Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Kidung", Wujud Kasih Sayang Tulus Seorang Kakek

8 Maret 2019   09:42 Diperbarui: 9 Maret 2019   02:38 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan sulit mengingat sejak merasa tak suci lagi, Narsih benar-benar malu dan tak menampakkan diri lagi di desa kelahirannya.

Bukan rahasia umum, menitipkan anak pada orang tua walau jarang berkunjung. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Bukan rahasia umum, menitipkan anak pada orang tua walau jarang berkunjung. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Walau mengalami pertentangan batin dan penolakan dari Kidung, nyatanya tekad Narsih benar-benar kuat. Ia bahkan tak peduli dengan tangisan Kidung yang menahannya agar tidak pergi ke Jakarta. Sang kakek yang bingung dengan keadaan itu, hanya bisa mencoba menenangkan Kidung yang kerap kali tantrum.

Dalam perjalannnya, Kidung masih tetap menjadi anak yang tak penurut. Sang kakek pun dengan lembut terus mengambil hati Kidung agar ikhlas melepas kepergian ibunya. Lambat laun, Kidung sudah mulai lupa akan kesedihannya karena menemukan teman-temannya yang baru. 

Kidung mulai kerasan hidup di desa kakeknya. Hingga, sang ibu kembali ke desanya utuk menjemput Kidung kembali lantaran tak jadi berangkat ke Jakarta. Kidung pun bimbang antara memilih pulang dengan sang ibu atau tetap tinggal bersama sang kakek.

Pengajaran Mendidik Anak dengan Kasih Sayang

Sosok Kidung yang yang berkelakuan kurang baik, tak sopan, dan tempramen sesungguhnya gambaran pengaruh lingkungan tempat ia dibesarkan. Dengan perlakuan sang ibu yang cukup keras, Kidung pun memberi respon berupa perilaku yang menjurus ngelamak (ngelunjak). Apa yang menjadi kemauannya harus dituruti. Ketika Kidung berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan, ia pun menjadi sangat marah.

Mendidik anak dengan amarah bukanlah tindakan tepat. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Mendidik anak dengan amarah bukanlah tindakan tepat. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Untunglah, sang kakek yang bagai mendapat hadiah tak terduga benar-benar mengasihi Kidung. Ia benar-benar merasa bahagia, lantaran sudah hampir sepuluh tahun tak ada kabar tentang anak dan cucunya. Walau tak memanjakannya, sang kakek juga mencoba melihat apa yang disenangi Kidung meski hal-hal tersebut sangatlah sederhana, semisal membetulkan mobil tamiya sang cucu yang rusak. 

Sang kakek tidak pernah memarahi Kidung barang sedetikpun meski ia sering kali dibentak oleh sang cucu. Nasehat yang lembut kerap dicoba diberikan walau ia adalah seorang tuna wicara. Cara mengambil hati seorang anak yang dilakukan oleh sang kakek juga patut dijadikan pelajaran.  

Sang kakek mengambil hati Kidung . - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Sang kakek mengambil hati Kidung . - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Anak adalah Karunia

Kisah Kidung membuat pengajaran pula bahwa seorang anak adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Seberat apapun kondisi, walau sang anak hasil dari hubungan gelap, bukan berarti ia bisa dididik seenak hati.

Justru kadangkala anak-anak yang cerdas bisa saja tumbuh dari kondisi semacam ini. Kidung memang pada mulanya memiliki sifat buruk, namun sesungguhnya ia adalah anak yang cerdas.

Dengan cepat, Kidung bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan mudah, ia menemukan teman-teman baru yang tentu memiliki permainan berbeda dengan apa yang teman-temannya miliki di kota. Kidung pun tak jarang memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu bersama teman-temannya. Inilah alasan tak sepantasnya seorang anak disia-siakan.

Apapun akan dilakukan sang kakek, termasuk menyembelih ayam untuk cucu tercinta. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Apapun akan dilakukan sang kakek, termasuk menyembelih ayam untuk cucu tercinta. - Dok. TVRI Jogja (Screenshoot pribadi)
Alasan ini yang kemudian disadari oleh ibu Kidung ketika ia melihat seorang ibu muda yang telaten menyuapi anaknya. Ia begitu trenyuh ketika ibu muda itu bertanya mengapa ibu Kidung menitipkan anaknya kepada kakeknya. Narsih, ibu Kidung juga bertemu dengan seorang ibu lain yang memiliki anak sepantaran dengan Kidung. 

Sang ibu tersebut benar-benar telaten memberi nasehat kepada sang anak untuk menghentikan permainan gawainya. Sesuatu yang cukup kontras dengan apa yang ia lakukan kepada Kidung. Membentak, mencubit, atau bahkan memukul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun