Aktivitas penglaju kedua kota ini juga kerap membuat jalur Malang-Surabaya macet total terutama di akhir pekan. Kalau sudah tahu sama-sama membutuhkan, rasanya kok naif sekali kalau di luar lapangan masih ada konflik.
Permintaan dari Menko PMK Puan Maharani kala meminta Aremania memberikan tepuk tangan bagi Tim Persebaya yang menjadi runner-up sebenarnya sangat bagus. Sayang, ajakan itu dibalas dengan teriakan yang kurang etis dari para Aremania.
Saya masih ragu jika konflik ini akah berakhir meski ketika melihat dua leg Final Piala Presiden, jarang sekali terdengar nyanyian rasis antara kedua supporter, baik di GBT maupun di Kanjuruhan.Â
Walau begitu, saya masih berharap konflik ini segera berakhir agar suatu saat nanti saya bisa berfoto dengan leluasa menggunakan atribut Arema ketika berjalan-jalan di Kota Surabaya. Juara sebenarnya adalah juara yang bisa menghargai tim lain, termasuk tim yang dikalahkannya.
Selamat untuk Arema, Selamat untuk Persebaya.
Kalian semua luar biasa. Final ini sangat istimewa.
Salam Satu Jiwa dan Salam Satu Nyali.
PS: Harap Berkomentar yang Baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H