Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berperilaku Cerdas dalam Menjaga Stabilitas Keuangan dengan Menjemput Peluang Bisnis Keluarga

9 Juni 2020   09:00 Diperbarui: 9 Juni 2020   09:03 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu saya dan adik mengemas masker sebelum dijual ke pelanggan. - Dokumen Pribadi

Untunglah, cukup banyak tetangga yang tertarik untuk membeli masker ini. Selain dijual lebih murah yakni hanya 4 ribu hingga 10 ribu rupiah per masker, para tetangga juga bisa memilih sendiri motif kain yang akan digunakan. Mereka pun juga tak perlu jauh-jauh membeli di pasar atau toko.

Ibu saya dan adik mengemas masker sebelum dijual ke pelanggan. - Dokumen Pribadi
Ibu saya dan adik mengemas masker sebelum dijual ke pelanggan. - Dokumen Pribadi
Sementara, selain mengantarkan pesanan, saya juga  menjual jeruk milik kerabat dari ibu. Ia yang sudah terkena PHK akibat wabah covid-19 akhirnya mengelola kebun jeruknya lagi. Biasanya, jeruk-jeruk tersebut dijual ke Kota Surabaya. Lantaran ada kebijakan PSBB, maka distribusi jeruk pun terganggu sehingga banyak jeruk yang terancam membusuk karena tidak segera dikonsumsi. Jika ini dibiarkan, tentu kerabat saya akan merugi dan mengganggu pasaran harga jeruk itu sendiri.

Untuk itulah, saya menjualnya lewat media sosial dan grup WA. Daripada menghabiskan waktu dengan mengonsumi berita yang kurang benar dan turut menyebarkannya yang menambah kepanikan, lebih baik saya berjualan jeruk ini di media sosial. Jauh lebih bermanfaat dan turut menghindarkan diri dari perilaku yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Kebun jeruk milik kerabat dan jeruk yang akan saya jual. - Dokumen pribadi
Kebun jeruk milik kerabat dan jeruk yang akan saya jual. - Dokumen pribadi
Keuntungan yang bisa saya ambil tiap kilogram jeruk memang tidak banyak. Dalam satu kilogram hanya 2.000 hingga 5.000 rupiah saja. Tetapi, saya mendapatkan ilmu marketing melalui media sosial terutama WA. Saya pun banyak mendapatkan pelajaran berharga untuk bisa mengelola berbagai permintaan dari para pelanggan. Semisal, mengantarkan dalam keranjang agar bisa tersimpan dengan baik.

Saya juga bisa memetakan pangsa pasar yang bisa saya bidik untuk berjualan jeruk.  Sebuah kegiatan baru yang tidak disangka-sangka harus saya lakukan agar tetap berperilaku cerdas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Sambil mengisi waktu luang, ibu dan bibi juga membuat kerupuk sendii yang bahannya turun-termurun dari kakek dan dijual di warung. - Dokumen pribadi.
Sambil mengisi waktu luang, ibu dan bibi juga membuat kerupuk sendii yang bahannya turun-termurun dari kakek dan dijual di warung. - Dokumen pribadi.
Selain berjualan jeruk, saya juga mulai berjualan kardus nasi dan segala pernak-pernik untuk wadah makanan. Selain bisa digunakan oleh adik saya sendiri, ide jualan ini muncul saat penghabisan Ramadan kemarin. Saat banyak orang yang membutuhkan bahan tersebut untuk keperluan selamatan. Prediksi saya tepat karena saat menempelkan kertas informasi bahwa kami berjualan bahan tersebut, beberapa tetangga langsung membeli. Peluang ini saya bidik karena saat itu Malang sedang melakukan PSBB sehingga kegiatan jual beli di pasar dan tempat lain menjadi terbatas.

Selain berjualan jeruk, saya juga menjual kardus dan bahan untuk makanan lain meski dengan jumlah tak terlalu banyak. - Dokumen Pribadi
Selain berjualan jeruk, saya juga menjual kardus dan bahan untuk makanan lain meski dengan jumlah tak terlalu banyak. - Dokumen Pribadi
Meski demikian, sama seperti yang dilakukan oleh adik saya, tidak banyak bahan wadah makanan tersebut yang saya beli. Selain modal yang terbatas, ini juga bertujuan agar makroprudensial tetap aman terjaga. Agar bahan-bahan tersebut tetap ada di pasaran dengan jumlah yang cukup. Bagaimana pun, yang terlalu itu tidak baik kan?

Jadi, agar stabilitas ekonomi keluarga tetap terjaga, maka menjemput peluang bisnis bisa dilakukan. Asal, kegiatan ini tidak dilakukan dengan berlebihan seperti menimbun barang yang pernah dilakukan beberapa oknum penjual masker. Dengan begini, stabilitas sistem keuangan, baik di dalam keluarga maupun negara tetap terjamin melalui cara yang cerdas.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun