Di sebuah reuni sekolah, seringkali ada satu atau dua orang yang merasa bahwa apa yang selama ini didapatkannya jauh dari apa yang sudah didapatkan oleh teman-temannya. Pun demikian dengan pertemuan keluarga besar, saat ada anggota keluarga yang malu dengan segala kegemilangan yang dimiliki oleh anggota keluarga lain.
Ini tak mengherankan. Bahkan kita sendiri, kadang merasa apa yang kita punya tidak bisa sebanyak yang dimiliki oleh orang lain. Entah belum memiliki mobil, belum memiliki rumah, pendapatan yang fantastis, atau yang lainnya. Terlebih, dengan merebaknya media sosial, rasanya rasa kurang akan rezeki yang didapat menjadi hal yang begitu mudah menghinggapi diri.
Manusiawi sebenarnya. Toh kita diberi hawa nafsu oleh Tuhan yang menjadi kodrat kita. Justru aneh kalau kita tidak memiliki rasa iri dan ingin mendapatkan apa yang didapatkan oleh orang lain. Ya namanya manusia, mau bagaimana lagi?
Tetapi, rasa iri itu bukan menjadi alasan untuk bertindak tidak baik atau malah membebani hidup kita. Alasannya, selain diberi hawa nafsu oleh Tuhan, kita juga diberi oleh Tuhal akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran, kita harus bisa mengendalikan rasa iri itu agar tidak semakin melebar dan membuat kita semakin tidak menghargai apa yang kita dapat.
Jika akal kita bekerja dengan baik, kita akan bisa memahami konsep porsi dari rezeki. Porsi merupakan takaran yang diberikan kepada seseorang. Layaknya makanan, tiap orang memiliki porsi yang berbeda. Ada yang banyak dan ada yang sedikit.
Ada orang yang hanya makan sedikit tetapi ia sudah kenyang dan ada yang harus makan banya baru kenyang. Ada yang mencoba porsi banyak yang sebenarnya ia perlu sedikit akhirnya makanan itu tidak habis. Inilah porsi yang menjadi takaran sesuatu yang diberikan bagi tiap orang.
Pun demikian dengan rezeki, tiap orang memiliki porsi yang berbeda. Ada yang banyak sampai bisa membeli lisensi Miss Universe, ada yang cukup untuk makan sehari-hari. Kalau dilihat, kok rasanya tidak adil ya? Bahkan kadang, jika kita melihat kerja payah orang yang mendapatkan materi lebih banyak bekerja tidak terlalu keras dan sebaliknya.
Padahal, jika melihat definisi dari porsi menurut KBBI adalah bagian yang harus dikerjakan atau menjadi tanggung jawabnya. Jika direnungkan lebih dalam, ada tanggung jawab terhadap rezeki yang kita dapat. Kita gunakan untuk apa rezeki tersebut. Apakah hanya sekadar lewat atau ada hal lain?
Bisa jadi, rezeki yang terlihat tak terlalu banyak sebenarnya adalah porsi yang pas dari kemampuan kita mengelolanya. Misalkan saya pribadi yang cenderung takut jika tiba-tiba mendapat rezeki yag banyak. Beberapa tahun yang lalu, saya mendapatkan amanah warisan sebidang tanah dari almarhum nenek yang jumlahnya meski tidak banyak tetapi cukup wow untuk ukuran saya yang masih berusia 20an. Karena panik, akhirnya saya memilih untuk memberikan dulu kepada ayah dan saudara lain untuk mengurusnya.
Saya takut saja kalau materi tersebut tidak bisa saya gunakan dengan baik. Apalagi saya hobi jalan-jalan dan keluyuran yang makin membuat saya ngeri jikalau ada pikiran untuk menjual semua yang saya punya tersebut tak bersisa dan habis saya gunakan untuk hobi saya.
Dari sini, saya menyadari bahwa porsi rezeki saya belumlah sebanyak itu. Saya ternyata lebih bisa menjaga amanah rezeki dengan menabung sedikit demi sedikit sembari berproses ke arah yang lebih banyak dan lebih baik.