Bagaimana dengan nilai? Bagaimana dengan usia? Dan bagaimana dengan parameter lain? Tidak ada yang bisa dijadikan pertimbangan selain jarak dan siapa dulu yang mendaftar.
Bisa ditebak, yang terjadi demikian adalah PPDB Kota Malang layaknya membeli tiket konser Westlife. Atau, membeli tiket mudik lebaran. Semua begitu ingin cepat bisa dilayani sehingga berakibat pada penumpukan pendaftar, terutama di sekolah yang selama ini masih dianggap sekolah favorit.
Keruwetan ditambah dengan macetnya server PPDB yang mengakibatkan beberapa calon siswa, yang sedari pagi antre untuk bisa dimasukkan datanya harus gigit jari menunggu keesokan harinya. Pelik yang mereka alami semakin bertambah dengan kurang jelasnya informasi yang mereka dapat, baik dari Diknas, maupun petugas sekolah sendiri.Â
Kesalahan dalam menentukan SMP Negeri pun terus terjadi. Siswa yang semestinya memprioritaskan mendaftar di sekolah A karena lebih dekat akhirnya mendaftar di sekolah B. Saat terjadi ranking dari jarak dam waktu pendaftaran, akhirnya siswa tersebut tidak diterima di sekolah manapun.
Macetnya server PPDB ini juga berimbas kepada tidak lancarnya pengecekan siapa saja yang masih berada pada SMP Negeri yang dituju. Tak seperti tahun lalu yang secara real time bisa menunjukkan nama-nama tersebut, kini web PPDB sering down. Banyak calon siswa dan wali murid yang was-was.
Yang menjadi banyak polemik selanjutnya adalah masalah jarak. Melihat kondisi di lapangan, ada beberapa wilayah di Kota Malang yang cukup jauh dari seluruh SMP Negeri yang ada. Polehan, Kebonsari, dan Gadang adalah beberapa diantaranya. Seluruh lulusan SD Negeri yang berdomisili di tiga kelurahan itu gagal masuk satupun SMP Negeri di Kota Malang.
Penyebab utamanya, mereka telah kalah jarak terdekat dengan siswa dari kelurahan lain. Polehan misalnya yang berada dalam zona II (SMP Negeri 2, 9, dan 19) berada sangat jauh dari sekolah-sekolah tersebut. Maka, ketika siswa yang tinggal di Polehan mendaftarkan diri ke sekolah tersebut, sepagi dan se-hetic apapun, ia akan terlempar dengan siswa lain yang berasal dari kelurahan yang lebih dekat.
Beberapa diantaranya adalah Sukoharjo, Kotalama, dan Kasin. Padahal, tiga wilayah tersebut memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Artinya, saat tiga sekolah tersebut akan dihantam siswa-siswi dari ketiga kelurahan itu, sistem akan otomatis menolak siswa dari Polehan. Berapapun nilai yang mereka dapat dan sepagi apapun mereka mendaftar. Â Â