Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pasar Pangan Lokal Bernutrisi di Sekolah, Upaya Mengembangkan Jajanan Tradisional yang Sehat dan Murah Meriah

27 Februari 2020   10:14 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:24 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saking lahapnya sampai lupa kalau makan harus duduk ya Dek. - Dokumen Pribadi

Seiring bergulirnya waktu, makin banyak anak-anak Indonesia yang tidak mengenal jajanan tradisional. Terlebih, dengan penetrasi gawai yang begitu masif, anak-anak Indonesia seakan menggandrungi makanan yang kekinian, keren, mahal, dan tentunya dibalut dengan persepsi yang menggairahkan.

Gempuran pedagang makanan yang berjaja di luar sekolah membuat mereka semakin larut dalam kenikmatan semu.  Kenikmatan menumpuk penyakit sejak dini. Bahan pengawet, pemanis, dan penyedap buatan yang mereka konsumsi bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja dengan timbulnya berbagai macam penyakit.

Preferensi makanan kekinian yang dipilih oleh mereka sebenarnya terjadi akibat kurangnya upaya untuk mengenalkan panganan sehat. Terutama, oleh orang tua di rumah dan guru mereka di sekolah. Dengan alasan kepraktisan, banyak dari orang tua atau pun guru membiarkan mereka untuk memakan makanan yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi setiap hari.

Padahal, upaya untuk mengenalkan panganan yang sehat tidaklah terlalu sulit. Jika mereka dipaksa untuk memakan makanan yang sehat, sebetulnya juga tak terlalu baik. Kesadaran tinggi untuk mulai mengganti makanan, terutama jajanan adalah kunci. Ada kesadaran tentu ada keinginan kuat untuk melakukannya.

Sebuah inisiasi yang cukup baik dilakukan oleh sebuah sekolah di Kota Malang. Berada di Kecamatan Lowokwaru, sekolah bernama SDN Tunjungsekar I ini hampir tiap bulan mengadakan pasar pangan lokal bernutrisi. Bukan isapan jempol, sekolah yang memiliki julukan SD Brugge tersebut memang menjadi salah satu sekolah percontohan di Kota Malang dalam hal upaya promosi pangan lokal.

Menyabet status Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional, SD Brugge telah lama meninggalkan panganan yang kurang sehat bagi peserta didiknya. Kantin sekolah pun secara bertahap mulai diisi dengan berbagai panganan tradisional seperti nagasari, kue lumpur, dan lain sebagainya meski masih ada beberapa makanan olahan modern. Sebagai upaya peningkatan promosi akan kesadaran untuk mengonsumsi pangan lokal bernutrisi, acara pasar pangan lokal pun digelar.

Jamu jamu..... Ayo dibeli jamunya.... - Dokumen Pribadi
Jamu jamu..... Ayo dibeli jamunya.... - Dokumen Pribadi
Saking lahapnya sampai lupa kalau makan harus duduk ya Dek. - Dokumen Pribadi
Saking lahapnya sampai lupa kalau makan harus duduk ya Dek. - Dokumen Pribadi
Ayo dibeli dibeli murah murah enak enak - Dokumen Pribadi
Ayo dibeli dibeli murah murah enak enak - Dokumen Pribadi
Menurut Hadiatul Mufida, salah satu guru kelas di sekolah tersebut, kegiatan ini juga sekaligus menjadi ajang pembelajaran secara nyata mengenai materi kekayaan bahan pangan di Indonesia. Menurutnya, jika pembelajaran dilakukan dengan kegiatan tatap muka, maka siswa akan merasa bosan. 

Melalui kegiatan pasar ini, mereka tidak hanya membayangkan bagaimana bahan pangan bisa diolah sedemikian rupa sehingga terlihat lebih menarik, tetapi juga mempraktikkannya secara langsung. Dengan adanya pasar ini pula, para siswa juga bisa belajar berbagai macam profesi yang berhubungan dengan pengolahan dan pemasaran bahan pangan lokal.

Seribu dua ribu eh enak ya jualan pangan lokal bernutrisi. - Dokumen Pribadi.
Seribu dua ribu eh enak ya jualan pangan lokal bernutrisi. - Dokumen Pribadi.
Beberapa diantara profesi tersebut antara lain petani, pembuat kue/penjual kue, dan beberapa profesi lain seperti pengemudi ojek daring yang bertugas mengantarkan pangan lokal dari pedagang ke konsumen. 

Dengan pemahaman ini, mereka juga belajar bagaimana kaitan antara proses produksi, distribusi, dan konsumsi pangan lokal yang bernutrisi. Pembelajaran ini dilakukan dengan membandingkan bagaimana mereka mendapatkan pangan lokal bernutrisi tersebut, semisal ada yang membeli di pasar, melalui aplikasi ojek daring, dan ada yang membuat sendiri.

Alhamdulillah untung banyak hari ini. - Dokumen Pribadi
Alhamdulillah untung banyak hari ini. - Dokumen Pribadi
Ketika mereka ikut memasarkan pangan lokal bernutrisi dengan harga yang murah, maka mereka juga akan merasakan asyiknya mempromosikan makanan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun