Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kala Tulisan Organik Blogger Mulai Jarang Ditemukan

26 Oktober 2019   08:19 Diperbarui: 26 Oktober 2022   22:38 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blogger sekarang lebih banyak memamerkan kemewahan, ya.

Begitu celetuk rekan saya -- yang bukan seorang blogger -- kepada saya beberapa waktu lalu. Ia yang sering mengikuti dunia blogger sejak zaman saya masih SMP tiba-tiba saja berceletuk seperti itu. 

Walau menampik dengan apa yang dinyatakannya, dalam hati kecil saya juga tersimpan kekhawatiran yang sama. 

Apa memang blogger sekarang lebih berorientasi kepada usaha mengenalkan produk dan "memamerkan kemewahan" -- menggunakan produk mahal, makan di restoran enak, memamerkan kegiatan menginap di hotel berbintang --dibandingkan dengan usaha untuk memberi informasi dan mengedukasi masyarakat?

Saya merenenung sejenak. Mencermati tulisan saya yang juga mengandung unsur "mememerkan kemewahan" itu. Lalu, saya memaknai kembali mengenai rasa batin yang menjalar selepas saya menulis sebuah artikel di dalam blog saya. 

Artikel seperti apa yang membuat saya bahagia? Yang menjual kemewahan atau yang sekadar berbagi meski tak ada materi yang saya dapat?

Dengan berat hati, saya hanya bisa berkata bahwa kedua-duanya, baik artikel yang berbayar maupun tidak sama-sama membuat saya bahagia. Meski demikian, ada satu hal yang harus saya garisbawahi yakni keduanya harus sama-sama memberikan umpan lebih kepada masyarakat. 

Keduanya juga harus memberikan andil besar dalam usaha untuk meningkatkan kualitas tulisan saya serta tentunya ada satu poin yang cukup penting. Tulisan saya harus memiliki ciri khas yang berbeda dengan blogger lainnya.

Layaknya ajang pencarian bakat, tulisan khas ini menjadi nyawa bagi seorang blogger. Ia akan tetap dikenal dengan ciri khasnya dan menjadikannya tulisannya seakan bernyanyi mengikuti irama lagu masalah  dan solusi yang ia kemukakan. Ia tak tenggelam diantara hiruk-pikuk blogger lainnya. 

Yang mengemas dirinya dengan aneka sematan tetapi seakan sama dan seragam. Membuat pembacanya enggan dan jemu untuk menengok tulisannya.

Makanya, saya termasuk diantara sedikit blogger yang tidak memiliki FP Facebook dan menuliskan bio saya di berbagai media sosial apa adanya. Ya hanya suka menulis. 

Saya tidak ingin dikenal sebagai blogger yang tampak anggun dalam kulitnya tapi isinya mengecewakan. Saya hanya ingin dikenal lewat tulisan saya, yang meski orang tidak membaca dulu siapa yang menulis tetapi akan langsung mengenali itu adalah tulisan saya.

Ini tidak mudah tetapi akan sangat menyenangkan jika kita bisa melakukannya. Di kala gempuran perkembangan dunia digital yang membuat banyak blogger berlomba-lomba untuk  mendapatkan job, award, dan sederet prestasi lain. 

Tetapi, mereka kadang lupa bahwa tujuan mula blogger menulis sebenarnya bukanlah mengejar itu semua. Kalaupun semua itu didapat, itu hanyalah bonus yang seharusnya menjadi pelecut semangat untuk meningkatkan kualitas lebih baik lagi.

Dus, kala seseorang disebut blogger, maka tulisan yang lahir dari pemikirannya yang seharusnya  lebih dititikberatkan. Walau perkembangan dunia digital juga menyaratkan kualitas gambar di Instagram dan kualitas video di YouTube harus dikuasai oleh seorang blogger, tetapi tulisan tetaplah yang terdepan. 

Ia akan selalu menjadi pembeda blogger dengan pekerja konten lain, semisal selebgram ataupun YouTuber. Kadang, hati ini merasa miris ketika melihat seseorang yang melabeli dirinya blogger tetapi jumlah tulisannya sungguh minim. Berbanding terbalik dengan foto instagramnya yang jauh mendominasi.

Di suatu komunitas blogger yang saya ikuti, sang pengurus kerap mengadakan kegiatan One Day One Post (ODOP) untuk mendongkrak tulisan organik. Untuk meningkatkan produktivitas anggota dan membuat penilaian blog lebih tinggi di mat mesin pencari. Tentu, kegiatan ini sangatlah baik dan harus diapresiasi.

Sayangnya, tak banyak blogger yang mau mengikutinya. Grup ODOP yang dibentuk pun kehilangan satu per satu anggotanya. Ada yang beralasan sibuk dan tak mampu memenuhi tugas menulis yang dirasa temanya sulit. 

Ada yang merasa, topik yang diberikan terlalu sulit untuk mereka tulis. Padahal, topik yang diberikan ya seputar kehidupan sehari-hari.  

Lantas, sebuah petikan ujaran dari pengurus komunitas pun saya amini. Ia menyatakan kemirisannya lantaran ketika ada usaha untuk menggalakkan kegiatan menulis malah tidak ada yang berminat. Alasannya, apa lagi kalau tak ada uang yang didapat.

Antusiasme ODOP ini berbanding terbalik dengan ajakan untuk kampanye produk tertentu yang seperti semut mengerubungi gula. Kuota yang disediakan habis dalam hitungan detik. 

Kalau sudah begini, saya sedikit merenung. Apa benar blogger di Indonesia sebagian besar sudah beralih orientasi? Kalaupun benar, saya pun tidak menyalahkan karena itu hak masing-masing.

Meski demikian, dari pengamatan saya, lama-lama tulisan khas blogger menarik yang dulu mendominasi untuk disebarkan mengenai topik tertentu kini mulai beralih dikuasai portal media. Tirto Id, Kumparan, VICE, Mojok, dan beberapa media lain yang mendominasi hal-hal remeh tapi penting dan menarik yang dulu dikupas oleh para blogger. S

aya mulai jarang menemukan blog personal yang membahas hal-hal kecil tapi penting seperti beberapa tahun sebelumnya. 

Kalaupun ada, itu pasti di Kompasiana yang langsung mendapat label Artikel Utama. Lha bagaimana mau ada, wong rekan blogger yang saya ikuti lebih banyak membahas produk yang mereka review.

Salah satu blog personal favorit saya. Meski kulitnya tidak terlalu bagus tapi saya suka isinya yang sangat informatif. Blogger semacam ini semakin jarang saya temukan. - http://jagurdermuluk.blogspot.com / screenshot pribadi
Salah satu blog personal favorit saya. Meski kulitnya tidak terlalu bagus tapi saya suka isinya yang sangat informatif. Blogger semacam ini semakin jarang saya temukan. - http://jagurdermuluk.blogspot.com / screenshot pribadi
Barangkali, jika ada rekan blogger yang membaca tulisan saya ini, ada sebuah renungan yang bisa dimaknai lebih dalam. Tidak munafik, saya juga senang jika tulisan saya berbayar. 

Namun, jika sebagian besar atau hampir semua tulisan kita berbayar, rasanya kok ada sedikit mengganjal. Apakah semangat sharism mulai hilang? Hanya hati yang bisa menjawabnya.

Kembali ke frasa memamerkan kemewahan yang disematkan rekan saya, persepsi ini tidaklah selalu benar. Masih ada kok rekan blogger yang juga semangat berbagi walau ia juga mendapat tulisan dari review produk dan apa yang disebut "memamerkan kemewahan" itu. 

Sayangnya, ketika saya terjebak dalam lingkaran pertemanan blogger yang lebih banyak mengupas sebuah produk, maka saya harus merelakan hati untuk menemui tulisan yang hampir seragam dan seakan enggan untuk membacanya.

Semoga bisa dijadikan renungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun