Jika Anda melihat tulisan saya tayang pukul 3 pagi, maka tulisan ini sejatinya sudah saya persiapkan malam harinya. Alasan saya mengunggah tulisan pada jam tersebut agar ada pembaca yang tertarik membaca tulisan saya mengingat saat itu sedang berlangsung ibadah sahur. Saya juga ingin memacu penulis lain untuk menayangkan tulisannya pada hari itu juga agar kegiatan ini bisa dilakukan lebih masif lagi.
Berhubung saya tidak melakukan buka puasa bersama, maka kegiatan menulis ini bisa lebih saya maksimalkan. Bahkan, sembari menunggu berbuka puasa, di awal Ramadan ini naskah buku saya sudah rampung dan telah saya kirimkan ke penerbit. Tak berselang lama, keputusan untuk naik cetak pun datang. Insya Allah, di bulan Agustus nanti buku saya bisa terbit. Jadi, saya cukup bersyukur bisa memaksimalkan waktu menunggu berbuka puasa untuk merampungkan buku.
Jika akhir pekan tiba, waktu untuk menulis biasanya beralih untuk membaca. Kalau masih ada waktu panjang, saya biasanya pergi ke taman kota untuk membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan. Kadangkala, saya juga ikut larut dalam hiruk-pikuk keramaian taman kota sembari mencari ide tulisan saya untuk hari-hari berikutnya.
Sebenarnya, masalah hobi yang masih bisa dilakukan tergantung dari diri kita masing-masing. Masa-masa menunggu berbuka puasa sejatinya masa-masa yang cukup cepat untuk dilalui dibandingkan jam-jam sebelumnya. Maka, kembali lagi kepada pribadi masing-masing, bagaimana ia memaksimalkan waktu menunggu berbuka puasa. Apakah bisa melakukan hobi dengan baik atau hanya berdiam diri terpaku di dalam genggaman dunia maya dan berkutat dengan media sosial.
Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H