Namun, petaka bermula ketika ada TU baru di sekolah saya. Bapak KS mengangkat Tu baru karena tenaga saya sudah tidak memungkinkan lagi untuk bolak-balik keluar sekolah lantaran disambi mengajar.
 Buku Ekspedisi tersebut ketlisut entah di mana. Saya tidak menyalahkannya karena saat itu juga sedang ada sedikit renovasi di ruang guru dan TU sehingga barangkali ada orang yang memindahkan barang tersebut dan tidak melapor.
Jadilah, buku ekspedisi "legend" hilang sementara waktu. TU baru pun menggantinya dengan buku ekspedisi baru yang fresh dan wangi baru keluar dari pabrik. Kegiatan surat-menyurat pun berjalan seperti biasa.
Naas, pada suatu kesempatan, saya kebagian mengantarkan dokumen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke Diknas. Sebenarnya saya sudah membawa buku ekspedisi dan sudah meminta tanda tangan kepada penerima. Beberapa hari kemudian, saya dipanggil oleh Kepala Sekolah.
Beliau marah karena baru saja dimarahi oleh Diknas karena belum mengumpulkan dokumen BOS. Loh, saya juga bingung dan tidak terima dong.Â
Saya mengatakan bahwa sudah beberapa hari lalu dokumen tersebut saya kumpulkan. Bukti tanda tangan surat ekspedisi pun sudah ada lengkap beserta nama penerima dokumen.
Namun, karena sekolah saya dianggap belum mengumpulkan dokumen, maka saya ngalah ke Diknas untuk mencari dokumen yang sudah saya kumpulkan.Â
Di sana saya sempat adu mulut karena memang saya sudah mengumpulkan. Saya tunjukkan bukti di dalam buku ekspedisi bahwa sekolah saya sudah mengumpulkan. Saya masih ingat waktu pengumpulan hari Selasa dan diminta kembali hari Jumat.
Lantaran secara struktural saya kalah, maka pilihan pun ada 2. Mencari dokumen tersebut sampai ketemu atau mencetak kembali dokumen tersebut.Â
Saya memilih opsi pertama karena saya sudah capai untuik mencetak dokumen yang tebalnya hampir 100 halaman. Belum lagi bolak-balik dari Kantor Diknas ke sekolah juga memakan waktu. Belum lagi ada pekerjaan mengoreksi tugas anak-anak yang makin menumpuk.
Dan tara...... hampir setengah jam saya mencari di sebuah ruangan dokumen saya ketemu. Bercampur dengan dokumen entah apa namanya yang berbaur menjadi satu.Â