Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tak Ada Jabatan Tinggi bagi GTT Tidaklah Masalah

22 Januari 2020   08:36 Diperbarui: 22 Januari 2020   08:39 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen saat sering bersinggungan dengan pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan, - Dokumen Pribadi.

Walau saya tidak tahu bagaimana mekanismenya saat ini, tetapi saya rasa persepsi itu amatlah salah. Menjadi GTT pun, walau masih berstatus "kelas dua", bukan menjadi halangan untuk menampilkan performa terbaik saat bekerja.

Dalam benak saya, selalu tertanam bahwa menjadi GTT bukan alasan untuk bermalas-malasan. Saya selalu berpikiran jika para PNS bisa memberikan 1 untuk sekolah, maka saya harus bisa memberikan 5. 

Kalau PNS datang mendekati bel sekolah masuk, saya harus datang jauh lebih awal, paling tidak 30 menit sebelum bel berbunyi. Jika PNS baru mencetak dokumen rapor beberapa jam sebelum dibagikan, maka saya harus merampungkannya jauh sebelum sebelum itu.

Jabatan saya memang mentok dan gaji saya ya segitu saja, tetapi ada banyak hal lain yang saya dapat di balik tetap fokus dan semangat bekerja. Salah satunya ya Bapak KS yang selalu mengutamakan saya kala ada keputusan penting. 

Beliau kerap meminta saya datang ke ruangannya untuk berembug dengan guru senior perihal banyak hal. Bisa dikatakan, saya dianggap sebagai wakil GTT jika ada keputusan penting. Menyuarakan aspirasi rekan GTT semisal masalah gaji.

Walau kadang keputusan itu menjadi keputusan kontroversial, nyatanya saya menikmatinya. Meski juga dicerca oleh banyak pihak, tetapi saya mencoba sekuat tenaga bisa memberikan beberapa pertimbangan sebelum keputusan itu diambil. Salah satunya adalah mengenai pembagian tugas guru dan pembagian siswa yang pernah saya tulis di sini.

Saya bisa belajar banyak -- meski hanya seorang GTT -- bagaimana rumitnya mengelola sebuah sekolah. Saya bisa berhubungan dengan banyak pihak, seperti pengawas sekolah, pihak Dinas Pendidikan, pihak ketiga yang menjalin kerja sama dengan sekolah, dan pihak lain dalam kaitannya dengan kegiatan di sekolah. Saya juga hampir selalu menemani Bapak KS jika ada tugas workshop dan tugas berat lainnya. Pokoknya, di mana ada Bapak KS di situlah ada saya.

Dari berbagai kegiatan yang melelahkan tersebut, walau saya kehilangan waktu bersantai terutama saat usia masih sangat muda, saya malah tidak menyesalinya. 

Alasannya, meski  bukan jabatan puncak yang saya dapat, tapi pengalaman dan ilmu berharga yang bisa saya dapat. Tidak semua GTT bisa mendapatkan kesempatan itu. 

Walau saya juga terengah-engah dengan kegiatan mengajar, nyatanya berbagai tugas tersebut masih bisa saya lakukan. Asal, semuanya dilakukan dengan hati lapang dan tidak memandang status yang hanya seorang GTT tanpa jabatan tinggi.

Namun, menjadi "tangan kanan" Kepala Sekolah ini harus saya akhiri bersamaan dengan masa purna tugas beliau. Saya hanya berpikir ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan sudah cukup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun