Dengan membawa pistol rakitan, ia pun mulai mengajak Nenad juga ikut bermain di dekat lonceng gereja. Nenad yang menolak karena harus mencari imam gereja untuk pemakaman kakeknya akhirnya mengikuti permainan petak umpet itu. Hingga, Nenad kembali menolak dan Baskim pun mulai menembaki lonceng gereja. Nenad yang berlindung di dalam lonceng hanya bisa ketakutan. Malang, peluru yang dilontarkan Baskim malah mengenai kakinya.
Nenad yang terperangkap di dalam lonceng gereja hanya bisa pasrah. Ia merasa, kematiannya akan datang menjemput seperti halnya yang terjadi pada kakeknya. Hingga akhirnya, ada seorang malaikat yang menyelamatkannya. Sosok tersebut adalah Baskim, teman Albanianya yang menyadari kesalahannya dan benar-benar menganggapnya sebagai sahabat terbaik yang pernah ia miliki.
Gambaran Konflik di Daerah Enklave
Hidup di daerah konflik dan merupakan enklave merupakan hal tak mudah. Film ini cukup apik menggambarkan kondisi itu. Gambaran ini terlukis pada beberapa adegan penting, semisal saat bus yang ditumpangi bibi Nenad, Milica (diperankan Anica Dobra) diserang saat menuju enklavenya.
Milica yang akan melihat ayahnya juga bertemu dengan rombongan pesta pernikahan orang-orang Albania yang melintas. Walau ada banyak darah yang mengalir di tubuh orang-orang Serbia dari Beograd tersebut, nyatanya mereka bak dua makhluk yang berlainan jenis. Tak ada interaksi. Tak ada pandangan mata dan tentunya tak ada komunikasi.
Pereda Ketegangan Konflik Kosovo-Serbia
Kehadiran film Enklava ini juga menjadi salah satu poin dalam upaya damai konflik Sebia-Kosovo. Peristiwa rusuh 2004 yang menjadi ide dasar film ini menjadi bukti bahwa bibit kebencian bisa dimulai sejak dini. Peristiwa sekecil apapun bisa menyulut kemarahan besar. Termasuk, upaya Serbia yang mencoba membuka layanan kereta api ke Kosovo dengan gerbong kereta bertuliskan "Kosovo adalah bagian dari Serbia" pada 2017 lalu.