Saya itu bingung ya kalau mau berlibur ke Malang kala musim liburan.
Mau ke mana? Macet apa enggak? Tiketnya mahal enggak? Apa yang bisa saya dapat dari sana?
Sederet pertanyaan itu pun selalu hinggap karena saya tidak ingin waktu liburan yang hanya sebentar ini tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Manusiawi sih dan memang melihat kondisi Kota Malang sekarang yang macetnya bisa sampai ke ubun-ubun membuat kegiatan memilih tempat wisata yang bisa diandalkan gampang-gampang susah.
Lucunya, saya menemukan sebuah wisata -- lebih tepatnya dua tempat -- baru yang tak jauh dari pusat Kota Malang. Dua wisata tersebut adalah Sumber Gentong dan Sumber Wendit Lanang. Kedua tempat ini secara tak sengaja saya temukan ketika melihat peta wisata wendit yang telah lebih dulu eksis. Di dalam gambar yang diunggah oleh pengguna G-maps, tampak sebuah sumber dengan air jernih yang dikelilingi oleh pohon rindang dan taman elok di Sumber Wendit Lanang. Sementara, narasi gambar di Sumber Gentong memperlihatkan sebuah kolam yang telah terisi penuh oleh orang-orang yang asyik berendam.
Tanpa banyak basa-basi, saya pun menggeber motor hasil pinjaman ke jalan menuju Bandara Abdurrahman Saleh. Mengikuti petunjuk peta, saya mengarahkan motor ke sebuah gang masjid. Sebenarnya, saya akan menuju Sumber Wendit Lanang dahulu lantaran letaknya yang lebih dekat. Sayangnya, saya yang terlalu cepat melajukan motor tidak menyadari bahwa tempat itu sudah saya tinggalkan. Malah, petunjuk jalan menuju Sumber Gentong yang bisa saya temukan.
Saya pun mengikuti petunjuk tersebut dan akhirnya bisa sampai di Sumber Gentong. Dengan disambut gambar gentong besar sebelum pintu masuk, ekspektasi saya sudah tinggi. Pasti tempat ini akan bagus. Nyatanya, setelah saya memarkirkan motor, saya jadi linglung sendiri.
Memang, ada banyak orang di sana tapi tidak ke sumbernya. Mereka adalah siswa dari sebuah SMP di Kota Malang yang sedang mengadakan rekreasi di sebuah resto. Oh mungkin gambar bagus tadi bisa jadi salah satu ikon restonya.
Sambil bingung dengan apa yang harus saya lakukan, saya pun mendengar sayup-sayup suara gemericik air yang kemungkinan besar dari kolam sumber. Ternyata benar. Sumbernya benar-benar ada dan bukan hoaks. Namun, saya harus memendam kekecewaan lagi karena sebagian besar orang yang mandi di sumber itu adalah para wanita. Tak tampak pengunjung laki-laki di sana. Kalau pun ada, itu pasti anak-anak kecil yang begitu ceria berendam di sana.
Saya masih mencari keberadaan sumber lain yang bisa jadi berada di balik kolam tersebut. Usaha saya ini berakhir nihil. Genangan air lain yang saya temukan adalah kolam pemancingan ikan dengan beberapa tanaman air yang tumbuh subur di atasnya. Walah, jadi saya ngapain dong ke sini? Mengingat, tak ada tempat duduk yang bisa saya gunakan untuk sejenak bersantai. Mau masuk ke dalam resto kok sungkan. Akhirnya, hanya dalam tempo kurang dari 20 menit, saya pun mengambil motor saya untuk mencoba mencari lokasi Sumber Wendit Lanang.
Dari penuturan petugas parkir, ternyata lokasi Sumber Wendit Lanang berada di tikungan jalan. Saya pun kembali menuju jalan awal. Dan ternyata benar. Di belokan yang sudah saya lewati sebelumnya, sebuah gapura Sumber Wendit Lanang pun saya temukan. Saya harus masuk kurang lebih 400 meter melewati jalan berpaving sebelum sampai.
Dan dibandingkan dengan tempat sebelumnya, tempat ini jauh lebih bagus. Bahkan, saya tak dipungut tiket masuk dan parkir lantaran tempat ini hanya menyediakan kotak yang bisa diisi seikhlasnya. Tanpa banyak basa-basi, saya segera menuju sebuah jalan yang membelah sumber menjadi beberapa bagian.
Di sana, terdapat keterangan mengenai kedalaman kolam. Ada kolam yang dangkal dan bisa digunakan oleh pengunjung berenang dan ada kolam dalam yang tidak boleh dimasuki. Di kolam yang dalam, berbagai ikan hias seperti koki yang cukup besar memenuhi kolam. Dari tepi kolam, pengunjung bisa memberi makan sambil melihat air yang benar-benar jernih.
Oh ya, airnya benar-benar jernih. Bisa jadi, perawatannya yang cukup konsisten menjadi alasannya. Saat saya ke sana, serombongan petugas dari sebuah instansi Kabupaten Malang sedang melakukan giat bersih. Mereka mengumpulkan sampah terutama dedaunan yang mengotori sumber. Saat asyik memfoto kegiatan mereka, saya malah dipanggil oleh pimpinannya.
Tak lain dan tak bukan, saya dimintai untuk membantu mereka dalam mengabadikan momen bersama. Baiklah, dengan senang hati saya lakukan karena si ibu pimpiman tampak ramah. Ia juga menanyakan tentang asal usul saya dan perbaikan apa saja yang kira-kira bisa dijadikan bahan evaluasi.
Hmm, mengingat saya belum mengeksplorasi semuanya, saya hanya bisa berkata bahwa promosi tempat ini masih kurang. Petunjuk jalan menuju tempat ini juga belum ada. buktinya saya sempat tersesat kan. Meski demikian, saya bisa mengatakan bahwa saya senang bisa datang ke tempat yang kebersihannya cukup terjaga ini. Jarang-jarang lho ada tempat wisata gratis yang bersih.
Saya pun melanjutkan ke deretan warung makan di sisi selatan sumber ini. Ada banyak penjual bakso dan mie ayam yang berjajar rapi. Sambil dilengkapi kursi bambu, menyantap bakso hangat sambil minum kopi rasanya menyenangkan.
Perjalanan saya belum selesai. Ada beberapa taman unik yang dibangun di sisi timur sumber. Taman ini bernama Taman Ke Rumah Mantan. Entah apa benar demikian, yang jelas sebuah tulisan besar menggambarkan demikian. Saya suka dengan taman ini karena tidak mengurangi esensi kealamian sumber. Biasanya kan tempat untuk narsis cukup merusak tatanan yang ada.
Rasanya sulit beranjak dari tempat asyik ini. Sambil memandang jernihnya kolam dari sebuah pendopo di pinggir sumber, saya berharap keasrian tempat ini masih terjaga. Jikalau ada banyak pengunjung yang datang pada suatu hari nanti, semoga mereka masih bisa menjaga kebersihannya ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H