Kalau boleh memilih dan harus memilih, saya akan memilih opsi yang kedua. Ya, ini adalah salah satu periode sulit yang dilalui bangsa ini agar bisa lebih tangguh lagi. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa seseorang akan mengalami kenaikan tingkat dengan ujian terlebih dahulu.Â
Ujian ini akan menjadikan seseorang bisa lebih tangguh dan belajar sabar, menahan diri, dan menyelesaikan masalah sehingga ia bisa lebih baik lagi.
Demikian pula yang terjadi dengan bangsa ini. Indonesia sedang diuji agar bisa menjadi bangsa yang lebih hebat lagi. Ujiannya tak main-main. Berlangsung di bulan suci. Kita, sebagai bangsa Indonesialah yang mengalami ujian itu. Kita yang menjalani kenaikan level itu. Apakah pantas kita naik level dan menjadi bangsa hebat di kemudian hari dengan rasa persatuan yang kuat?
Jawabannya adalah seberapa kuat kita menahan segala emosi dan egoisme diri untuk bisa melawan ujian itu. Ujian perpecahan yang cukup menganga dan bisa saja menyebar luas. Dan ujian itu sendiri,sesungguhnya diakhiri pada momen Idulfitri.
Jika ujian itu berlangsung selama bulan Ramadan, maka Idulfitri bisa disejajarkan dengan pembagian rapor atau hasil ujian. Kala kita bisa memaafkan mereka yang pernah menyakiti kita, maka kita akan bisa mendapatkan nilai yang sempurna. Terlebih, jika kita memulai komunikasi lebih dahulu dengan baik dan menurunkan ego untuk merasa lebih hebat, maka sesungguhnya kita telah memulai langkah yang istimewa.
Kala kita bisa memahami, bahwa manusia tidak ada yang sempurna, di situlah kita memberi sebuah makna yang paripurna. Sehebat apapun kita, sebanyak apapun kekayaan ataupun ilmu kita, namun jika kita merasa masih ada kekurangan di dalam diri kita dan mau mengakui kesalahan kita, niscaya hasil ujian itu akan menjadikan kita lebih baik lagi.
Apalagi, jika perbuatan ini diikuti oleh orang-orang terdekat di lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara, maka ujian yang sedang dialami bangsa Indonesia akan bisa dilalui. Saat pemimpin bangsa dan para pendukungnya saling meminta maaf, menyerukan persatuan dan kesatuan, serta berkomitmen untuk menjaga keutuhan NKRI di momen Idulfitri, langkah inilah yang sesungguhnya dinanti.
Langkah yang juga harus diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Menghentikan penyebarluasan narasi kebencian, saling sindir, dan tindakan provokasi lainnya. Mengupayakan persamaan tujuan daripada perbedaan tajam diantara masing-masing pihak yang berkepentingan. Tak hanya lewat dalam beberapa hari saja, namun upaya bersama ini harus pula dilakukan setelah momen Idulfitri berlangsung.
Bangsa ini sudah lelah dengan segala bentuk perpecahan di dalamnya yang membuatnya semakin rapuh. Berat memang untuk mengucapkan maaf dan menurunkan ego di dalam diri. Tapi, akan lebih berat jika kebencian, perselisihan, dan permusuhan terus bersemayam di hati. Karena sesungguhnya itu bukanlah sosok manusia Indonesia sejati.
Di momen Idulfitri ini, bangsa Indonesia sejatinya juga sedang merayakan hasil ujiannya selama bulan Ramadan. Tak ada cara lain dalam perayaan tersebut selain saling memaafkan.