Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ternyata, Ada Museum di Bangunan Dinas Pariwisata Kabupaten Demak

23 Desember 2019   16:37 Diperbarui: 23 Desember 2019   17:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan Museum Glagah Wangi. - Dokpri

Si Mbak lalu tergopoh-gopoh masuk ke pintu masuk museum yang ternyata berada di sebelah ruangan tadi. Lebih tepatnya masih satu ruangan hanya disekat dengan papan. Ia bergegas membereskan sebuah permainan tradisional yang tercecer.

"Maaf, ya Mas. Kemarin baru saja ada acara. Jadinya berantakan."

Saya mengangguk dan memaklumi. Saya bertanya apakah saya boleh mengambil gambar dan video. Saya pun dipersilakan asal tak menyentuh barang-barang koleksi. Tanpa didampingi Mbaknya lagi, saya pun seorang diri mengelilingi ruangan tersebut.

Saya bingung sebenarnya akan memulai dari mana. Yang jelas, sebenarnya koleksi di dalam museum ini cukup berharga. Koleksi utama adalah berbagai macam guci yang ditemukan saat masa kolonial. Salah satu jenis guci tersebut digunakan untuk menyimpan obat.

Guci obat koleksi museum. - Dokpri.
Guci obat koleksi museum. - Dokpri.
Guci yang tak terlalu besar ini selalu mengingatkan saya pada guci obat pada film Mandarin. Ternyata, kehidupan masyarakat pada masa itu juga telah mengenal ilmu kimia dan farmasi dengan baik. Mereka telah mengetahui jenis obat apa yang bisa disimpan dalam waktu lama di sebuah guci. Koleksi tentang zat kimia ini semakin lengkap dengan adanya pipisan dan gandik. 

Gandik adalah alat untuk menumbuk obat atau jamu sedangkan pipisan merupakan alas dari gandik. Adanya koleksi semacam ini semakin meneguhkan bahwa daerah Demak, Semarang, dan sekitarnya cukup memiliki andil dalam pengobatan herbal. Makanya, pabrik jamu tradisional juga ada di Semarang.

Pipisan dan Gandik. - Dokpri
Pipisan dan Gandik. - Dokpri
Ada pula repilka tatal atau soko guru yang digunakan sebagai tiang Masjid Agung Demak. Soko tatal ini dibuat oleh Sunan Kalijaga yang juga berperan sebagai wali songo. Beberapa koleksi arca seperti Boneka Ganesha juga ada. Dengan adanya koleksi ini, Demak ternyata juga menyimpan sejarah panjang pada masa Hindu-Buddha.

Beduk yang saya lihat dari luar tadi. - Dokpri.
Beduk yang saya lihat dari luar tadi. - Dokpri.
Replika bangunan Masjid Agung Demak. - Dokpri
Replika bangunan Masjid Agung Demak. - Dokpri
Saya tak menemukan banyak hal lagi selain beduk besar dan mahkota Mbak dan Mas Demak -- ajang putra dan putri pariwisata -- yang tak lagi digunakan. Redupnya pencahayaan di ruangan tersebut cukup menyulitkan saya dalam mengambil gambar. Dengan berat hati, saya akhiri tur singkat di museum yang ternyata bernama Museum Glagah Wangi tersebut.

Mahkota Mas dan Mbak Demak. -Dokpri
Mahkota Mas dan Mbak Demak. -Dokpri
Jika boleh jujur, museum ini harus lebih ditata lagi. Jangan sampai ada stigma bahwa museum ini seperti gudang. Yang tak terawat dan dibiarkan begitu saja. Paling tidak, kalau masih dibuka untuk umum, petunjuk untuk masuk ke dalam museum dipajang dengan jelas. Penataan barang-barang juga kalau bisa diperbaiki agar pengunjung paham maksud dan tema dari museum ini seperti museum lainnya. Kalau begini kan pengunjung jadi ingah-ingih, mau masuk kok ya sungkan.

Salam.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun