Unplaced, jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya tak mencapai tujuan yang diinginkan. Istilah ini awalnya merujuk pada permainan berkuda. Ketika kuda yang dipacu oleh sang penunggang tidak bisa mencapai garis finis.
Istilah ini kemudian melebar di dunia kontes kecantikan atau pageant. Unplaced pun merujuk pada tidak masuknya seorang kontestan pada babak semifinal. Babak ini bisa saja babak 20 besar, 16 besar, 15 besar, atau 13 besar tergantung edisi kontes kecantikan yang diikuti. Lawan dari peserta yang unplaced adalah peserta yang placed dan akan mengikuti penilaian di sesi selanjutnya.
Pertanyaannya, apakah peserta yang unplaced akan langsung pulang dan berkemas layaknya peserta AFI Indosiar yang tereliminasi? Apakah mereka akan menagis tersedu-sedu ketika meninggalkan panggung besar yang pernah menjadi tempat mereka unjuk kebolehan?
Jawabannya adalah tidak.
Peserta yang unplaced, terutama di Miss Universe masih tampil menjadi pembuka sesi penilaian berikutnya. Ketika peserta yang masuk babak 10 besar melakukan penilaian swimsuit dan evening gown, mereka yang unplaced juga masih tampil di atas panggung dengan baju renang dan baju gaun malam. Mereka masih tetap tampil dan dibutuhkan untuk menjadi pembuka para peserta yang placed.
Hingga akhir penilaian alias hingga diketahui siapa yang menjadi pemenang, para peserta yang unplaced masih berada di atas panggung. Mereka masih berdiri dengan wajah cantik dengan senyum khas walau siapa tahu di dalam hati mereka rasanya amat sakit. Rasanya amat kecewa melihat kontestan lain berdiri di depan mereka dan mendapatkan gelar yang begitu mereka inginkan.
Namun, kekecewaan mereka tidaklah mereka tunjukkan. Mereka masih bahagia bahkan sampai ada sang ratu kecantikan yang terpilih, mereka akan bergerumbul untuk mengucapkan selamat. Mereka juga akan merasa senang dengan terpilihnya pesaing mereka menjadi Miss Universe baru. Kegembiraan tidak hanya di situ saja. Selepas acara usai, masih ada acara after party. Seluruh kontestan akan meluapkan kegembiraan dan menghilangkan sejenak beban yang sudah mereka rasakan sejak persiapan ke ajang tersebut, masa karantina, hingga malam final. Baik peserta yang placed maupun yang unplaced akan larut dalam pesta tersebut.
Lalu, mengapa saya menceritakan mengenai unplaced ini?
Jawabannya adalah karena kita akan mengakhiri tahun 2020 ini. Tahun ketika banyak sekali orag yang merasakan unplaced. Merasa bahwa banyak rencana hidupnya tidak sampai layaknya gagal tembus semifinal Miss Universe. Banyak orang merasa segala persiapannya di tahun sebelumnya seakan sia-sia. Buntu dan seakan hampa karena berbagai pembatasan yang harus dilakukan.
Saya pun merasakan bahwa hidup saya di tahun ini juga unplaced. Segala persiapan yang saya lakukan, walau tidak seheboh peserta Miss Universe, rasanya kok mentok. Saya harus menutup usaha bimbel selama 5 bulan, gagal dalam berjualan beberapa produk saat awal-awal pandemi, tidak memenangkan lomba blog, dan lain sebagainya.
Untungnya, ketika saya merasa unplaced ini, saya melihat video YT antara Zivana Siregar (Puteri Indonesia 2008) dan Bunga Jelitha (Puteri Indonesia 2017). Dalam  video itu, Bunga bercerita bagaimana rasanya mengalami unplaced pada Miss Universe 2017. Ia mengandaikan jika rasanya seperti panah yang menembus dada. Terlebih, saat ia gagal menembus babak semifinal, banyak sekali hate speech yang mengarah kepadanya.
Apa yang dirasakan Bunga sedikit banyak saya rasakan juga pada 2020 ini. Ia bercerita, sempat PD karena ia diminta untuk mempersiapkan gaun terbaik karena biasanya akan berpeluang masuk babak 10 besar. Eh ternyata ia harus unplaced. Sama seperti saya pada 2020 ini. Awal 2020, saya sudah semangat bisa membuka cabang bimbel lagi di beberapa kota.
Saya juga semangat akan memenangkan beberapa perlombaan blog seperti tahun sebelumnya. Eh malah saya harus menutup cabang bimbel karena benar-benar saya tidak ada uang untuk meneruskannya. Walau banyak kegagalan lomba blog, tetapi saya masih bersyukur juga karena ada perlombaan yang bisa saya menangkan dengan hadiah yang lumayan besar. Ini juga seperti yang dirasakan Bunga walau unplaced, tetapi nama Indonesia ternyata dikenal juga oleh banyak kontestan. Bahkan, ada beberapa kontestan asal negara latin yang sudah kenal Bunga dari Indonesia.
Jadi, saya semakin sadar dengan unplaced-nya saya tahun ini bukan berarti saya gagal total. Ada banyak sekali hikmah yang saya petik. Diantaranya saya bisa lebih peduli terhadap orang sekitar yang bisa saja posisinya juga tidak beruntung. Ada teman seorang pilot yang harus kehilangan pekerjaan plus bercerai dengan istrinya. Ada teman yang memiliki usaha travel antar kota harus berjuang memutar otak bagaimana bisa bertahan dengan pembatasan ini. Ada banyak sekali orang di sekitar saya yang entah bagaimana esok hari bisa makan dengan cukup. Dan sederet cerita lain terutama mereka yang sedang berjuang dengan penyakit akibat covid-19 ini.
Untuk itu, walau saya unplaced dengan target saya, tetapi saya masih mencoba untuk lebih mensyukuri dan berkata dalam diri bahwa saya tidak sendiri. Ini juga yang dirasakan oleh Bunga ketika ia dipeluk oleh Miss Universe Meksiko yang sama-sama unplaced. Padahal, Meksiko juga dikenal sebagai negara yang cukup kuat di dunia pageant. Pelukan mereka menandakan bahwa peserta yang unplaced memang baiknya saling menguatkan. Pun dengan siapa saja yang merasakan unplaced tahun ini, rasanya saling menguatkan adalah kunci. Dengan saling menguatkan, rasanya beban hidup yang terasa berat ini sedikit bisa lebih ringan.
Tidak hanya itu, apa yang dialami Bunga ketika unplaced juga menjadi pelajaran berharga. Saat itu, ia terlalu fokus memikirkan kata-kata haters di media sosial. Berbagai tanggapan negatif seperti sebutan pemutus rantai placement, memalukan nama Indonesia, dan sederet sebutan kegagalan lain menjadikan Bunga sempat berpikir untuk bunuh diri.
Pun demikian dengan banyak orang yang unplaced tahun 2020 ini dan memikirkan apa yang dilihatnya di media sosial atau pun yang dikatakan orang sekitar. Beban mental yang sudah berat terasa semakin berat. Pengelihatan mengenai hidup orang lain yang lebih baik atau olok-olok dari lingkungan sekitar menjadi penggempur yang ampuh untuk mematahkan mental. Alhasil, kasus bunuh diri pun bermunculan dan banyak diantaranya dilakukan oleh pria. Sosok yang dianggap kuat secara mental dan tidak boleh bersedih tetapi sebenarnya cukup rapuh jika ditelisik lebih dalam. Banyak pria yang unplaced merasa tak berharga untuk menafkahi keluarganya di tengah pandemi seperti ini.
Untuk itulah, lebih bijak dalam menggunakan sosial media dan menyaring perkataan dari lingkungan sekitar amatlah penting. Lagi-lagi, keadaan sulit ini dialami oleh semua orang. Dan yang terakhir, dengan unplaced-nya Bunga, maka momen tersebut juga digunakan sebagai bahan evaluasi ke depannya. Bagaimana agar wakil Indonesia bisa kembali placed.
Evaluasi itu pun berbuah manis dengan masuknya kembali nama Indonesia di jajaran TOP 20 pada 2018 dan bahkan bisa masuk TOP 10 untuk pertama kalinya pada 2019. Bukan mustahil, pada tahun 2020 ini posisi Indonesia bisa lebih baik lagi. Artinya, momen unplaced bisa menjadi modal untuk posisi yang lebih baik pada tahun selanjutnya. Sama dengan kita, unplaced yang kita dapatkan tahun ini bisa menjadi modal untuk mengarungi tahun selanjutnya. Siapa tahu, kita jauh lebih berhasil daripada posisi kita sebelum 2020. Namanya jalan hidup siapa yang tahu ya.
Jadi, meski unplaced membuat sesak dada, tetapi kalau kita bisa lebih arif dan bijaksana mendapatkan prestasi ini, maka sebenarnya bisa menjadi hikmah. Sama dengan kontestan Miss Universe yang mengalami unplaced dan masih berdiri di atas panggung hingga acara selesai. Masih bangga membawa sash negaranya karena mereka sudah berjuang keras demi negara. Kita pun juga bisa melakukannya dengan tetap tegak berdiri sambil berkacak pinggang dan berkata:
"Ya, meskipun unplaced, aku tetap punya mahkota dan kebanggan sendiri".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H