangat baik dan banyak sekali kenaikan semenjak dipilih sebagai Puteri Indonesia.

Ayuma makin lancar berbicara dan beropini dalam bahasa Inggris. Kemampuan make-upnya pun semakin bagus dan kerap digunakan sponsor dalam kegiatan karantina. Ia juga ramah dan mudah bergaul dengan peserta lain. 

Penampilan catwalknya saat sesi preliminary pun menjadi salah satu yang terbaik. Bahkan, penggemar dari negara Latin banyak yang memujinya dan sempat menempatkannya pada jajaran 5 besar. 

Ketika ia berjalan melewati lobi hotel, banyak fans dari negara lain memanggil dan meneriakkan namanya. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya Indonesia tidak kalah dalam Miss Universe tahun ini. Hanya saja, keberuntungan masih belum berpihak kepada Indonesia.

Indonesia bangga dengan Ayuma yang pekerja keras, tahan banting, ceria, ramah, dan mau mendengarkan saran. Hanya saja belum rejeki. - Instagram DPIDAMU
Indonesia bangga dengan Ayuma yang pekerja keras, tahan banting, ceria, ramah, dan mau mendengarkan saran. Hanya saja belum rejeki. - Instagram DPIDAMU
Strategi cepat harus segera dilakukan tim Indonesia karena pada Desember ini kemungkinan besar akan diadakan lagi Miss Universe 2021 di Kosta Rika. Sosok yang sudah siap bertanding, tahan banting, mau mendengar masukan, dan rendah hati seperti Ayuma atau bahkan lebih baik bisa menjadi catatan. 

Terlebih, dengan viralnya kostum komodo dan mulai tertariknya orang Indonesia pada kontes kecantikan, cepat atau lambat mahkota Miss Universe akan jatuh ke tangan Indonesia. Indonesia sudah mulai diperhitungkan dalam ajang ini.

Jadi, meski banyak pihak menganggap Miss Universe 2020 memiliki kontroversi, tetapi lantaran ini pertandingan yang penjuriannya tertutup, mari kita terima dengan sepenuh hati. Yang paling penting adalah tetap memberikan vibes positif bagi wakil kita, apapun hasilnya mereka sudah memberikan yang terbaik.

PS : Terima kasih ya yang sudah membaca ulasan pageant saya di Kompasiana meski saya tahu ulasan ini tidak banyak diminati, hehe. Sampai jumpa pada ajang Miss Supranational bulan Agustus mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun