Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gelaran Kontes Kecantikan, Ceruk Penonton yang Tidak Bisa Dimaksimalkan oleh RCTI

30 Agustus 2020   17:02 Diperbarui: 30 Agustus 2020   17:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Sumber: Miss Indonesia

Lucu juga ya melihat apa yang diributkan oleh RCTI dan iNews TV saat menggugat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran) ke Mahkamah Konstitusi (MK). Bagi saya lucu karena dengan sumber daya yang amat tinggi yang dimiliki oleh grup stasiun TV tersebut, seakan menyiratkan mereka kelabakan oleh berbagai konten yang ada di media sosial, terutama YouTube dan Instagram.

Sekarang begini, orang pasti butuh akan hiburan dan informasi yang membuat mereka bisa sejenak melepas rehat. Ketika apa yang mereka lihat dirasa tak sesuai dengan selera mereka, maka dengan mudahnya orang akan meninggalkan apa yang mereka tonton.

Saya sempat melihat siaran RCTI pada jam utama. Apa yang saya lakukan sengaja untuk melihat bagaimana sih kualitas tayangan mereka saat gugatan ini diributkan. Dan saat itu, kebetulan ada sebuah sinetron -- tidak saya sebut namanya -- yang dengan lugas mempromosikan sebuah produk dalam adegannya.

Saking kagetnya, saya sampai membesarkan volume TV analog saya karena ingin tahu seberapa nyambung antara endorse produk tersebut dengan jalannya cerita. Dan bisa ditebak, kening saya pun naik yang menandakan saya tak paham dan tidak menikmati apa yang saya tonton.

Jika boleh jujur, saya hanya menonton tayangan RCTI hanya pada 2 acara saja. Pertama, yakni acara pemilihan Miss Indonesia yang akan mewakili negeri ini di ajang Miss World. Kedua, konser atau pun pemilihan member JKT48 yang selalu saya tunggu karena saya tidak bisa datang ke teater.

Kedua jenis acara ini saya tonton karena saya tertarik dan ada relasi kedekatan batin antara kesukaan dengan acara televisi tersebut. Ini juga sama dengan rekan saya yang hanya menonton RCTI untuk siaran bola. Artinya, sebenarnya RCTI memiliki celah untuk mengeruk penonton melalui previlige acara yang mereka berikan melalui para penggemar fanatik suatu hal. Entah olahraga, kontes kecantikan, kontes menyanyi, dan lain sebagainya.

Sayangnya, kadang para penggemar fanatik ini seakan belum mendapatkan kepuasan yang diperoleh dari tayangan yang diberikan. Acara pemilihan Miss Indonesia (MI) contohnya. Jika anda bertanya kepada pageant lover -- penggemar kontes kecantikan -- hampir semuanya akan lebih tertarik untuk melihat pemilihan Puteri Indonesia (PI) yang ditayangkan oleh Emtek Grup (Indosiar dan SCTV).

Padahal, jika jika boleh mencoba netral, sebenarnya pemilihan MI juga layak untuk ditonton. Mereka juga menghadirkan Miss World terpilih sama halnya PI menghadirkan Miss Universe terpilih. Para bintang tamu yang diundang pun juga tak kalah keren. Pada gelaran MI 2020 kemarin, secara esklusif mereka mengundang Andmesh yang berduet dengan Miss World 2019 asl Jamaika, Toni Anh Singh.

Lagi-lagi, dengan kemegahan acara itu, rasanya kesan mendalam pemilihan MI tak seperti PI. Sampai sekarang pun, saya masih terngiang opening number peserta PI yang begitu spektakuler. Begitu pula dengan last walk Frederika Alexis Cull -- Puteri Indonesia 2019 -- hingga penobatan Roro Ayu Maulida Puteri sebagai Puteri Indonesia 2020. Tari gemufamire yang ditarikan oleh para peserta juga masih terngiang di otak.

Sementara, saya hanya mengingat nama pemenang MI 2020 yang berasal dari Sulawesi Selatan dan duet Andmesh tadi. Tidak hanya itu, saya bahkan tidak tahu siapa saja nama peserta MI dari berbagai provinsi. Berbanding terbalik dengan nama peserta PI, bahkan nama 6 perwakilan DKI Jakarta pun saya hafal.

Apa yang saya rasakan ini bisa jadi tanda bahwa RCTI belum bisa mengemas acara yang dihadirkannya dengan menarik. Padahal, ceruk penonton dari kontes kecantikan ini amatlah tinggi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk banyak yang para penggemar kontes kecantikannya juga amat fanatik, sebetulnya RCTI bisa mengambil ceruk ini.

Buktinya, para pemenang Miss Indonesia tahun-tahun sebelumnya juga mendapat apresiasi dari para pageant lover ketika mereka bercerita pengalaman selama menjabat dan saat berkompetisi di ajang Miss World.

Nama-nama seperti Maria Harfanti (Mahar), Natasha Manuela, dan Tya Nielsen adalah beberapa nama pemenang Miss Indonesia kesayangan pageant lover (PL). Prestasi yang mereka dapat benar-benar luar biasa. Walau tak lagi menjabat, mereka masih mendapat perhatian lebih dari para penggemar kontes kecantikan. Setiap mereka live di IG atau diundang berbincang di sebuah pageant session YT, penonton pun selalu banyak.

Yang membuat para PL tertarik adalah meskipun tidak lagi menjabat, tetapi misi sosial tetap mereka jalankan. Mahar misalnya yang hingga kini masih setia membuka sekolah di daerah tertinggal. 

Dalam sebuah IG live bersama Artika Sari Devi (Puteri Indonesia 2004), ia menceritakan bagaimana begitu bersemangat menyediakan berbagai pelatihan di sekolah tersebut. Bagaimana ia secara konsisten berjuang agar anak-anak di pedalaman tersebut bisa mendapatkan akses yang sama seperti anak-anak kota.

Saya saja yang melihat IG TV tersebut sampai geleng-geleng kepala dan bertanya mengapa cerita positif ini tak banyak diekspose? Mengapa konten yang sangat berfaedah ini kini diperangi yang notabene oleh media yang membesarkan Mahar?

Maria Harfanti, Miss Indonesia yang juga runner-up 2 Miss World 2015 bercerita kegiatan sosialnya pasca menjabat Miss Indonesia. - Sumber : IG Artikawhulandary beauty camop
Maria Harfanti, Miss Indonesia yang juga runner-up 2 Miss World 2015 bercerita kegiatan sosialnya pasca menjabat Miss Indonesia. - Sumber : IG Artikawhulandary beauty camop
Tidak hanya saya, beberapa komentar para PL juga sangat menyayangkan kenapa RCTI tidak mem-blow up kegiatan positif ini? Bukankah dengan menceritakan pengabdian alumni MI kepada masyarakat akan membuka mata orang banyak bahwa kontes kecantikan tidak hanya sekadar ajang cantik dan berburu mahkota saja? Sayang seribu sayang, ceruk ini juga tidak dilirik oleh RCTI.

Tidak hanya itu, para pemenang MI yang sedang menjabat juga seakan mendapatkan porsi yang banyak dalam siaran RCTI. Saya hanya melihat mereka muncul sekilas pada siaran infotainment yang hanya diceritakan dalam beberapa menit saja sembari mengisi berita gosip para artis yang sedang ramai.

Kalau RCTI bisa saja mencari celah untuk sedikit memberi panggung mengenai kegiatan para pemenang tersebut, bisa jadi channel ini akan dilirik lagi oleh para PL yang setia. Semisal, setiap berapa hari sekali memberikan slot 30 menit bagi Miss Indonesia bercerita kegiatannya. Mulai berlatih public speaking, berlatih catwalk, olahraga, misi sosial, dan lain sebagainya.

RCTI bisa mengadopsi apa yang dilakukan oleh Ivan Gunawan ketika mengambil alih lisensi Miss Grand Indonesia. Ia pun bekerja sama dengan MOP Channel milik Ruben Onsu yang menayangkan kegiatan para peserta MGI saat sebelum pemilihan. Walau sederhana, apa yang ditampilkan juga sangat menarik.

Pun saat para pemenang MGI terpilih, mereka pun beralih channel ke milik Ivan Gunawan mengenai kegiatan yang mereka lakukan. Salah satu yang membuat berkesan adalah saat mereka melakukan perawatan gigi. Dengan kelucuan yang diberikan Igun, para PL tertarik mengikuti kegiatan para queen meski kalau dipikir lagi kok ya tidak terlalu penting. Namun, yang pasti apa yang ditampilkan oleh MGI amat menghibur dan sebagai PL saya merasa puas melihatnya. Oh ternyata, ada progress dari pemenang yang terpilih.


Ceruk inilah yang semestinya bisa dihadirkan oleh RCTI. Memang, antara MI dan para PL seakan berjarak. Ini juga diamini oleh Natasha Manuela dalam sebuah pageant session yang menyatakan bahwa memang media yang menaungi mereka tidak terlalu fokus dalam pageant yang mereka kelola. Ketidakfokusan ini membuat banyak PL merasa MI bukanlah pageant yang menghibur seperti PI dan MGI.

Tidak hanya mengenai pageant, berbagai potensi yang dimiliki oleh RCTI sebenarnya bisa dimaksimalkan kembali. Mengurangi sinetron yang absurd dan acara musik yang penuh gimmick adalah beberapa hal dasar yang harus segera dilakukan jika stasiun TV ini tak ingin terus kehilangan penonton.

Salam.        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun