Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Percayalah, Hikmah Ramadan Akan Indah pada Waktunya

4 Juni 2019   03:00 Diperbarui: 4 Juni 2019   03:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokpri

Teruntuk kalian semua. Iya, kalian semua.

Hai, apa kabar kalian semua?

Kalian yang tinggal menghitung jam untuk merayakan Idulfitri. Ini mungkin menyenangkan bagi beberapa diantara kalian. Saat kalian bisa bertemu ayah, ibu, maupun sanak saudara. Tapi ini juga tak mudah bagi kalian yang entah sudah merasakan apa saja di bulan suci ini. Yang mungkin di hari yang seharusnya kalian bisa bersua dengan orang tercinta, tapi masih berkutat dengan tugas yang entah kapan selesainya.

Tahukah kalian, aku pernah sekali ingin mempercepat laju waktu di bulan suci ini. Kala aku tidak bisa menikmati apa itu puasa, bekerja, dan segala hal di dalamnya. Entah, apa yang membuat aku pernah merasakan itu.

Kala itu aku hanya merasa hampa. Di bulan suci yang harusnya penuh suka cita, hari-hariku malah penuh dengan bermuram durja. Di pikiranku kala itu, kalau bulan ini segera berlalu, rasanya segala jerih payah, lapar dan dahaga, kesukaran, dan kesakitan yang tanpa henti melanda bisa segera hilang begitu saja.

Namun apa yang kubayangkan ternyata tidaklah seindah yang kudapatkan. Bulan suci memang tak lagi di depan mata. Walau aku berharap kesukaran itu tak sebesar saat berpuasa, justru ia semakin bertambah besar dan besar. Ia semakin ganas dan membuatku menjadi berpikir ulang untuk segera meninggalkan bulan ini.

Aku rasa, lemburku semakin bertambah saja. Waktu bersama keluarga juga makin tak tentu dan tak bisa ditebak kapan jua. Dan yang membuat aku sedih, kebersamaanku dengan Sang Pencipta malah semakin banyak tersita.

Lantas, aku menyesal pernah merasa ingin segera meninggalkan bulan ini. Aku menyesal dan takut kalau saja tak akan bertemu dengannya lagi. Aku takut jika ia enggan menemui nyawa di dalam tubuhku ini. Ya, aku menyesal.

Aku memang menemui banyak kesulitan di bulan ini. Aku hampir tak punya banyak waktu untuk sekadar beristirahat. Aku hampir memejamkan mata kala mencoba berkonsentrasi untuk melakukan sesuatu. Tapi aku menyadari, di balik segala kesukaran di bulan suci ini, ada sesuatu hal yang tak kudapat di bulan-bulan lainnya.

Apa yang kudapat itu adalah hikmah. Rahmat, pengampunan, dan tentunya kebahagiaan. Aku lebih banyak mendapat semangat kala aku mulai mengerjakan apa yang aku suka di bulan suci ini. Meski terasa berat pada permulaan, namun semuanya terasa ringan pada akhirnya. Aku mulai menikmatinya.

Aku tahu, kita, dan beberapa teman kita telah memasuki seperempat abad kehidupan tengah menjalani ujian di dalamnya. Entah, apa yang menjadi kesukaran kehidupan di masa ini, yang jelas ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Apapun yang kita kerjakan, dengan segala kesukaran itu, kita akan baik-baik saja. Percayalah, tak akan terjadi hal buruk pada kita.

Kebaikan dan keberkahan akan selalu menaungi kita kala terus berusaha di bulan suci ini. Harapan dan keinginan akan terkabul pada saatnya kala kita terus berdoa pada Sang Ilahi. Kala kita berserah diri pada takdir-Nya. Percayalah, pengalamanku yang menyesal pernah ingin segera meninggalkan bulan ini bisa dijadikan pelajaran berharga.

Tahukah kalian, jika dulu, ada beberapa peristiwa yang dialami oleh mereka yang sedang berjuang di jalan-Nya di bulan suci ini. Perang Badar, perang suci yang pertama kali dilakukan oleh Nabi terjadi di bulan ini.

Saat itu, mereka, pasukan muslim sedang berpuasa. Jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan sang musuh. Pasti, ada rasa takut, cemas, dan was-was, kalau mereka akan mengalami kesukaran saat bertempur di medan laga.

Tapi Sang Pencipta tidak berkehendak demikian. Mereka malah diberi kemudahan dan bisa memperoleh kejayaan. Mereka bisa lebih menata kehidupan. Mereka malah membawa islam pada kemajuan.

Jadikan spirit ini untuk terus berusaha di bulan suci sebagai bekal kehidupan di dunia akhirat nanti. Jadikan segala nyeri yang kita dapat sebagai bentuk ujian dari Yang Maha Kuasa agar kita bisa lebih baik lagi. Jadikan proses yang kita lakukan sebagai patokan dan bukan hasil instan yang menjadi tujuan.

Untuk kalian yang masih berusaha di sisa Ramadan ini, ada beberapa ayat yang bisa menjadi pegangan kala kita mendapat kesukaran. Ayat-ayat itu adalah:

"Hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku." (12:86)

"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolong." (2:153)

"Janganlah bersedih, Allah bersama kita." (9:40)

Resapi, hayati, dan lakukan apa yang ada di dalam ayat-ayat itu. Enyahkan segala ragu yang ada di dalam  diri agar kalian bisa terus menatap sisa kehidupan. Terus tanamkan ikhlas dan sabar di dalam diri. Jadikan Allah sebagai penolong dalam setiap salat kalian. Dan tentunya, jangan lupakan pula di balik kesukaran pasti ada kemudahan. Kalau saja kalian bisa melakukan itu semua, hikmah itu akan indah pada waktunya, dan kalian pasti akan meraih kemenangan kehidupan.

Dari temanmu, yang sedang berjuang melawan ganasnya kehidupan.
Salam, Magelang, 1/6/2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun