Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Kehebohan Lomba Drumband

16 April 2019   09:41 Diperbarui: 16 April 2019   10:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Tentu, para guru pun harus ikut menyiapkan dan mengatur segala rupa sebelum siswa-siswi berlatih. Kesulitan terbesar tentu mengatur mereka agar bisa serius dalam latihan. 

Namanya saja anak SD, ya jangan kaget mereka langsung kegirangan saat memegang alat yang baru dikeluarkan. Jadi, bukan nada indah yang keluar namun bunyi memekakkan telinga yang menyeruak. Sungguh, suara saya sampai habis kala mengingatkan mereka agar tak memainkan alat terlebih dahulu.

Pun saat istirahat digunakan untuk latihan. Kadang, saya harus berpacu dengan materi agar masih bisa menerangkan pelajaran sebelum siswa yang ikut drumben bersiap latihan. Bagi saya, pelajaran haruslah tetap nomor 1 apapun yang terjadi. Makanya, saat lomba drumben berlangsung, suara saya harus dipacu lebih esktra lagi.

Untungnya, Pak Teguh, sang pelatih cukup tegas dalam mengatur anak-anak. Ia begitu garang namun tetap disukai anak-anak. Komandonya cukup mudah dipahami. Sesekali, ia juga memberi humor untuk menurunkan ketegangan. Terlebih, jika waktu lomba sudah sangat dekat dan tim masih belum kompak. Rasanya, setiap detik digunakan untuk latihan dan latihan. Saya kadang sampai hafal lagu dan nada yang dimainkan anak-anak.

Selain tim yang belum kompak, salah satu masalah pelik yang melanda tim drumben adalah biaya operasional. Meski operasional ekskul drumben dibiayai dana BOS. Sayang, itu belum cukup untuk bisa mengkover seluruh pembiayaan. Maklum, untuk ikut ekskul drumben, banyak biaya yang harus dikeluarkan lho bukibuk.

Kostum yang kerap berganti, sepatu, dan tentu konsumsi saat lomba dan latihan juga harus dikeluarkan. Untuk transportasi, pemeliharaan alat, pelatih, dan pendaftaran lomba, biasanya sekolah yang menanggung. Oh ya, jangan lupakan make up dan aneka riasan yang mengiringi bagi siswi yang ikut dalam barisan. Dilihat banyak orang, tentu tak akan ada orang tua yang rela anaknya tampil apa adanya. Masak iya sang anak tampil kulu-kulu (bulukan) di depan umum.

Dokpi
Dokpi

Makanya, sebelum memutuskan akan mengikuti sebuah lomba atau event lain, sekolah akan mengumpulkan wali murid. Berbagai metode pengumpulan biaya akan dibicarakan secara matang. Maklum, tidak semua wali murid berkecukupan. Banyak juga yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.

Jadi rapat demi rapat yang melelahkan juga mengiringi siswa yang berlatih. Agar tak ada dusta diantara kita, alias wali murid dan pihak sekolah, segala hal yang masih belum pas pun dibicarakan. 

Untungnya, kendala yang kerap menjadi ketidaksepahaman biasanya mengenai warna kostum yang akan dipakai. Selera orang berbeda. Ada yang suka merah, hijau, jingga, ataupun pink.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun