Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memagari Solo Istimewa dengan KA Batara Kresna

1 Juli 2019   18:33 Diperbarui: 2 Juli 2019   12:56 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam di Stasiun Purwosari Solo sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Tapi, tanda-tanda kereta impian saya tiba tak kunjung nampak. Yang ada, KA Prambanan Ekspres (Prameks) sedang berlabuh dan dijejali penumpangnya untuk menuju stasiun terminusnya, Solo Balapan.

"Ada gangguan di AC-nya," saya mendengar sedikit seruan dari Polsuska kepada salah satu rekannya. Saya memaklumi, KA ini memang sering mengalami masalah. Entah AC maupun gangguan generator. Wah jangan sampai rusak. Saya sampai rela datang ke Solo lho hanya untuk bisa naik kereta ini.

Untunglah, sepuluh menit kemudian, kereta ini tiba. Semboyan 35 khas KRDI yang dibunyikan terdengar nyaring. Saking semangatnya, saya sampai loncat-loncat tak karuan seperti anak TK. Ah sudahlah, saya sudah terlalu excited ingin merasakan bagaimana sensasi menaiki kereta yang juga melaju di pinggir jalan utama Kota Solo.

Saya segera mencari kedudukan terbaik. Ada 4 bangku kosong yang saya duduki berdua dengan rekan saya. Jadi, masing-masing dari kami mendekati jendela. Saya akan memotret sementara rekan saya akan mengabadikan perjalanan ini dalam bentuk video.

Baru saja kereta melaju, rasanya suasana berbeda saya rasakan. Ada suara berdencit keras yang seakan menandakan bahwa jalur kereta yang saya lewati jarang sekali dilalui. Ya, inilah salah satu jalur istimewa yang dikelola PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta. Jalur percabangan dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Wonogiri.

Jalur ini sebenarnya akan berakhir di Baturetno, sebuah kecamatan di Wonogiri yang dekat sekali dengan Waduk Gajah Mungkur. Namun, hanya segmen Purwosari-Wonogiri saja yang aktif dan dilewati oleh kereta impian saya, Batara Kresna.

Kereta ini melaju dari Purwosari-Wonogiri PP dua kali sehari. Dari Purwosari, kereta berangkat pukul 6 pagi dan menempuh sekitar 2 jam perjalanan lalu kembali lagi ke Purwosari. Keberangkatan kedua sekitar pukul 10 pagi yang saya pilih pada kesempatan kali ini.

Batara Kresna berjalan pelan sekali. Saya berasa naik kereta kelinci saking pelannya. Kira-kira, hanya sekitar 25 Km/jam kereta ini berjalan. Apalagi, kala kami sudah melewati Jalan Slamet Riyadi, jalan utama Kota Solo yang sangat ramai. Kereta berjalan amat hati-hati.

Jangan lupa berfoto. - Dokpri
Jangan lupa berfoto. - Dokpri
Tapi, ada manfaatnya ketika kereta berjalan pelan. Saya jadi bisa melihat suasana Kota Solo dengan segala denyut nadinya. Melewati Taman Sriwedari yang sedang direnovasi, menyaksikan warga yang sedang menggunakan fasilitas wifi di sana, memaknai aktivitas jual beli di pertokoan, hingga para pekerja kantoran yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jangan lupakan pula, para tukang parkir yang bersusah payah menata kendaraan agar tidak tersenggol kereta yang saya naiki.

Perlintasan KA tanpa palang. - Dokpri
Perlintasan KA tanpa palang. - Dokpri
Karena seakan berasa sedang naik bus, maka KA Batara Kresna ini dinamakan pula Railbus atau gabungan dari kereta api dan bus. Terserahlah namanya apa. Yang jelas, saya benar-benar bahagia bisa menjajal kereta lokal dengan tiket seharga 4.000 rupiah saja.

Apalagi, saya menemukan keunikan lain, lebih tepatnya kengerian dari persimpangan jalan tanpa palang kereta api yang kami lalui. Tapi, saya percaya warga Solo berbudaya tinggi. Aneka kendaraan, akan siap berjajar rapi menunggu kereta kami melintas meski mereka melewati jalan raya sebidang tak berpalang. 

Saya juga begitu heboh kala Batara Kresna melewati salah satu mall terbesar di Surakarta, Solo Grand Mall. Bisa jadi, kalau saya sedang berada di pintu masuk Mall itu, saya akan berteriak:

"Ada kereta lewat! Ada kereta lewat!"

Jarak antara kereta dengan pintu masuk mal sangat dekat. Hingga kini, saya juga tak habis pikir bagaimana pengelola mal bisa mengatur lalu lintas saat kereta lewat. Mungkin mereka sudah terbiasa dan tahu kapan jadwal kereta melintas. Tapi tetap saja, bagi saya yang belum pernah menyaksikan hal ini di kota manapun, itu terlihat asyik.

Melewati Museum Radya Pustaka yang sedang direnovasi. - Dokpri
Melewati Museum Radya Pustaka yang sedang direnovasi. - Dokpri
Jalan Slamet Riyadi yang juga menjadi pembatas wilayah Kasunanan Surakarta dengan Kadipaten Mangkunegaran pun selesai kami lewati. Kini, kami menuju daerah Benteng yang akan bermuara ke Stasiun Solo Kota untuk menaikturunkan penumpang.

Di stasiun yang juga bernama Stasiun Sangkrah ini, penumpang yang naik ternyata lebih banyak. Kursi yang semula kosong menjadi penuh dan banyak penumpang yang berdiri. Rupanya, penumpang ini kebanyakan berasal dari wilayah Pasar Kliwon dan Serengan, dua kecamatan yang ada selatan di Kota Surakarta. Mereka merupakan penglaju yang akan pulang ke Wonogiri. Namun, ada juga diantara mereka yang hanya ingin sekadar berwisata. Kapan lagi naik kereta unik dan murah ini.

Banyak bangunan gereja eksotik yang dilewati kereta ini. - Dokpri
Banyak bangunan gereja eksotik yang dilewati kereta ini. - Dokpri
Selepas berhenti di Stasiun Solo Kota, Batara Kresna sedikit menambah kecepatannya kala melaju menuju Stasiun Sukoharjo. Pemandangan pun kini berganti. Dari semula perkampungan padat penduduk perlahan bergeser menjadi persawahan hijau dan sesekali diselingi hamparan sungai yang mengalir.

Kereta Batara Kresna berhenti di Stasiun Solo Kota. - Dokpri
Kereta Batara Kresna berhenti di Stasiun Solo Kota. - Dokpri
Hanya saja, ada sebuah pemandangan yang menarik minat saya. Nun jauh di ujung persawahan hijau itu, tampak bangunan gedung bertingkat menjulang. Oh, inikah kota satelit yang bernama Solo Baru? Saya pernah membaca beberapa artikel tentang geliat kota satelit ini. Kota yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo ini bahkan sudah memiliki aneka fasilitas mewah seperti ma\l, perumahan, boulevard, dan beberapa fasilitas lain.

Berkat Batara Kresna, saya bisa menyaksikan itu semua meski hanya dari kejauhan. Walau hanya dari sudut lain Kabupaten Sukoharjo yang masih Ndeso. Jadi, tak sekadar pemandangan pinggir Jalan Raya Kota Solo, namun disparitas di salah satu kabupaten Karesidenan Solo ini bisa saya saksikan dengan nyata. Andai saja ada moda transportasi massal yang menghubungkan wilayah tersebut dengan jalur milik Batara Kresna ini, pasti akan lebih menyenangkan.

Gedung perncakar langit tampak samar diantara perswahan. - Dokpri.
Gedung perncakar langit tampak samar diantara perswahan. - Dokpri.
Tak terasa, Batara Kresna telah sampai di Stasiun Sukoharjo. Sebenarnya, saya masih ingin melanjutkan perjalanan hingga ke Wonogiri. Namun, karena belum makan siang, maka kami memutuskan menyudahi perjalanan di Sukoharjo saja. Kereta Batara Kresna pemberangkatan terakhir, sekitar jam 1 siang yang datang dari arah Wonogiri, akan membawa kami kembali ke Solo.

Kami pun berjalan-jalan sebentar di sekitar Alun-Alun Sukoharjo sembari makan siang. Saking cepatnya waktu berlalu, tiba-tiba saja kami harus kembali ke Stasiun Sukoharjo. Di sana, ternyata ada juga penumpang yang akan naik. Mereka rata-rata akan menuju Jakarta dengan menaiki kereta ekonomi PSO. Batara Kresna pun lagi-lagi menjadi andalan warga di Sukoharjo dan Wonogiri yang akan naik kereta jarak jauh melalui Solo.

Stasiun Sukoharjo, Stasiun Kelas III/kecil yang masih melakukan check-in manual. - Dokpri
Stasiun Sukoharjo, Stasiun Kelas III/kecil yang masih melakukan check-in manual. - Dokpri
Kala kereta kami datang, saya sebenarnya masih semangat. Tapi ternyata, penyakit kereta ini kambuh lagi. Apalagi, kalau bukan AC-nya yang mati. Sepanjang perjalanan pulang itu, pintu kereta pun terbuka lebar. Satu petugas kereta berjaga di depan pintu agar tak ada penumpang yang mendekatinya. Melihat kerusakan ini, walau saya terkesan dengan Batara Kresna, masih ada banyak hal yang harus dibenahi.

Berpose di Stasiun Sukoharjo. - Dokpri
Berpose di Stasiun Sukoharjo. - Dokpri
Perbaikan yang segera diperlukan mengingat tak sekadar kereta wisata, namun Batara Kresna telah menjadi nyawa dan penghubung (feeder) wilayah Solo Raya yang begitu istimewa. Walau mungkin kereta ini melewati jalur yang tidak menguntungkan, tapi keberadaannya amatlah berjasa. Memagari Daerah Istimewa Surakarta yang dulu pernah ada namun terhapus oleh gerakan anti swapraja. Semoga kereta Batara Kresna tak bernasib sama.  

***

Sumber:

(1) (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun