"Bapaknya ada?"
Suara lirih itu berbisik di belakang saya yang sedang mengetik sebuah surat di ruang TU. Sosok ibu guru berbadan tambun dan berkacamata segera membuat jantung saya sedikit bergetar. Saya kira ada penghuni lain berbisik di ruangan yang konon katanya pernah menjadi tempat jagal kala pendudukan Jepang itu.
Saya menggeleng. Ibu guru itu kemudian menepuk pundak saya dan memberi saya sebungkus permen. Dengan tergesa-gesa, kemudian ia membubuhkan absen di meja absensi lalu pergi meninggalkan saya seorang diri. Dengan tetap menatap tugas yang masih banyak.
Petikan drama di kehidupan nyata itu terjadi saat saya masih mengajar di sekolah dan merangkap sebagai staf TU. Kebiasaan saya adalah pulang lebih akhir untuk mengerjakan tugas administrasi yang masih ada karena saya pantang untuk mengerjakannya di rumah.
Ruang TU yang saya gunakan untuk bekerja berada diantara ruang guru dan ruang kepala sekolah. Sebuah CCTV terpasang di ruang kepala sekolah yang berisikan kejadian di beberapa sudut sekolah seperti pintu gerbang, lorong kelas, kantin, dan dapur. Dalam rangka menjaga keamanan dan menjaga kinerja pegawai sekolah, alat itu terpasang dengan nyaman menggunakan 8 buah kamera.
Nah, Bapak Kepala Sekolah yang biasanya pulang beberapa menit sebelum saya pulang selalu mengawasi CCTV itu sambil mendengarkan lagu keroncong atau campur sari. Jika masih ada pekerjaan, beliau juga berada di ruang TU sembari memberi instruksi kepada saya mengenai apa-apa yang harus dikerjakan.
Lucunya, beliau kerap mengabsen para guru yang akan pulang -- terutama PNS -- agar pulang sesuai jadwal semestinya. Pukul 2 siang tepat atau pukul 1 siang jika hari Jumat-Sabtu. Alhasil, saya kerap ditanya oleh beliau siapa saja yang sudah meninggalkan sekolah atau berada di sekolah.
Apesnya, saya kerap menjadi "penjaga pintu gerbang" bagi guru-guru yang sudah berencana atau melakukan permufakatan untuk pulang lebih awal. Untuk pergi meninggalkan sekolah saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.Â
Entah pergi ke bank, ke kantor pajak, bahkan berbelanja kain di Pasar Besar Malang yang hanya berjarak beberapa meter dari sekolah. Bisa dikatakan, saya ya merangkap satpam.
Ketidakhadiran Bapak Kepala Sekolah di ruangannya memang menjadi berkah tersendiri bagi para guru. Walau sebenarnya KS saya dulu bukan termasuk tipe yang terlalu disiplin, tetapi karena usianya sudah mendekati purna maka banyak guru yang sungkan. Belum lagi kebiasaan beliau yang suka kepo terhadap kegiatan para guru.Â