Waduh, rasanya jantung saya mau copot ketika ditanya laporan serah terima barang yang hanya Bapak Kepala Sekolah saya tahu. Saya sudah keringetan membayangkan drama OTT KPK yang ikut menyeret anak buah-anak buah yang sebernarnya tidak tahu apa-apa.Â
Untungnya, kala itu kami hanya diminta memperlihatkan alat yang sudah kami terima dan urusan laporan biar Diknas dan Bapak Kepala Sekolah yang bertanggung jawab.
Kehadiran Bapak Kepala Sekolah biasanya baru ditunggu ketika saya dan beliau baru saja mengambil Dana BOS yang cair. Saya yang seperti ajudannya mengawal beliau ke bank pemerintah bisanya langsung ditanya berbagai hal seputar pencairan Dana BOS oleh para guru.Â
Cair berapa bulan? Mau digunakan untuk apa? Bagaiamana nasib perbaikan ini dan itu serta sederet pertanyaan lain. Terlebih, jika ada isu bahwa pemberian gaji GTT sepertinya akan mundur, maka saya seakan mendapat buah simalakama.
Dalam hati saya ketar-ketir kadang Dana BOS yang cair hanya sebulan dan tidak cukup untuk mengkover segala pengeluaran. Bagaimana nasib gaji saya?Â
Namun, Bapak KS cukup bijak dengan mengutamakan gaji GTT dulu entah melalui uang pribadinya ataupun dari Guru PNS tersertifikasi lain walau Dana BOS yang cair cukup terlambat. Saya sungguh salut dengan konsistensinya ini.
Jadi, kalau ditanya, lebih enak mana ada atau tidak ada Bapak Kepala Sekolah di ruangannya? Jawaban saya adalah ada. Beliau tetap harus sering di sekolah karena sebagai pemimpin yang punya andil dan bertanggung jawab terhadap sekolah.Â
Yang tidak bisa diberikan kepada wakil kepala sekolah, guru senior, ataupun guru junior yang dianggap tangan kanannya. Meski demikian, koordinasi ketika beliau tidak ada di tempat.Â
Koordinasi ini penting untuk menghindari konflik kepentingan para guru yang biasanya terjadi. Telebih, sebagai manajer sekolah, Kepala Sekolah juga dituntut untuk bisa menciptakan kondisi sekolah yang kondusif. Ada atau tidak ada yang bersangkutan di ruangannya.
Sekian.