Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Sejarah Perjuangan, Antara Ekspektasi dan Nilai Sejarah

21 Oktober 2020   06:28 Diperbarui: 21 Oktober 2020   06:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan film Rizal sa Dapitan yang menggambarkan pejuangan rakyat Filipina. | famousfix.com

Saya termasuk selektif dalam memilih film yang akan saya tonton terlebih film sejarah.

Alasannya, saya memiliki ekspektasi yang cukup tinggi terhadap film perjuangan dibandingkan film lainnya. Ekspektasi tinggi ini terjadi karena saya sudah tahu jalan cerita film yang akan saya tonton dari pelajaran sejarah di sekolah atau referensi yang saya baca.

Saya hanya berharap untuk mendapatkan visualisasi lebih atas apa yang sudah saya pelajari mengenai tokoh atau peristiwa sejarah sehingga saya bisa dapat memaknainya jauh lebih baik. Di samping itu, saya juga berharap mendapatkan cerita lain atau fakta lain mengenai tokoh atau cerita sejarah yang tak saya dapatkan dari referensi atau pelajaran sejarah.

Ekspektasi yang tinggi ini membuat seringkali saya menelan kekecewaan pada film bertema sejarah atau perjuangan yang saya tonton. Bukan bermaksud mengatakan bahwa pembuat dan pelakon film seperti ini buruk. Namun, saya mengakui bahwa membuat film seperti ini amatlah sulit.

Kesulitan itu berasal dari karakter tokoh sejarah yang begitu kuat dari pemaparan berbagai referensi. Karakter kuat inilah yang mendororong otak saya mengatakan bahwa tokoh yang ditampilkan harus seperti ini dan itu. Terlebih, tokoh pahlawan nasional yang seringkali memiliki sikap yang tanpa cacat lantaran dalam sumber sejarah terus dipaparkan berbagai kelebihannya.

Makanya, visualisasi tokoh-tokoh tersebut dalam sebuah film tidak akan pernah bisa sempurna. Pasti ada celah ketika pemeran tokoh pejuang tidak dapat menggambarkan karakter asli dari tokoh yang ia perankan. Tidak hanya itu, kadang skenario yang terdapat dalam film tersebut melenceng cukup jauh dari kisah yang semestinya. Tentu ini juga menjadi pertimbangan saya dalam memilih film sejarah perjuangan.

Selain ekspektasi yang tinggi, banyaknya tokoh sejarah yang kisahnya masih diliputi kegelapan juga menjadi catatan. Ada beberapa tokoh perjuangan Indonesia yang masih abu-abu kisah perjuangannya. Sebut saja Tan Malaka.

Tokoh ini masih menjadi misteri terlebih keterlibatannya dengan kaum kiri Indonesia pada masa revolusi fisik. Penggambaran Tan Malakan dalam sebuah film apa pun akan menjadi sebuah kontroversi karena masih banyak versi sejarah akan tokoh tersebut. Menggambarkan Tan Malaka dalam sebuah film dengan karakter yang pakem agaknya akan menjadi boomerang tersendiri bagi pembuat dan pelakon film tersebut.

Pun demikian dengan film sejarah perjuangan lain yang kerap memuat kontroversi. Sebut saja film Jendral Soedirman yang menggambarkan sosok pejuang Indonesia ini. Film ini banyak ditentang lantaran ada penggambaran mengenai sosok Ir. Soekarno yang ingkar janji. Jika film ini ditonton dengan pemahaman yang mentah, maka akan timbul konsep yang berbahaya. Lantaran, ada banyak cerita sejarah yang belum tergambar dalam film tersebut secara utuh.

Untuk itulah, pemahaman utuh mengenai sejarah perjuangan bangsa sebelum kita melihat sebuah film perjuangan amatlah penting. Dengan memahami secara utuh, ketika kita melihat sebuah film perjuangan yang belum sesuai dengan apa yang kita dapatkan, maka kita bisa menanggapinya secara bijak. Toh itu hanya sebuah film yang tidak hanya menonjolkan cerita sejarah melainkan juga sisi hiburannya.

Meski demikian, pemutaran film sejarah perjuangan secara rutin tetaplah penting. Tentu, film yang benar-benar telah dikaji alur ceritanya dengan baik dan benar. Kalau misalkan film berdurasi pajang terlalu sulit menggambarkan esensi sejarah tersebut, maka film pendek bisa jadi solusinya. Yang penting makna di dalamnya tetap bisa tersampaikan, nilai-nilai perjuangan juga tetap bisa diambil hikmahnya, dan tentunya masih ada unsur menghiburnya.

Terlebih, saat ini masih dalam pandemi covid-19 yang belum memungkinkan adanya produksi film berdurasi panjang untuk tayang di bioskop. Pembuatan film pendek  sejarah perjuangan  pun bisa dilakukan. Terutama, sejarah perjuangan yang belum difilmkan dan diketahui banyak orang. Film ini juga perlu ditayangkan secara rutin di televisi agar dapat dilihat oleh banyak orang pada jam utama. Paling tidak selama 30-60 menit tiap satu minggu sekali. Ini jauh lebih berlamfaat dibandingkan sinetron yang (maaf) kurang bisa diambil hikmah dan pelajarannya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun