Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Walau Bukan Pemandian Putri Raja, Ponten Ngebrusan Tetaplah Istimewa

28 Juni 2019   19:47 Diperbarui: 29 Juni 2019   09:35 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, suatu tempat bisa mengena di hati tidaklah harus dikenal banyak orang.

Tidak melulu terlihat baik di Instagram dan bisa dipamerkan ke seluruh penjuru dunia. Bisa jadi, tempat tersebut hanyalah sebuah bangunan sederhana namun kaya makna dan saya bisa mengambil hikmah darinya.

Itulah yang saya dapat ketika tiba di Kota Solo. Kota yang telah kehilangan status istimewanya ini bagi saya tetaplah istimewa. Ia menyimpan banyak tempat menarik yang tidak hanya bisa dilihat dan dinikmati secara kasat mata, tapi bisa dipetik pelajarannya. Salah satunya adalah Ponten Ngebrusan.

Awal persinggungan saya dengan tempat ini dari sebuah video yang ditayangkan oleh yayasan warna-warni saat mengupas modernisasi budaya Jawa. Proses menuju masyarakat modern yang dilakukan oleh KGPAA Mangkunegara VII ini begitu menarik perhatian. 

Tidak sekadar dalam bentuk fisik, namun juga dalam bentuk mental. Proses membuat orang Jawa memiliki standar hidup lebih tinggi dibandingkan era sebelumnya, terutama di wilayah Kadipaten Mangkunegara VII.

"Di ponten ya, Mas. Mau ngapain ke sana?"

Saya tersenyum kecut. Sebuah pertanyaan dari pengemudi ojek daring yang mengantar saya meluncur dan seakan memberi kesan tempat ini tidaklah bermakna.

"Ya mau belajar mas, sekalian wisata. Ini peninggalan terbaik Kota Solo kan, Mas?"

Ia hanya mengangguk. Saya tidak menyalahkannya karena memang tempat ini bagi banyak orang tidaklah menarik. Apa yang bisa dilihat di tempat mandi cuci kakus umum? Bukankah itu hanya sebuah tempat untuk mandi dan buang air saja?

Saya tak melanjutkan polemik kecil ini. Setibanya di Kampung Kestalan, Kecamatan Banjarsari, akhirnya saya menemukan tempat ini. Di depan saya, sebuah bangunan berwarna putih seperti berdiri megah. 

Di sampingnya, jejeran bangku taman dengan aneka bunga membatasi bangunan tersebut dengan sebuah sungai yang cukup besar.

Taman di pinggir sungai yang cantik. - Dokpri
Taman di pinggir sungai yang cantik. - Dokpri
Saya lantas mencari pintu masuk. Meski harus memutar menuju sekitar perkampungan warga, namun itu tak apa. Di pagi hari sekitar jam 8 pagi itu, dua orang petugas kebersihan tampak semangat menyapu halaman ponten dari sampah dedaunan.

Daun-daun itu berguguran dari pohon-pohon yang rindang di sekeliling ponten. Setelah kulonuwun kepada petugas tersebut, saya pun mulai mengeksplorasi tempat ini. Dimulai dari prasasti revitalisasi ponten yang dilakukan oleh Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, kegiatan ini didanai oleh bank pembangunan daerah setempat.

Ada beberapa bagian di dalam ponten ini. Bagian depan berupa tempat duduk yang kemungkinan digunakan masyarakat untuk mengantre ataupun melakukan aktivitas lain selepas buang air ataupun  mandi seperti mencuci. Ini menandakan bahwa untuk melakukan modernisasi, tak hanya dalam hal fisik saja namun juga dalam bentuk mental warganya. Kalau mau menggunakan fasilitas umum ya harus antre.

Bilik mandi ponten ini berada di sisi kanan dan kiri. Walau hanya bisa dilewati 1-2 orang saja, namun bilik mandi ini cukup muat jika digunakan sekitar 4-5 orang. Pipa-pipa pancuran air masih tampak menganga meski tak ada lagi aliran air yang melewatinya.

Bilik mandi. - Dokpri
Bilik mandi. - Dokpri
Di bagian belakang, terdapat beberapa kakus jongkok yang dilengkapi dengan bak kecil tempat air. Jadi, bagi warga yang ingin buang air besar atau kecil, mereka tak perlu lagi membawa air dari rumah. Di antara dua kakus tadi terdapat saluran air menuju sumur bagian luar.

Kakus jongkok. - Dokpri
Kakus jongkok. - Dokpri
Saat saya membaca sedikit sejarah mengenai pembangunan ponten ini, ternyata Mangkunegara VII bekerja sama dengan salah satu arsitek terkenal Belanda bernama Thomas Karsten. 

Karsten merupakan salah satu arsitek kenamaan Belanda yang dikenal ahli tata kota dan berhasil mengubah wajah kota baru di Indonesia. Bagi masyarakat Malang seperti saya, jasa Karsten amatlah besar dalam menata Kota Malang pada awal pendirian Kota ini.

Sementara di Solo, yang saat itu masih memiliki kuasa cukup besar untuk mengatur wilayahnya dibandingkan Malang, Mangkunegara VII melakukan terobosan dengan membangun ponten-ponten semacam ini. Bagi Mangkunegaran VII, kompromi dengan penguasa Belanda harus dilakukan agar rakyatnya sejahtera.

Kursi di sekitar bilik mandi. - Dokpri
Kursi di sekitar bilik mandi. - Dokpri
Salah satu parameter kesejahteraan warga adalah tersedianya fasilitas umum yang memadai. Maka, selain membangun rumah sakit, pabrik genteng, menata pabrik gula dan saluran irigasi, Mangkunegara VII juga menitikberatkan pada fasilitas MCK. MCK yang baik adalah awal dari masyarakat yang sehat.

Tentu, saya sangat sependapat dengan hal ini. Bagi saya yang hidup dengan ekonomi cukup, tentu tidak sulit memiliki fasilitas MCK sendiri yang memadai. Namun, bagi mereka yang hidup kekurangan dan tinggal di sekitar sungai, fasilitas MCK amatlah mewah. 

Tidak mungkin penghasilan mereka bisa digunakan untuk membangun fasilitas MCK sendiri. Apalagi saat itu, sekitar tahun 1930an, sedang terjadi depresi besar dunia yang membuat ekonomi warga sangat memprihatinkan.

Mangkunegara VII yang menguasai Banjarasari, wilayah yang kini berstatus kecamatan di Solo, sadar akan hal itu. Terlebih, Kampung Kestalan, perkampungan yang berada di sekitar Ponten Ngebrusan ini dikenal sebagai kampung yang dekat dengan kandang kuda milik Legiun Kadipaten Mangkunegaran. 

Artinya, tak semata untuk mandi dan buang air semata, kedekatan warga sekitar pada zaman itu dengan hewan peliharaan membuat daerah ini penjadi prioritas sang adipati dalam pembangunan ponten ini.

Sungai yang mengalir di sekitar ponten juga menjadi perhatian sang raja. Dengan disiplin yang cukup tinggi, ponten ini diwajibkan untuk dibersihkan sehari dua kali. Sang adipati juga tak jarang turun langsung untuk meninjau sendiri kebersihan ponten ini. Jika sekarang, blusukan pun akan dilakukan sang adipati agar segalanya bisa berjalan baik.

Bagian belakang ponten. - Dokpri
Bagian belakang ponten. - Dokpri
Walau tak lagi digunakan, keberadaan ponten ini menjadi salah satu pondasi penting masyarakat Surakarta. Hingga akhir kunjungan saya, tak satupun saya temukan warga Solo yang buang air kecil sembarangan di pinggir jalan. Tak seperti saat saya mengunjungi kota lainnya. Entah kebetulan atau tidak, rasanya dengan pembangunan fisik yang disertai mental sejak zaman dahulu membuat masyarakat Solo bagi saya tetaplah istimewa.

Spanduk berisi anjuran hidup sehat yang dibuat oleh Pemkot Surakarta di sekitar Kampung Kestalan. Adanya ponten di kampung ini menjadi bukti salah satu keberhasilan modernisasi masyarakat di bidang kesehatan yang masih dijaga hingga saat ini. - Dokpri
Spanduk berisi anjuran hidup sehat yang dibuat oleh Pemkot Surakarta di sekitar Kampung Kestalan. Adanya ponten di kampung ini menjadi bukti salah satu keberhasilan modernisasi masyarakat di bidang kesehatan yang masih dijaga hingga saat ini. - Dokpri

Solo masihlah pusat kebudayaan Jawa dengan segenap tata krama yang dijaganya. Solo masih banyak menyimpan bangunan fisik yang mendukung pembangunan mental warganya. Ponten Ngebrusan ini adalah salah satu buktinya. Meski tidak diperuntukkan bagi putri raja, ponten ini menjadi bukti bahwa ada pemimpin yang benar-benar mencintai rakyatnya. 

Sumber:

(1) (2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun