Pertanyaan itu kini hinggap di benak publik selepas peristiwa ditemukannya mayat wanita termutilasi di Pasar Besar Malang (PBM) pada Selasa (14/05/2019).
Pertanyaan yang kemudian beralih kepada apa hubungan antara Sugeng, sosok yang diduga kuat pelaku mutilasi dengan wanita tersebut. Hingga kini, identitas wanita misterius sosok wanita yang diduga berusia 34 tahun itu belum bisa tersibak.
Sugeng, pria gelandangan yang ditangkap Polres Kota Malang memang mengakui telah memutilasi wanita yang diakuinya baru dikenalnya beberapa hari tersebut. Namun, ia tidak mengakui bahwa ialah yang membunuh wanita tersebut.
Pengakuan Sugeng ini memang cukup membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Apalagi, dengan entengnya ia bercerita bagaimana ia bisa memotong-motong tubuh wanita itu menjadi beberapa bagian, memberi petunjuk dari sebuah meneken, hingga membuat tulisan aneh nan misterius dengan pesan-pesan tertentu.
Dari beberapa pemberitaan, Sugeng telah dinyatakan tidak mengalami gangguan jiwa. Namun, pria berusia 49 tahun tersebut mengalami gangguan perilaku yang cenderung agresif, obsesif, dan pemalu. Masih ada hal yang disembunyikan Sugeng dalam keterangannya, terutama mengenai siapa sosok wanita yang telah ia mutilasi tersebut.
Ada beberapa petunjuk yang menjadi teka-teki di balik sosok wanita misterius itu. Petunjuk pertama adalah kata "Maluku" yang sering dicapkan oleh Sugeng. Kata ini mungkin merujuk kepada asal wanita tersebut. Bisa jadi, wanita tersebut merupakan orang Maluku atau dari suku Ambon yang baru dikenal Sugeng. Lantas, apakah ia seorang mahasiswa, pekerja, atau lainnya?
Jika mahasiswa, rasanya hal ini cukup mustahil. Memang, Kota Malang dihuni banyak mahasiswa dari Maluku. Mereka terkonsentrasi di beberapa tempat tertentu, salah satunya di daerah Sukun/Janti yang cukup dekat dengan tempat yang diakui Sugeng pertama kali bertemu. Namun, melihat usia wanita tersebut yang sudah menginjak 34 tahun, rasanya cukup sulit diterima.
Mahasiswi asal Maluku rata-rata berusia 20-25 tahun dan mereka sering pergi dengan berkelompok. Dan juga, hingga kini belum ada laporan mengenai kehilangan orang selepas sketsa wajah korban tersebut disebarluaskan.
Ketika saya mencoba berbincang dengan dua rekan mahasiswi asal Maluku yang indekos di dekat rumah saya, mereka juga heran siapa gerangan sosok wanita tersebut. Mereka pun juga kembali mengaskan biasanya, mahasiswi asal Maluku juga pergi berkelompok. Jikalau ada yang sakit, maka rekan-rekannya pasti akan membantu dan ikut dalam usaha pengobatan ke dokter.
Hingga kini, ada beberapa laporan dari warga yang kehilangan anggota keluarganya. Polisi juga masih mendalami kebenaran identitas korban yang mengarah pada orang Maluku. Polisi juga mencari informasi dari komunitas warga Maluku yang tinggal di Kota Malang.
Petunjuk kedua, berupa gereja yang ditulis dalam surat oleh Sugeng menunjukkan hal yang janggal. Gereja yang dimaksud berada di daerah Comboran, kawasan pasar loak terbesar di Kota Malang. Beberapa wartawan media cetak sempat mendatangi dua gereja yang diduga sebagai tempat wanita tersebut kerap beribadah.
Lagi-lagi, sebuah fakta yang memang bisa diterima pun muncul. Kedua pengurus gereja juga heran dan sama-sama meyakinkan kalau tidak ada laporan mengenai kehilangan satu pun jemaatnya selama beberapa waktu terakhir ini.Â
Alasan kuat berupa eratnya hubungan antar jemaat memang sangat bisa diterima. Kalau ada salah seorang yang meninggal atau ditimpa musibah, biasanya dengan segera anggota jemaat lain akan mengetahui.
Masih belum jelasnya identitas pelaku mutilasi membuat banyak spekulasi berkeliaran. Beberapa warga berprasangkan bahwa wanita tersebut sama-sama gelandangan yang sudah lama dikenal Sugeng. Entah, apa hubungan yang terjalin diantara keduanya yang jelas pelaku mutilasi memiliki ketertarikan dengan sosok wanita tersebut.
Dari hasil sementara tim labfor Polda Jatim, ditemukan fakta bahwa korban mutilasi mengalami penyakit paru-paru akut. Hasil ini masih sementara karena proses autopsi masih terus berlangsung. Kesulitan polisi dalam mengungkap identitas korban didasarkan pada kondisi mayat yang sudah kaku sehingga sulit dilakukan identifikasi sidik jari.
Diantara beberapa teka-teki yang masih menggelayut, kejadian ini tak pelak kembali mencoreng nama Kota Malang. Pemberitaan negatif pun kembali muncul. Namun, ada beberapa hal yang cukup miris untuk dikaji lebih dalam.
Pertama, mengenai sosok Sugeng yang seakan tertolak dari lingkungan sekitarnya. Sugeng yang memang dikenal aneh bahkan pernah menggunting lidah pacarnya sendiri, membakar rumah tetangga, hingga memiliki hubungan dengan adik kandung sendiri. Kepindahan keluarga Sugeng dari lingkungannya membuat ia kerap berpindah tempat untuk hidup.
Walau dikenal sebagai sosok yang tertolak, membuat resah, namun sejatinya sosok-sosok yang mengalami gangguan perilaku semacam ini mendapat perhatian khusus. Apalagi, riwayat pernah mendapat pengobatan di RSJ Lawang juga diterima Sugeng.Â
Dari beberapa informasi, ketika berada dalam ahli kejiwaan di sana, ia nampak seperti orang normal. Padahal, jika berbicara dengan orang biasa, maka kesan aneh dan "setengah" pun akan lekat padanya.
Untuk itulah, peran keluarga dan lingkungan sekitarnya mengenai pribadi yang dianggap mengalami penyimpangan pola perilaku sangatlah dibutuhkan. Tentu, kita tak mau digegerkan lagi dengan kejadian semacam ini akibat kurang pedulinya terhadap kesehatan jiwa orang terdekat.
Kedua, lokasi bekas pusat perbelanjaan Matahari yang berada di PBM harus segera dibersihkan atau ditata ulang. Sejak kebakaran melanda PBM pada 2016 lalu, praktis tak ada aktivitas berarti di lantai 2 dan 3 tersebut. Padahal dulu, selain adanya Matahari, ada pula pujasera dan lapangan futsal yang begitu hidup.
Walau keriuhan tetap ada di lantai dasar dan sebagian lantai 2, di tempat penemuan mayat wanita tersebut dikenal sebagai tempat yang sepi. Penuh sampah dan debu yang tebal. Nah, adanya kasus semacam ini hendaknya masa depan bangunan tersebut bisa dipikirkan lebih baik lagi terutama oleh Pemkot Malang.
Jangan sampai tempat kosong tersebut kembali disalahgunakan atau ada perasaan cemas dan takut dari warga masyarakat yang beraktivitas di pusat ekonomi terbesar Kota Malang tersebut.
Kita tunggu bagaimana informasi dari kepolisian dengan mengesampingkan dulu isu-isu yang berkembang. Dan tentunya berharap semoga kejadian ini tak terulang lagi.
Sumber:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H