Saya cukup miris dan sedih ketika beberapa hari lalu menemukan sebuah unggahan yang seakan mengesampingkan profesi polisi dan membandingkannya dengan profesi lain.
Di unggahan tersebut, saya mendapati banyak komentar miring yang mengatakan ketika ada warga masyarakat yang membutuhkan bantuan, bukan polisilah yang datang. Walau begitu, saya mencerna dan mencermati apa yang sedang riuh rendah di lini masa tersebut.
Secara jujur, saya memang pernah tidak simpati kepada beberapa oknum polisi, terutama polisi muda yang baru saja lulus dari pendidikannya. Mereka seakan bangga dengan apa yang mereka capai dan lupa bahwa ada tugas berat yang harus diemban. Terlebih, ada diantara mereka yang tebar pesona dan melakukan kegiatan yang kurang berfaedah semisal live di Instagram layaknya seorang artis.
Saya berpikir, apa tidak sebaiknya waktu luang mereka saat tidak bertugas digunakan dengan cara yang lebih baik. Atau, lini masa akun instagram mereka digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan bukan hanya untuk kepentingan pribadi.
Untunglah, rasa gundah akan citra polisi ini berakhir sudah ketika saya menemukan sebuah unggahan di IG yang menampilkan seorang polisi sedang menggendong anak kecil yang sedang kelelahan. Anak itu telah berjalan jauh bersama kakaknya menuju tempat ibu mereka. Polisi tersebut mendapati sang anak yang kelelahan itu tidur di tepi jalan dan sang kakak sedang menangis.
Melihat itu, sang polisi segera menghentikan sementara kegiatan pengalihan arus lalu lintas yang dilakukannya dan membawanya ke tempat tujuan. Sungguh, menemukan postingan semacam ini bagai menemukan oase di tengah banyaknya pandangan miring terhadap polisi.
Sosok polisi tersebut adalah Aipda Andi Hzn yang merupakan Kanit Turjawali Lantas Polres Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatra Selatan. Postingan itu sendiri diunggah oleh akun Satlantas Polres OKU dan mendapat banyak simpati dari masyarakat.
Dari postingan itu, saya pun mendapatkan akun IG sang polisi yang langsung saya ikuti. Setelah permintaan mengikuti diterima, saya semakin terkejut lantaran lini masanya penuh dengan berbagai kegiatan menolong orang, terutama saat di jalan raya.Â
Tak hanya itu, saya sering mendapati sang polisi memberikan sekadar bantuan kepada para lansia yang hidup tidak layak. Persis dengan apa yang dilakukan oleh Mbak Inem Jogja.
Yang membuat saya semakin respect adalah beberapa postingan terunggah sang polisi dan anak buahnya sedang tertidur di pinggir jalan dan terlihat sangat capek. Namun, ketika mereka menolong dan berbagi kepada masyarakat raut capek itu hilang dan berubah menjadi wajah ceria. Ini lho, yang bagi saya dan bagi banyak orang sulit dilakukan. Mengerjakan kebaikan di saat kita sendiri sedang sibuk dengan tugas kita dan melakukannya secara beriringan.
Tidak ada alasan selain mengharap rido dari Yang Maha Kuasa agar semuanya berjalan lancar. Mengenai gerakan berbagi ini, Aiptu Andi dan anak buahnya mengusung tema Jumat Barokah. Kegiatan berbagi banyak dilakukan di hari Jumat sembari melakukan kegiatan kedinasan mengatur lalu lintas di daerah OKU.
Tak hanya itu, dari Aipda Andi ini, saya belajar bahwa untuk membantu orang tidak harus menunggu kita senggang atau menunggu waktu terlalu lama. Bisa jadi, ketika kita di jalan menuju atau pulang dari tempat kerja, kita bisa berbagi terhadap sesama.Â
Dan yang paling penting, tidak harus menjadi polisi untuk bisa melayani dan membantu masyarakat. Apapun pekerjaan kita, jika kita niat ikhlas dan terus berbuat kebaikan, maka kita juga turut berkontribusi bagi masyarakat.
Karena sesungguhnya menjadi polisi bukanlah seragam kebesaran yang dibanggakan namun semangat kerja keras melayani masyarakatlah yang dibutuhkan. Semoga saya banyak menemukan sosok seperti Aiptu Andi ini karena saya yakin masih banyak sosok polisi yang bisa menjadi panutan masyarakat.
Salam.
***
Terima kasih untuk Aiptu Andi Hzn atas foto-fotonya.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H