Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nongkrong di Kafe agar Bisa Dapat "Rapid Test" Gratis

8 Juli 2020   07:43 Diperbarui: 10 Juli 2020   06:18 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rapid test yang dilakukan oleh gugus tugas covid-19 di Kota Malang. | momentum.com

Semenjak diberlakukan kernormalan baru, rapid test sering diadakan di berbagai tempat umum. Salah satunya adalah kedai kopi atau kafe yang sering buka hingga larut malam.

Kafe menjadi sasaran empuk Gugus Tugas Covid-19 lantaran banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Entah pengunjung yang tidak memakai masker, duduk berdempetan, dan tidak mencuci tangan. Maka, selain pasar tradisional, kafe adalah salah satu tempat yang dianggap bisa menjadi sumber penularan covid-19.

Patroli yang diadakan bersama dengan jajaran perangkat daerah seperti TNI/Polri pun terus digelar. Tiap hari, mereka melakukan rapid test secara acak dan mendadak di sebuah kafe yang berpotensi terjadi keramaian.

Seluruh pengunjung kafe diwajibkan untuk dilakukan rapid test untuk mengetahui apakah ada yang reaktif atau tidak. Jika ada yang reaktif, maka pengunjung tersebut harus menjalani tes swab sebagai uji lanjutan deteksi adanya virus covid-19 di dalam tubuh.

Operasi gencar seperti ini salah satunya digelar di Kota Malang. Masuk menjadi zona merah dengan pertambahan kasus covid-19 yang cukup banyak, Malang seakan sudah kembali normal. Bukan lagi new normal.

Kafe-kafe kekinian sudah banyak yang bukan dan terisi penuh oleh banyak pengunjung -- terutama para pemuda -- yang sudah tidak sabar untuk kongkow atau sekadar bersua bersama rekan.

Tentu, karena sudah normal kembali dan bukan new normal, imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan pun tidak dilakukan dengan maksimal. Banyak yang merokok atau menghisap vape diselingi canda tawa dan berkumpul di tempat yang sempit.

Saat petugas datang, terlihat para pengunjung belum bisa menjaga jarak. Petugas pun harus menegur mereka untuk menjaga jarak saat proses rapid test berlangsung. Satu per satu pengunjung pun dites dan hasilnya ada beberapa pengunjung di sebuah kafe reaktif terhadap rapid test ini.

Tak hanya di kafe tersebut, beberapa hari sebelumnya pengunjung yang dites cepat ini juga menunjukkan hasil yang reaktif. Namun, tidak diketahui bagaimana hasil tes swab PCR yang dilakukan terhadap pengunjung reaktif tersebut. Apakah positif atau negatif.

Kurangnya informasi ini membuat banyak orang yang masih mengabaikan untuk tetap menjaga protokol kesehatan jika berada di kafe. Atau, mereka masih banyak yang menganggap bahwa kafe adalah tempat yang aman-aman saja dari penyebaran virus covid-19. Toh buktinya hanya dites cepat saja dan belum ada hasil lanjutan yang membuat mereka jera.

Lain halnya jika hasil tes swab PCR yang dilakukan diberitahukan. Saat ada satu saja pengunjung yang ketahuan positif, maka bisa jadi ada banyak pengunjung lain yang tertular. Kalau hasil ini diketahui, maka banyak yang berpikir ribuan kali untuk ke kafe. Kalau pun mereka ke sana, maka tidak bergerumbul menjadi satu di tempat yang berdekatan. Serta, tetap memakai masker dan mencuci tangan.

Uniknya, di tengah upaya gugus tugas covid-19 dalam melakukan rapid test ini, ada saja ide aneh yang muncul. Apalagi, kalau bukan sengaja datang ke kafe agar bisa mendapatkan rapid test gratis. Lumayan untuk menghemat biaya rapid test mahal saat akan bepergian ke luar kota atau untuk mengurus dokumen tertentu. Sambil menunggu pesanan kopi datang, bisa dapat rapid test gratis. Daripada ke RS atau klinik, mending pergi ke kafe untuk rapid test.

Entah, ini hanya sekadar gurauan atau memang ada pemikiran niat semacam itu. Yang jelas, biaya rapid test yang mahal bisa ditekan dengan mengunjungi kafe sembari menunggu gugus tugas covid-19 datang. Meski demikian, tidak diketahui apakah rapid test di kafe ini memberikan surat keterangan sehat atau hanya sekadar rapid test semata. Apa pun itu, ide aneh ini sebenarnya tidak layak untuk diikuti.

Di sisi lain, agar bisa memberikan efek jera, maka hasil rapid tes yang reaktif bisa dipampang di bangunan kafe yang tidak boleh dicabut hingga ada rapid test lagi. Jadi, pengunjung yang akan datang dan menikmati hidangan di kafe tersebut akan lebih bisa menjaga diri mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Tanpa upaya lebih serius seperti ini, mereka akan tetap ndablek. Belum lagi, para pemuda yang menyimpan virus covid-19 alam tubuhnya kebanyakan tidak bergejala.

Terakhir, upaya rapid test acak di kafe ini memang baik. Namun, jika tidak ada tindak lanjut yang membuat efek jera bagi pemilik kafe atau pengunjung yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan, rasanya kegiatan ini sia-sia saja.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun