Demikian pula yang terjadi di Stasiun Waru dan Sidoarjo, dua stasiun yang biasanya memuat banyak penumpang. Bahkan, di beberapa stasiun kecil seperti Gedangan dan Porong tak satu pun penumpang naik. Biasanya masih ada lho paling tidak 5 hingga 10 penumpang.
Kereta malah lama berhenti lama untuk bersilang dengan kereta lain di dua stasiun tersebut. Saking lamanya, saya malah bisa tidur pulas hinga pengumuman kereta berhenti yang cukup keras terdengar di Stasiun Bangil. Di sini, para penumpang banyak yang turun sehingga kereta benar-benar semakin sepi menuju tepat tengah malam.
Waktu tempuh yang lama dan keberangkatan kereta yang lebih malam bisa jadi alasan menurunnnya okupansi kereta ini. Saya juga melihat wajah-wajah tak semangat dari para penumpang karena hari sudah larut.Â
Ya sudahlah, naik kereta murah ya enggak boleh komplain. Itu saja sih yang ada di pikiran saya. Yang penting sudah sampai selamat di Malang dengan nyaman.
Beberapa prami juga masih berlalu-lalang menawarkan makanan ringan dan mie instan hangat sebagai teman perjalanan. Saya sih tidak tertarik dan kalau boleh malah lebih memilih menyewa bantal. Lumayan waktu 3 jam digunakan untuk tidur lebih nyaman dengan kondisi kereta yang sangat sepi tersebut.
KA relasi Semarani-Solo PP ini berhenti karena subsidi operasionalnya dicabut oleh PT KAI. Kalau hal ini terjadi pada KA Tumapel wah rasanya sayang sekali. Alasannya, banyak penumpang yang tidak kebagian tiket KA Penataran sore menjadikan KA ini sebagai tumpuannya. Saya adalah salah satunya.
Sekian dan sampai jumpa pada perjalanan berikutnya.