Sakit Keras
Alasan ini memang cukup mengerikan. Namun, saya pernah menemukan sebuah postingan di FB dari seorang rekan yang mengabarkan seorang Kompasianer sedang menderita sakit keras. Dalam hati, pertanyaan mengenai tulisanya yang tak lagi hadir di laman Kompasiana akhirnya terjawab. Bagaimana bisa menulis kalau yang bersangkutan sedang berjuang melawan sakitnya.Â
Namun, saya juga sangat mengapresiasi beberapa Kompasianer yang dalam masa penyembuhan penyakit beratnya masih setia menulis di sini. Agar ada hal yang bisa teralihkan dan tentunya menjadi penyemangat bagi orang lain yang mungkin memiliki penyakit yang sama dengan dirinya. Makanya, saya selalu mendoakan bagi Kompasianer yang sedang sakit keras agar segera sembuh dan kembali menulis di sini.
Cuti Melahirkan
Beberapa Kompasianer ibu muda kerap meninggalkan Kompasiana saat mereka baru saja melahirkan. Ini wajar dan tentunya sama seperti pekerjaan lain ada masa yang membuat mereka harus vakum sementara waktu. Tak hanya saat melahirkan, saat membesarkan sang buah hati, kegiatan menulis menjadi sedikit terganjal.
Saya selalu mengapresiasi ibu muda yang mencoba sekuat tenaga tetap menulis, terutama di Kompasiana di sela kesibukannya mengurus bayi. Itu enggak mudah lho. Saya sering mendapat cerita bagaimana mereka sedang asyiknya menulis dan menumpahkan idenya eh tiba-tiba anaknya menangis karena mengompol.Â
Saat akan kembali menulis, ide itu tiba-tiba  ambyar. Makanya, ketika mereka ingin seperti saya yang bisa konsisten menulis paling tidak dua hari sekali, saya malah mengapresiasi balik.
Saya kan enggak melahirkan, menyusui, mengganti popok, mencuci popok, dan lain sebagainya, Justru saya yang kagum dengan mereka. Masih ada sisa energi untuk menulis termasuk di Kompasiana. Semoga ibu-ibu muda yang ingin konsisten menulis ini terus diberi kemudahan. Katakan Amin ya pemirsa.
Masalah Pribadi
Nah ini yang bisa jadi seorang Kompasianer meninggalkan Kompasiana. Ada masalah pribadi dengan Kompasianer lain atau dengan orang di sekitarnya. Untuk ini, saya tidak mau berkomentar panjang karena nantinya juga akan timbul syak prasangka. Kembali ke klausa awal, tiap orang juga memiliki masalah masing-masing.
Namun, saya hanya ingin menegaskan, Kompasiana ini juga bisa diakses bebas oleh siapa pun. Kadang, pembaca di luar Kompasianer juga kerap memperhatikan kita. Beberapa diantara mereka pun juga kadang mengapresiasi dan tak jarang menghujat tulisan kita. Saya sih pernah keduanya.