Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bekal Ilmu Kimia Saat Kuliah yang Terpakai hingga Sekarang

26 Juli 2020   06:47 Diperbarui: 26 Juli 2020   06:45 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu adalah salah satu bekal yang sangat berguna bagi kehidupan kita.

Termasuk, ilmu yang kita pelajari di bangku sekolah, kuliah, atau pun dari masyarakat. Kadang, kita tidak menyadari bahwa kita sedang mengaplikasikan ilmu ini dalam kehidupan kita. Tiba-tiba saja, saat kita mengalami suatu masalah atau kesulitan, dengan bekal ilmu yang kita punya, kita akan bisa mempergunakannya.

Saya menyadari bahwa pernah kuliah di jurusan kimia amatlah membantu saya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kini ilmu itu lebih banyak terpakai untuk mengajar siswa saya yang duduk di bangku SMP dan SMA, tetapi setidaknya ada beberapa aspek dalam kehidupan sehari-hari yang perlu pemahaman benar mengenai ilmu kimia.

Apa saja itu?

Pertama, saya tidak mudah terpapar berita mengenai suatu isu yang berhubungan dengan ilmu kimia. Semisal mengenai makanan, zat aditif, obat, dan lain sebagainya. Ketika saya membaca berita tersebut, saya ingat-ingat lagi apa benar bahasan yang diperbincangkan tersebut sesuai konsep yang sebenarnya.

Misalkan saat awal wabah covid-19 kemarin ada berita yang menyatakan bahwa virus covid-19 malah akan kebal dengan penggunaan sabun dan antiseptik. Padahal jelas-jelas selubung RNA/DNA yang dimiliki oleh virus tersebut terbuat dari glikoprotein (gabungan lemak dan protein) yang akan mudah hancur dan larut jika terkena sabun atau antiseptik. Lantaran, kedua bahan ini mengandung pelarut organik.

Pelajaran ini selalu diulang dalam kuliah kimia dasar, kimia organik, dasar-dasar kimia analitik, dan pastinya biokimia. Makanya, saat ada berita yang tersebar, terutama dari WAG, paling tidak saya memfilter diri dulu sebelum bisa mempercayainya.

Kedua, saya bisa meluruskan berbagai konsep yang salah secara sederhana kepada orang sekitar. Semisal mengenai penggunaan sabun dan antiseptik tadi yang kerap datang dari WAG kerabat atau keluarga. Dengan pemaparan singkat tetapi mudah dipahami, saya mencoba memberikan konsep pelarut organik ini.

Saya hubungkan dengan kegiatan mencuci pakaian yang kotor atau mandi yang juga memiliki konsep mirip yakni melarutkan senyawa organik. Dengan analogi mudah semacam ini, untungnya banyak yang paham dan mau menerima penjelasan saya. Yang awalnya mereka ragu sering mencuci tangan kini menjadi lebih rajin. Entah apa tujuan dari penyebar berita kurang tepat semacam ini.

Ketiga, saya jadi bisa mengontrol apa yang saya makan terutama mengenai bahan makanan yang saya konsumsi. Jelas, ini menjadi poin penting karena rasanya sia-sia belajar kimia bahan pangan tetapi tidak mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan makan makanan yang sekenanya tanpa mengonsumsi makanan yang bergizi.

Boleh saja sesekali makan makanan yang kurkang bergizi. Tetapi, jika sudah belajar siklus protein, siklus lemak, dan beberapa siklus metabolit sekunder yang rumitnya minta ampun, kok rasanya ga rela ya badan ini dipenuhi "sampah" yang susah untuk diuraikan di dalam tubuh. Bisa dikatakan, ilmu yang dipelajari saat kuliah jurusan kimia menjadi sebuah kesadaran akan hidup sehat.

Keempat, dengan belajar konsep kimia yang benar, tentu tak mudah bagi para sales penjualan produk yang kerap menjual tagline "tanpa bahan kimia". Lantaran, semua bahan di dunia ini adalah "bahan kimia". Termasuk air, oksigen, dan lain sebagainya.

Saya juga kerap mencermati dulu konsep apa yang ditawarkan oleh para penjual tersebut. Jika saya rasakan sesuai dengan konsep kimia yang pelajari, maka dengan senang hati saya akan membelinya. Salah satunya adalah produk propolis yang saya gunakan hingga kini karena memang sudah saya baca di berbagai jurnal ada beberapa khasiat yang bisa didapatkan. Namun, untuk produk yang belum jelas kegunaannya, mohon maaf akan saya tolak dengan halus. Ini juga menjadi bekal untuk kritis sebelum membeli atau menggunakan suatu produk.

Terakhir, dengan bekal ilmu kimia yang saya pelajari, saya semakin semangat untuk membagikan apa yang saya tahu melalui blog. Makanya, pada blog pribadi saya, ada rubrik khusus "seputar kimia" yang sedikit mengupas apa yang bisa menjadi bahan diskusi dalam kehidupan sehari-hari. Siapa tahu ada pembaca yang tertarik dan butuh informasi tersebut. Namun, pada beberapa waktu belakangan ini saya lebih tertarik membahas beberapa zat penting seperti obat yang berhubungan dengan penyakit GERD yang saya derita.

Jadi, bekal suatu ilmu yang saya pelajari menjadi bekal yang sangat bermanfaat. Karena, saya percaya bahwa ilmu kimia itu sebenarnya tidak jauh-jauh dari kehidupan kita. Dari bangun hingga tidur lagi, kita akan sering berhadapan dengan senyawa kimia yang kebanyakan tanpa kita sadari. Makanya, sebagai salah satu mantan mahasiswa kimia, rasanya mengaplikasikan ilmu kimia, baik pada diri sendiri maupun orang lain adalah panggilan hati yang harus dilakukan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun