Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Kabar Para Penjaja Makanan di Sekolah?

21 Juli 2020   08:08 Diperbarui: 21 Juli 2020   19:45 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kantin sekolah yang sepi tanpa pedagang dan siswa. - Dokumen Pribadi

Akses jalan yang digunakan untuk berjualan pun semakin panjang. Meski cukup was-was dengan keadaan ini, tetapi tidak ada pilihan lain. Pasar dadakan ini menjadi pilihan berjualan karena masih banyak anak-anak yang ikut orang tuanya berbelanja.

Di antara mereka pasti ada yang meminta untuk dibelikan makanan atau mainan yang biasanya mereka beli di sekolah. Jadi, para pedagang ini masih membidik target anak-anak sebagai mitra bisnis.

Kelengangan di depan gerbang sebuah sekolah di suatu pagi yang biasanya ramai pedagang. - Dokumen pribadi
Kelengangan di depan gerbang sebuah sekolah di suatu pagi yang biasanya ramai pedagang. - Dokumen pribadi
Tentu, tidak semua makanan bisa terjual lantaran pasar ini hanya berlangsung saat pagi hari. Beberapa makanan yang bisa disantap saat pagi semisal kue leker, kue pukis, dan lain sebagainya cukup laris.

Sedangkan, pedagang makanan seperti cilok, batagor, dan lain sebagainya yang baru bisa dikonsumsi saat siang hari tidak banyak terlihat berjualan. Makanya, mereka memilih berjualan di lapangan atau berkeliling saat sore hari.

Untuk pedagang kantin sendiri, biasanya mereka meneria orderan melalui media sosial atau pun aplikasi layanan pesan antar. Mereka kini banyak yang menyasar para pekerja kantoran dan mahasiswa yang masih berada di kos-kosan. 

Produk yang mereka jual memang kebanyakan aneka menu nasi. Jika biasanya mereka menjual dengan harga murah dan dalam wadah mika, kini tentu mereka kemas dalam nasi bungkus atau kotak kardus. Dengan porsi yang tentu jauh lebih banyak dan bervariasi, usaha ini tetap coba mereka jalankan agar tetap bisa bertahan.

Namun, tak semua pedagang bisa tetap bertahan dengan dagangannya. Ada juga yang memilih untuk mengakhiri kegiatan berdagang dengan menjual segala sarana berjualan. Ada yang menjual gerobak, wajan, tabung gas elpiji, dan lain sebagainya.

Lapak jualan online sering saya temukan dalam komunitas media sosial lokal. Barang-barang tersebut dijual murah yang penting segera laku. Bisa jadi, mereka benar-benar mengakhiri karir sebagai pedagang makanan di sekolah.

Tidak jelas apa yang akan mereka lakukan sekarang. Saya hanya mendengar salah satu tetangga yang beberapa waktu lalu pamit untuk kembali ke desa mereka. Kembali bercocok tanam dan entah akan melakukan pekerjaan apa saja di sana. Rumah kontrakannya pun sepi dan barang yang digunakan untuk berjualan sudah tidak ada lagi. Sebelumnya, ia berjualan pentol korea dan istrinya menjadi buruh cuci.

Pandemi ini memang memukul dunia perdagangan di sekolah. Jika biasanya banyak untuk yang didapat, kini bisa bertahan saja sudah sangat baik. Kalau pun nanti sekolah buka, tentu mendapatkan pemasukan yang sama dengan sebelumnya juga tidak mudah.

Faktor keamanan dan kebersihan yang tentu akan diperhatikan membuat tidak banyak anak-anak yang bisa leluasa membeli barang dagangan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun