Perbedaan lainnya adalah tidak ada pijatan tangan seperti biasanya. Entah karena sang terapis lupa atau memang pijatan tangan dihilangkan, tetapi kegiatan ini tidak dilaksanakan. Meski demikian, saya mendapatkan pijatan punggung dan kepala lebih lama dari biasanya. Bisa jadi, ini juga merupakan pengganti dari pijatan tangan tersebut.
Tak banyaknya pelanggan yang datang meski saat itu malam Minggu membuat saya yakin bahwa tempat pijat akan kesulitan membuat usahanya pulih kembali. Tak hanya itu, ternyata ada pembatasan bagi terapis dalam satu hari boleh memijat beberapa orang saja. Tidak seperti biasanya yang boleh full tanpa jeda memijat pelanggan dari pagi hingga tempat tersebut tutup kembali.
Pengalaman ini baru di tempat pijat khusus yang memang sebelum pandemi juga sudah memiliki aturan pelayanan ketat. Saya tidak tahu bagaimana tempat pijat di Mall atau tempat lain apakah sama. Lantaran, jarak ruangan di sana cukup mepet dan berbeda dengan di tempat yang saya kunjungi ini. Ada jarak yang lebar antara satu pelanggan dengan pelanggan lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H