Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengawali Pembukaan "New Normal", Wisata Pemandian Songgoriti Masih Terlihat Sepi

3 Agustus 2020   08:08 Diperbarui: 3 Agustus 2020   08:07 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas loket memotret KTP milik saya. - Dokumen Pribadi


Sekali lagi, saya memberanikan jalan-jalan keluar rumah ke sebuah tempat wisata pada Minggu (2/8/2020) kemarin.

Mulanya saya ingin ke Candi Badut yang dekat dengan rumah. Sayang, candi tersebut masih tutup. Lalu, saya pun mencari candi lain yang bisa saya kunjungi dan memutuskan ke Candi Songgroti.

Candi ini berada di dekat pemandian Songgoriti yang terkenal akan deretan vilanya. Dan lagi-lagi, ternyata candi tersebut masih tutup. Pintu area candi masih terkunci rapat dan tak ada satu orang pun yang ada di sana.

Lantaran sudah jauh-jauh ke Kota Wisata Batu, rasanya sayang untuk segera pulang. Walau sebenarnya tidak ada niatan, tetapi akhirnya saya pun memutuskan untuk masuk ke wisata Tirta Nirwana alias sering disebut dengan wisata pemandian Songgroriti.

Saya berani masuk ke tempat tersebut lantaran saat memarkir motor di dekat pasar oleh-oleh yang sudah buka, tak banyak kendaraan yang terparkir. Jadi, saya bisa mengasumsikan bahwa tak banyak orang berkunjung dan sedikit meminimalisasi penyebaran wabah covid-19.

Pasar wisata yang terlihat lengang. - Dokumen Pribadi
Pasar wisata yang terlihat lengang. - Dokumen Pribadi
Meski demikian, lantaran saking sepinya suasana di sekitar pintu masuk, saya tak yakin apakah tempat wisata ini buka. Padahal, loket sudah terlihat buka dan ada satu orang petugas yang sudah siap dengan alat pengukur suhu tubuh. Penjelasan detail mengenai apa yang harus dilakukan oleh pengunjung sebelum masuk tempat wisata ini juga sudah terpampang jelas.

Mulai harus mencuci tangan, antre di tempat yangh sudah ditentukan, dan pastinya memakai masker. Saya pun mendekat loket yang dijaga oleh seorang ibu. Beliau lalu menanyakan berapa orang yang berkunjung bersama saya dan langsung saya jawab saya datang seorang diri.

Imbauan pelaksanaan New Normal. - Dokumen Pribadi
Imbauan pelaksanaan New Normal. - Dokumen Pribadi
Uang sebesar 15 ribu rupiah pun saya masukkan keranjang kecil yang langsung diganti oleh gelang tempel khas taman bermain. Prosedur seperti ini kerap saya temui di restoran cepat saji untuk meminimalisasi kontak fisik antara petugas dengan pengunjung. Untunglah saya membayar dengan uang pas jadi tak perlu menunggu uang kembalian.

Namun, petugas loket ternyata meminta identitas diri saya dengan memfoto KTP asli yang saya bawa. Tanpa banyak kata, saya pun meletakkan KTP ke keranjang tersebut. Selepas itu, petugas loket pun meminta nomot ponsel saya yang aktif dengan tujuan agar mudah dihubungi jikalau ada hal-hal yang tak diinginkan. Ini juga sama seperti apa yang saya alami di panti pijat beberapa waktu lalu.

Petugas loket memotret KTP milik saya. - Dokumen Pribadi
Petugas loket memotret KTP milik saya. - Dokumen Pribadi
Selepas prosedur di loket tersebut rampung, saya pun dicek suhu tubuh dan tentu suhu tubuh saya normal karena datang dalam kondisi sehat. Petugas pun memakaikan gelang dan mempersilakan saya masuk. Baru beberapa langkah, saya terkejut dengan sebuah ruangan kecil dengan tulisan ruang isolasi yang jelas.

Di sana tak ada petugas yang berjaga hanya saja informasi mengenai sebuah ruangan yang digunakan untuk pengunjung yang mengalami gejala mirip covid-19. Ruangan tersebut juga dilarang dimasuki oleh pengunjung atau petugas selain gugus tugas covid-19. Entah bagaimana ruangan ini digunakan nantinya, apakah jika ada pengunjung yang sesak nafas akan dimasukkan ke sana atau bagiamana. Yang jelas, ruangan tersebut amat kecil dan saya perkirakan hanya seukuran ruang UKS di sebuah sekolah. Atau bahkan lebih kecil dari itu.

Ruang isolasi. - Dokumen Pribadi
Ruang isolasi. - Dokumen Pribadi
Suasana hening langsung saya rasakan begitu masuk ke area taman bermain anak yang penuh dengan mainan dan patung. Beberapa suara orang berenang terdengar jelas dari arah kolam renang yang berada di sisi kanan dari taman bermain tersebut.

Taman yang lengang. - Dokumen Pribadi
Taman yang lengang. - Dokumen Pribadi
Saya pun berkeliling taman bermain dahulu dan mendapat kejutan berupa sampah daun yang masih berserakan di beberapa bagian. Untungnya, meski sampah daun cukup banyak terhampar di jalan yang membelah taman, tetapi tak ada satu pun sampah yang ada di tempat duduk pengunjung. Bahkan, di sana sudah ada tanda larangan untuk tidak diduduki sebagai bentuk prosedur pencegahan wabah covid-19.

Taman yang sepi. - Dokumen Pribadi
Taman yang sepi. - Dokumen Pribadi
Langkah kaki saya lalu menuju danau yang menjadi ikon dari tempat wisata ini. Patung rombongan Biksu Tong, Go Kong dan kawan-kawan masih berdiri tegak di tepi danau. Pada bagian jembatan yang membelah danau, juga tak tampak pengunjung yang biasanya menjadi rebutan untuk berfoto. Pun demikian dengan sepeda air yang tampak kosong melompong. Nihil oleh pengunjung yang mencoba mengelilingi danau dengan kendaraan tersebut. Barulah beberapa saat kemudian, saya melihat satu keluarga, ayah, ibu, dan seorang anak yang mencoba sepeda tersebut.

Patung biksu Tong dan ketiga muridnya - Dokumen Pribadi
Patung biksu Tong dan ketiga muridnya - Dokumen Pribadi
Mereka menjadi pengunjung kedua setelah saya dan kemudian diikuti oleh dua keluarga lain. Mendapatkan teman di taman tersebut membuat saya tenang. Paling tidak saya tidak sendirian dan berasa creepy.

Wahana sepeda air yang sepi. - Dokumen Pribadi
Wahana sepeda air yang sepi. - Dokumen Pribadi
Lalu, saya pun menuju pujasera yang berada di sebelah kolam renang. Tak tampak banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Walaupun pengunjung kolam renang mulai bermunculan terutama para pemuda yang sedang belajar beranang, tetap saja, kursi-kursi di tempat tersebut sepi.

Cukup lama saya duduk di tempat tersebut sambil melihat orang berenang. Kegiatan yang sudah lama saya tinggalkan. Biasanya, saya mengantar sepupu saya berenang sambil menikmati teh hangat ang dijual di sebuah kolam renang umum. Kini, kegiatan itu tak bisa leluasa dilakukan.

Tampak lengang. - Dokumen Pribadi
Tampak lengang. - Dokumen Pribadi
Kunjungan saya ke wisata ini hanya sebentar karena saya sudah merasa cukup untuk menenangkan diri dan mengobati kekecewaan karena candi yang saya tuju tutup. Saya pun keluar dan meminta hand sanitizer kepada petugas.

Meski hari sudah siang, masih belum banyak pengunjung yang datang. Suara para pedagang cindera mata pun bersahut-sahutan berpadu dengan suara para penjaja villa. Mereka tetap semangat walau kondisi tempat wisata yang menginisasi pembukaan wisata new normal di Malang Raya tetaplah sepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun