Selain Ibnu Sina, dunia muslim juga memiliki salah satu ilmuwan di bidang kedokteran yang sangat terkenal.
Beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenal sebagai Ar-Razi. Orang Eropa menyebutnya sebagai Rhazes. Lahir di kota yang terkenal sebagai kota pengetahuan, yakni Rayy, Ar-Razi sangat kental dengan kehidupan ilmu pengetahuahn sejak kecil.
Filsafat, kimia, matematika, dan sastra adalah beberapa ilmu yang diminati Ar-Razi untuk dipelajari. Tak hanya itu, seni musik juga menjadi salah satu kegemarannya dengan memainkan beberapa alat musik. Menjadi pemusik juga pernah menjadi cita-cita ilmuwan yang lahir pada 251 H/656 M ini.
Walau demikian, ilmu kimia yang berkaitan erat dengan kedokteran menjadi salah satu perhatian besarnya. Percobaan demi percobaan kimia terus dilakukan Ar-Razi di kala remaja hingga menginjak dewasa. Sayang, pada suatu ketika, akibat percobaan yang dilakukan, Ar-Razi mengalami musibah dan membuat matanya menjadi cacat.
Untuk mengobati cacat matanya, Ar-Razi kemudian mencari dokter untuk menyembuhkan cacatnya. Dari sinilah ketertarikan Ar-Razi terhadap dunia kedokteran muncul. Meski demikian, ilmu kimia yang telah beliau pelajari selama bertahun-tahun akhirnya menjadi bekal berharga kala menekuni dunia kedokteran ini.
Dalam belajar dunia yang berhubungan dengan dunia kesehatan tersebut, Ar-Razi berguru kepada seorang dokter dan filsuf Ali bin Sahal At-Tabari. Seorang dokter sekaligus guru yang awalnya menganut Yahudi namun kemudian menjadi mualaf.
Selepas menjalani pendidikan, Ar-Razi kemudian mendirikan rumah sakit di kota asalnya, Rayy. Lalu, beberapa waktu kemudian, dokter ini dipercaya mempimpin rumah sakit di Baghdad, Irak.
Ketika itu, banyak kontribusi yang diberikan oleh Ar-Razi terhadap dunia kedokteran. Salah satunya adalah mengenai penanganan penyakit cacar. Ar-Razi berpendapat bahwa cacar terjadi akibat darah terinfeksi oleh sesuatu sehingga ia bisa "mendidih".Â
Akibatnya, keluarlah uap yang merupakan perubahan darah muda menjadi darah yang berwana tua. Pada tahapan tersebut, cacar akan menjadi bentuk gelembung sehingga tampak seperti anggur.
Cacar juga tidak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga orang dewasa. Kontak langsung dengan penderita akan membuat penyakit ini berubah menjadi epidemi. Maka, Ar-Razi menganalogikan penyakit tersebut dengan proses fermentasi anggur.Â