Belum lagi, jika harus transit dengan jalur-jalur baru yang dikenal memiliki armada sedikit. Sebutlah jalur 10 dan jalur 11. Bisa-bisa, saya ketiduran di halte untuk sekedar menunggu sebuah bus saja. Saya bahkan sempat membuat satu tulisan di Kompasiana sepanjang 900 kata sembari menunggu bus ini tiba.
Menurut akun twitter @Trans_Jogja tersebut, tidak ada alasan pasti mengenai pengurangan armada bus itu. Pastinya, saya sebagai pengguna bus juga harus rela menunggu lebih lama. Dan, jika sudah kepepet, tombol ajaib di ponsel pintar saya pun berfungsi. Alias, memesan ojek daring.
Fasilitas Halte dan Portabel yang Semakin Usang
Tak melulu soal waktu menunggu bus yang lama, kondisi halte dan portabel yang usang juga menjadi perhatian. Dari sekian halte dan portabel Trans Jogja, saya hanya menemukan kondisi yang bagus di beberapa tempat saja, terutama pusat keramaian. Sebutlah di Jalan Malioboro, Jalan Mangkubumi, Maguwo, dan Bandara.
Saya tak begitu paham apakah layar TV ini fungsinya sama dengan apa yang saya temukan di halte Transjakarta. Menginformasikan waktu kedatangan bus. Mengingat, saya baru saja tinggal cukup lama di kota ini tahun lalu. Saya duga, televisi ini tak pernah diganti sejak kemunculan Trans Jogja pada 2008.
Walau mendapat penilaian yang kurang baik dari saya pribadi, saya masih bisa mengacungkan jempol untuk petugas bus, baik di dalam halte maupun di dalam bus. Mereka masih setia melayani penumpang di tengah keterbatasan itu.
Seorang kondektur bus trayek 4B bahkan selalu riang gembira menyambut saya ketika ia tahu saya naik dari hallte di kawasan RS dr. Sarjito. Mungkin, ia menyadari kehadiran saya sebagai penumpang satu-satunya di bus yang ia gawangi adalah warna tersendiri.Â
Apa ya iya, sepanjang jalur bus tempat ia melintas tak ada satupun penumpang yang naik. Seperti halnya yang kerap saya saksikan pada jalur-jalur baru. Tak jarang, dari balik kaca bus, hanya terlihat 1 hingga 2 penumpang saja yang ada di dalamnya.
Di sebuah halte di sekitar Kantor PP Muhammadiyah, saya bahkan dipersilakan untuk membaca buku yang terpajang di dekat jendela halte tersebut oleh salah satu petugas. Ia menyadari waktu tunggu bus yang lama. Menurutnya, lebih baik memanfaatkan waktu dengan membaca daripada menghabiskan kuota internet.