Tidak ada momen paling membuat uwu selain hari terakhir mengajarÂ
Diingat sampai sekarang, saya masih begitu terngiang momen tersebut dan apa yang terjadi selama hari itu. Tidak hanya membuka imaji kembali saat saya menjadi guru, tetapi memberikan makna bahwa hubungan antara guru dan siswa tidak sekadar kewajiban belajar mengajar.
Saya termasuk tipe guru yang tidak berusaha untuk terlalu dekat dengan siswa. Saya mencoba untuk tetap berada pada porsi yang tepat agar posisi saya sebagai guru tetap dihargai dan dihormati oleh siswa-siswi saya. Ini penting karena saya melihat banyak guru terutama muda yang tidak memberi batasan jelas antara guru dan siswa.
Meski demikian, saya berusaha pula untuk tidak berjarak terlalu jauh dengan siswa saya. Ketika pada waktu tertentu, saya pun berusaha menjadi teman yang baik. Mendengarkan curhat mereka dan memberi mereka apresiasi dari cerita yang mereka utarakan.
Mungkin ini pula yang membuat saya termasuk salah satu guru yang cukup memiliki ikatan yang erat dengan para siswa. Itu pula yang membuat hari terakhir mengajar benar-benar spesial.Â
Hari terakhir mengajar ini biasanya terjadi pada akhir tahun pelajaran atau saat kenaikan kelas. Setelah ujian akhir selesai, semua tugas siswa sudah terkumpul, dan rekap rapor sudah siap, maka saya pun bersiap untuk memberi memori terakhir bagi siswa saya.
Apa yang saya lakukan?
Salah satunya adalah menonton sebuah film. Ya, pada hari terakhir itu, saya khusus memutar film yang bisa ditonton oleh mereka.Â
Saya ingat, salah satu film yang saya putar adalah Chibi Maruko Chan Live Action atau versi doramanya.Â
Siswa satu kelas hampir semuanya memerhatikan dengan seksama film tersebut dari awal hingga akhir. Padahal, biasanya ada yang sudah mulai bosan dan mulai mengganggu temannya. Namun, kali itu tidak.
Mereka antusias dan cukup takjub dengan penggambaran karakter Maruko dan teman-temannya. Kebetulan, saat itu cerita yang diangkat mengenai tugas dari sang guru Maruko.Â