Sejak perubahan Gapeka per 1 Desember 2019 kemarin, ada perubahan drastis yang terjadi pada beberapa perjalanan kereta api lokal.
Salah satunya adalah KA Tumapel. KA relasi Surabaya Gubeng-Malang PP ini merupakan KA lokal terminasi yang berangkat paling pagi dari Malang dan paling malam dari Surabaya. Biasanya, KA ini menjadi pengapesan -- opsi terakhir -- Â bagi penglaju Malang-Surabaya yang tidak dapat tiket pada KA Penataran.
Saya menggunakan kereta ini jika berniat akan transit lama di Surabaya. Mampir ke rumah teman dulu, mandi, menonton film di bioskop, atau sekadar jalan-jalan di Mal dalam waktu lama. Dari KA Logawa yang sampai di Surabaya sekitar jam 3 sore, ada waktu sekitar 5 jam untuk bersantai sejenak.
Sebelum Gapeka baru, saya harus bersiap di stasiun paling tidak pukul setengah 8 malam. Kereta akan berangkat pukul 8 kurang 10 menit dan sampai di Malang sekitar pukul setengah 11 malam. Lumayanlah bagi saya masih wajar karena masih ada waktu untuk istirahat lebih panjang di Malang.
Namun, selepas Gapeka baru yang berlaku sejak awal Desember kemarin, KA Tumapel yang menjadi andalan kedua saya harus berangkat lebih malam. Tepatnya, pukul setengah sembilan lebih tujuh menit, kereta baru lepas dari Stasiun Surabaya Gubeng.Â
Tak hanya itu, waktu tempuh kereta ini jauh lebih lama. Jika biasanya hanya perlu menempuh waktu sekitar 2 jam setengah, kini menjadi sekitar 3 jam lebih.
Makanya, kalau masih memungkinkan, saya lebih memilih naik bus Surabaya-Malang, entah dengan kelas apapun walau harus siap bertarung sampai titik darah penghabisan dengan penumpang lain di Terminal Purabaya. Maklum, saya hampir selalu pulang pada hari Sabtu saat puncak arus balik para pekerja asal Malang yang mencari nafkah di Surabaya.
Terlebih, tol Pandaan-Malang yang telah tersambung hingga Singosari membuat waktu tempuh lebih cepat jika saya memilih bus Patas. Meski demikian, kalau benar-benar tidak terburu-buru, saya masih setia dengan kereta ini. Alasannya simpel. Harga tiketnya sangat murah hanya 10.000 rupiah saja. Saya juga masih lebih memilih menghindari "keganasan" para calon penumpang bus Surabaya-Malang yang berebut bus  untuk segera pulang. Intinya, saya ingin woles saja.
Uniknya, dengan adanya Gapeka yang baru, saya melihat antusiasme para penumpang KA ini malah semakin menurun. Dulu, saya sering tidak mendapatkan tiket tempat duduk. Saya harus rela duduk di dekat bordess kereta dan baru bisa dapat duduk di Stasiun Bangil. Saat banyak penumpang yang turun.
Kini, saya malah bisa mendapatkan kelonggaran dari tempat duduk yang saya tumpangi lantaran tak ada satu pun penumpang yang ada di dekat saya. Padahal, saya memilih di kereta nomor 3 dan 4 yang sering mendapatkan peron di stasiun dan paling mudah untuk naik turun.Â
Demikian pula yang terjadi di Stasiun Waru dan Sidoarjo, dua stasiun yang biasanya memuat banyak penumpang. Bahkan, di beberapa stasiun kecil seperti Gedangan dan Porong tak satu pun penumpang naik. Biasanya masih ada lho paling tidak 5 hingga 10 penumpang.
Kereta malah lama berhenti lama untuk bersilang dengan kereta lain di dua stasiun tersebut. Saking lamanya, saya malah bisa tidur pulas hinga pengumuman kereta berhenti yang cukup keras terdengar di Stasiun Bangil. Di sini, para penumpang banyak yang turun sehingga kereta benar-benar semakin sepi menuju tepat tengah malam.
Waktu tempuh yang lama dan keberangkatan kereta yang lebih malam bisa jadi alasan menurunnnya okupansi kereta ini. Saya juga melihat wajah-wajah tak semangat dari para penumpang karena hari sudah larut.Â
Ya sudahlah, naik kereta murah ya enggak boleh komplain. Itu saja sih yang ada di pikiran saya. Yang penting sudah sampai selamat di Malang dengan nyaman.
Beberapa prami juga masih berlalu-lalang menawarkan makanan ringan dan mie instan hangat sebagai teman perjalanan. Saya sih tidak tertarik dan kalau boleh malah lebih memilih menyewa bantal. Lumayan waktu 3 jam digunakan untuk tidur lebih nyaman dengan kondisi kereta yang sangat sepi tersebut.
KA relasi Semarani-Solo PP ini berhenti karena subsidi operasionalnya dicabut oleh PT KAI. Kalau hal ini terjadi pada KA Tumapel wah rasanya sayang sekali. Alasannya, banyak penumpang yang tidak kebagian tiket KA Penataran sore menjadikan KA ini sebagai tumpuannya. Saya adalah salah satunya.
Sekian dan sampai jumpa pada perjalanan berikutnya.