Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melongok Usaha Hostel yang Tiarap akibat Wabah Covid-19

7 April 2020   07:32 Diperbarui: 7 April 2020   07:40 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah hostel yang tampak sepi di Yogyakarta. - Dokpri

Wabah covid-19 yang menghantam dunia pariwisata rupanya benar-benar berdampak. Salah satu dampak yang langsung dirasakan adalah penginapan berbasis asrama atau sering disebut hostel. Jika pada musim liburan atau pun masa akhir pekan keberadaan hostel menjadi incaran, tetapi selepas wabah ini merebak tentu hampir tak ada tamu yang datang.

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi dampak penyakit ini pun dilakukan seperti pembatasan bagi warga negara asing yang datang. Padahal, warga negara asing adalah salah satu target pasar utama pemilik hostel lantaran preferensi para pelancong tersebut yang gemar melakukan perjalanan secara hemat. Walau tamu dari dalam negeri tentu juga menjadi pemasukan tetapi rata-rata kebanyakan hostel lebih sering ditempati oleh tamu asing.

Kini, setelah adanya pembatasan bagi warga asing yang datang ke Indonesia, apa yang bisa diharapkan oleh para pemilik hostel? Kalau pun ada tamu, ke mana mereka akan jalan-jalan dengan ditutupnya tempat wisata di berbagai tempat?

Tak hanya itu, dengan kebijakan social distancing yang bermuara ke Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mau tak mau ada aturann pembatasan yang harus dipatuhi. Seperti jarak minimal 1 meter antara satu orang dan orang lainnya. 

Dengan ruangan di dalam hostel yang sempit dan penggunaan kamar secara bersamaan, maka tentu hal ini sangat sulit dilakukan. Makanya, opsi utama yang bisa dilakukan oleh para pengelola hostel adalah menutup usahanya sementara waktu hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

Namun, meski kondisi yang sangat tidak menguntungkan ini berlangsung hingga sekarang, nyatanya masih ada beberapa hostel yang masih buka. Dari beberapa web pemesanan, beberapa pemilik hostel mendiskon harga kamar hingga 50%. Bahkan, beberapa pemilik hostel, seperti di Yogyakarta menyewakan harga kamar dengan harga di bawah 50.000 rupiah per malam.

Tentu, bagi para pelancong promo ini sangat menggiurkan jika tidak sedang pandemi virus covid-19. Diskon juga diberikan para pengelola penginapan seperti motel yang biasanya berada di kisaran antara 200.000 hingga 250.000 per malam kini hanya sekitar 100.000 hingga 150.000 rupiah. Beberapa penginapan yang biasanya tidak memberikan sarapan kini malah memberikan sarapan gratis. Bisa jadi, ini salah satu cara agar masih ada tamu yang datang ke penginapan mereka.

Walau demikian, situs web penyedia penginapan selalu memberikan peringatan terkait wabah ini. Mereka menyarankan untuk mempertimbangkan risiko coronavirus dan kebijakan pemerintah terkait seperti PSBB. 

Makanya, konsumen sangat disarankan untuk memesan kamar dengan harga fleksibel. Atau, mereka lebih baik memesan kamar yang tersedia pembatalan gratis. 

Opsi ini memang bisa dilakukan bahkan sebelum adanya wabah ini. Saya sendiri sering menggunakan opsi ini dan membayar sewa kamar di tempat atau mentransfer dulu sebagian harga kamar. Dengan demikian, kerugian akibat pembatalan tersebut tidak ditanggung oleh konsumen.

Opsi pembatalan gratis akibat covid-19 yang disarankan situs pencari penginapan. - SC pribadi
Opsi pembatalan gratis akibat covid-19 yang disarankan situs pencari penginapan. - SC pribadi
Kondisi sulit ini membuat hostel sepertinya akan pulih cukup lama akibat wabah ini. Menginap bersama dalam satu ruangan yang tidak terlalu besar adalah hal paling dihindari saat ini. Tak hanya itu, hostel yang juga menyediakan tempat kumpul bersama dengan luas yang terlalu besar juga menjadi opsi terakhir kalaupun nanti wabah ini mulai mereda. 

Para tamu akan lebih memilih penginapan dengan kamar sendiri yang lebih meminimalisasi risiko. Meski, mereka harus merogoh kocek yang lebih banyak dibandingkan dengan memilih menginap di hostel. Untuk itulah, pemilik hostel memilih merumahkan dulu para pegawainya yang banyak diantaranya merangkap sebagai resepsionis, bell boy, hingga petugas pantry.

Akhirnya, wabah ini pun membuat usaha penginapan hostel harus tiarap dulu. Belum lagi ada kebijakan mengenai pembatasan akses masuk perkampungan tempat hostel-hostel sering berada. Suka tidak suka, pemilik hostel pun harus memutar otak dan berharap agar wabah ini cepat usai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun